"Nona Helena dan kedua putranya tak ada di rumahnya tuan," beritahu Parto tergopoh-gopoh.
"Jangan bercanda kamu," tukas Hayden.
"Beneran tuan," balas Parto, dengan perasaan ngeri-ngeri sedap.
Ngeri jika dapat omelan dari sang bos.
"Temukan mereka saat ini juga," perintah Hayden.
"Baik tuan," Parto pun berlalu.
Hayden mencoba menghubungi nomor Helena. Dan ternyata tak aktif.
"Apa kamu mencoba melarikan diri Helena?" gumam Hayden dengan gigi saling mengatup.
"Aku tak ingin melepasmu untuk kedua kalinya. Apalagi kamu telah berani mengandung benihku," batin Hayden bermonolog.
.
Hayden teringat saat bermain dengan Zayden, saat dirinya dengan sengaja mengunjungi sekolah di kembar.
"Bolehkah tuan aku panggil uncle," seru bocil itu lucu.
"Tentu saja," tukas Hayden.
Hayden sudah melihat biodata keduanya.
Di sana tak tertera nama ayah kandung. Hanya ada Helena Rose yang tertulis.
Info yang Hayden dapat, Helena tak menikah dan dia dibantu oleh Bi Ijah selama dirinya bekerja.
"Papa kamu kerja di mana?" pancing Hayden.
"Aku tak punya papa, uncle," sebut Zayden.
"Sudah meninggal?" tanya Hayden.
"Enggak tahu, mama nggak pernah cerita," ulas bocil itu menggemaskan.
"Loh?"
"Aku juga nggak mau ketemu sama papa," seru Zayden.
"Kenapa?"
"Kalau dia pria baik, pasti tak akan ninggalin mama. Kasihan mama harus banting tulang agar kami bisa jajan di sekolah," tukas Zayden.
"Kok biar bisa jajan? Emang Zayden di sekolah cuman jajan," tukas Hayden berseloroh.
"Pasti uncle. Tugas sekolah itu yang pertama jajan, yang kedua istirahat sambil mainan. Dàn yang ketiga adalah pulang," kata Zayden membuat Hayden terpengarah.
Bocah kecil di depannya ini tak ada seriusnya menjawab kalau di tanya, persis seperti dirinya saat kecil.
"Nama kakak kamu siapa?" tanya Hayden seolah belum kenal.
"Tuh kak Zayn. Kak Zayn yang menyebalkan," keluh Zayden.
"Kenapa?" Hayden gemas karena ekspresi sewot Zayden.
"Sok ngaduin ke mama. Apa-apa nggak dibolehin sama dia," kata Zayden mengeluh ke seorang Hayden.
Hingga di akhir pertemuan pertama mereka Hayden janji untuk datang ke rumah Zayden.
.
Hayden beranjak setelah memerintahkan Parto dan yang lain untuk mencari keberadaan Helena dan kedua putranya.
Hayden tak ingin kehilangan jejak seperti beberapa tahun yang lalu.
"Apa Helena pergi ke makam ayahnya?" Hayden sudah menyelidiki masa lalu Helena.
Hayden mengacak rambutnya kasar.
Beberapa panggilan masuk ke ponsel.
Ada juga yang ngirimin pesan.
"Angkat dong sayang, malam ini jadwal aku kosong nih. Hang out yuk," ketik pesan itu.
"Gue sibuk," balas Hayden.
'Plisss sayang. Lama nggak terpakai, punya kamu bisa karatan loh," lanjutnya dalam bahasa ketikan.
Hayden tak membalas.
Clara, wanita cantik yang banyak dijodohkan online dengan Hayden.
Hayden beberapa kali kencan dengan wanita cantik itu.
Menjadi seorang casanova, tak menampik jika Hayden pun sering berganti teman kencan. Tak jarang berakhir di ranjang.
Tapi karena tak ingin berkomitmen sedari awal, maka Hayden selalu memakai pengaman.
Hanya dengan Helena, Hayden melakukan tanpa pengaman.
Kejadian itu berawal saat obat perangsang yang dimasukkan pada minumannya langsung bereaksi. Rasa panas serta hasrat yang ingin segera tersalurkan dan kebetulan bersamaan dengan itu seorang gadis cantik dalam keadaan mabuk menghampiri dirinya.
Baju seksi yang memperlihatkan belahan dengan ukuran lebih dari biasanya, tentu membuat Hayden bereaksi.
Apalagi gadis itu dengan rela hati menawarkan diri.
Serangan buas Helena saat itu, membuat Hayden tak diberi kesempatan untuk memakai pengaman. Dan baru diketahui oleh Hayden jika Helena masih perawan setelah semuanya terjadi.
Beberapa kali mereka melakukan, seolah gadis itu tak pernah puas.
Wajah gadis itu masih lekat di ingatan Hayden sampai Hayden tahu dan bertemu dengan gadis itu yang tenyata bekerja di perusahaan cabang miliknya.
Panggilan telpon dari Clara yang mengajaknya kencan semalam membuyarkan lamunan Hayden.
Panggilan itu pun ditolak.
Hayden kembali pergi.
Seperti biasa, Hayden pergi dengan pakaian kasual dan pergi mengemudikan mobil sport menuju kota di mana Helena tinggal.
Satu tujuannya yang pasti, yaitu menemukan kedua putranya yang baru diketahuinya akhir-alhir ini.
.
"Bi Ijah, cepetan berkemas. Kita harus pindah, di sini sudah tak aman," kata Helena. Padahal baru saja dia sampai dari dinas luar kota.
Bi Ijah sampai memegang kening Helena.
"Apa nggak salah? Kita sudah lima tahun lebih loh di sini," ulas Bi Ijah.
"Aman-aman saja tuh," lanjut Bi Ijah.
"Tapi sekarang sudah tak aman lagi bi. Kita pindah aja," Helena bergegas masuk kamar, dan mengambil beberapa helai pakaian untuk dimasukin ke dalam koper.
"Kita mau piknih Mah," seru Zayden karena melihat mamanya memasukkan pakaian.
"Kita pindah sayang," tukas Helena.
Zayn diam tak bereaksi.
"Apa mama takut kita diculik?" imbuh Zayden polos.
"Bukan begitu sayang," tukas Helena.
"Terus kenapa kita pindah? Mainanku apa dibawa?" Zayden menunjuk ke arah mainan yang berjejer rapi di dalam lemari besar di kamarnya.
"Merepotkan," sela Zayn.
"Bawa seperlunya saja. Kamu bukan anak kecil lagi," ucap Zayn membuat Zayden mencebik.
"Kita mau ke mana sebenarnya?" seru Bi Ijah.
Usianya yang tak lagi muda, bukan hal mudah baginya untuk pindah tempat lagi.
Helena membisikkan sesuatu di telinga Bi Ijah.
"Hah? Benarkah? Baiklah, segera saja kita pergi," tukas Bi Ijah.
"Loh, Oma kok malah setuju sih? Zayden ogah. Ntar kalau uncle baik ke sini, nggak ketemu dong sama Zayden," tanggap bocil itu seraya menyilangkan tangan di dada.
"Zayden," ucap Helena tegas.
Dengan muka merah menahan tangis, bocil itu pun ikut masuk mobil.
"Kita ke mana Mah?" tanya Zayn.
Helena bingung musti jawab apa, karena dia sendiri belum tahu tujuan akhirnya.
Hanya dengan berbekal tabungan, Helena nekad pergi. Menyingkir sementara dari Hayden, sambil memikirkan mau kerja apa dan si twins sekolah di mana.
Tak mungkin bagi Helena untuk terus kerja di perusahaan milik Hayden.
"Mah, kita mau ke mana?" Zayn mengulangi lagi tanyanya.
"Mama juga belum tahu sayang," jawab Helena.
"Mama gimana sih? Ngajakin pergi tapi nggak tahu tujuannya," ucap Zayden menimpali.
"Tahu gitu mendingan di rumah aja. Nungguin uncle baik," imbuh Zayden.
"Zayden!" kata Helena dengan nada mulai naik.
Rasa lelah dan pikiran yang kacau membuat Helena membentak putranya.
Bulir air mata Zayden pun mengalir dan disambung dengan tangis.
"Maaf...maafin mama sayang," Helena tiba-tiba menepikan laju mobil karena ada yang memotong jalur di depannya. Derit suara rem yang terinjak dalam pun tak bisa dihindari.
Beberapa orang dengan pakaian parlente turun dari mobil dan mendekat ke arah mobil Helena.
"Bisa kita bicara nyonya," seru salah satunya setelah mengetuk pelan kaca mobil yang Helena kendarai.
🌻🌻🌻🌻🌻🌻🌻🌻🌻🌻
#Semua mimpi akan terwujud, jika kita punya keberanian untuk mengejarnya. (Walt Disney)
#Keraguan lebih banyak membunuh asa daripada kegagalan. (Suzy Kaseem)
Meski rajin tak berbanding lurus dengan reward yang didapat. Terus berusaha. Fighting.💪
Kasih dukungannya dong agar bisa naik popularitasnya.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 103 Episodes
Comments
Sri Astuti
Helena sdh mendengar sifat Hayden yg playboy gonta ganti cewek jd illfeel bahkan ketakutan klo Hayden cm mau anaknya doang
2023-09-19
2