Bulir air mata Zayden pun mengalir dan disambung dengan tangis.
"Maaf...maafin mama sayang," Helena tiba-tiba menepikan laju mobil karena ada yang memotong jalur di depannya. Derit suara rem yang terinjak dalam pun tak bisa dihindari.
Beberapa orang dengan pakaian parlente turun dari mobil dan mendekat ke arah mobil Helena.
"Bisa kita bicara nyonya," seru salah satunya setelah mengetuk pelan kaca mobil yang Helena kendarai.
"Wow, mereka keren sekali," seru Zayn yang saat itu duduk di belakang.
Jantung Helena berirama tak beraturan.
"Siapa mereka Non?" tanya Bi Ijah tak kalah gugup.
"Aku juga nggak tahu bi," jawab Helena.
"Buka kaca mobilnya Mah, aku ingin kenalan sama mereka," kata Zayn.
"Hai uncle," sapa Zayn yang lebih dulu membuka kaca mobil. Zayden masih sibuk mengelap sisa air mata yang jatuh tadi.
"Aku juga uncle," Zayden ikutan bergeser mendekat ke sisi Zayn.
"Apaan sih? Ikutan aja," olok Zayn.
"Selamat sore nyonya? Apa kita bisa bicara?" ulangnya dengan nada sopan.
"Siapa kalian?" tanya Helena dengan mode waspada.
"Yang pasti kami bukan orang jahat jika anda menurut," tukasnya.
"Apa mau kalian?"
"Hanya ingin anda dan kedua putra anda ikut dengan kami," serunya.
"Kemana uncle? Sepertinya bakalan seru nih," suara Zayn menyela.
"Diam kamu Zayn," suruh Helena.
"Ih, mama nggak asyik ah," kata Zayn sewot.
"Mari nyonya," ajak laki-laki itu dan hendak membuka paksa pintu mobil Helena.
"Tidak. Aku tak mau," Helena menolaknya.
"Maka, jangan salahkan kalau kami memaksa," seru yang lain dan hendak membuka paksa pintu mobil dari sisi Zayn dan Zayden.
"Tolonggggggg!" teriak Helena dengan lantang.
"Siapa yang akan menolong kita? Ini jalan besar Non. Dan semua mobil melaju kencang," kata Bi Ijah seakan mematahkan teriakan Helena.
Helena bisa menebak jika mereka semua pasti anak buah Hayden.
Setelah tahu siapa Hayden dengan segala kekuasaannya. Maka tak menutup kemungkinan jika orang-orang ini adalah anak buah Hayden.
Sebuah mobil patroli mendekat. Dua orang petugas pun turun.
"Ada apa ini?" tanya mereka.
"Tolong... Tolong kami tuan," kata Helena dari dalam mobil dengan mimik sok ketakutan.
"Apa yang kalian lakukan?" tanya petugas itu dengan tatapan tajam ke arah beberapa laki-laki berjas itu.
"Ini hanya salah paham tuan. Kami ini diutus bos kami untuk menjemput istrinya yang hendak melarikan diri. Apalagi membawa kedua anaknya yang masih kecil. Apa itu salah?" jelas laki-laki yang meminta Helena turun tadi.
Mendengar alasan itu membuat netra Helena melotot tak percaya.
"Istri? Anak-anak?" gumam Helena lirih.
Kedua petugas itu pun melongok ke dalam mobil dan melihat keberadaan Zayn dan Zayden.
"Owh, masalah rumah tangga ya?" sela petugas satunya.
"Sebaiknya selesaikan di rumah saja nyonya. Jangan main kabur aja," selorohnya.
"Pasti suami anda orang kaya," imbuhnya seraya memandangi para pria tegap dengan penampilan rapi.
"Hati-hati banyak pelakor di luaran sana. Jaga suami anda, jangan main kabur-kaburan. Nggak baik tuh buat tumbuh kembang kedua putra anda," imbuh yang lain untuk menasehati.
"Makasih tuan. Sudah banyak membantu," seru pria berjas itu.
Helena hanya bisa menepuk jidat.
"Kita permisi dulu. Selesaikan dengan kepala dingin nyonya," kedua petugas itu bukannya menolong tapi meninggalkan tempat itu untuk melanjutkan patroli.
Bi Ijah tertawa.
"Bi, kok malah ketawa sih?" tukas Helena dengan muka sebal.
"Lucu aja sih Non," ujar Bi Ijah masih saja tak bisa menahan tawa.
"Nyonya, silahkan ikut kami," pintu mobil berhasil mereka buka saat Helena lengah.
"Sialan," umpat Helena.
"Mah... No!" seru Zayn kala mendengar sang mama mengumpat.
Helena, Zayn, Zayden dan Bi Ijah berpindah ke sebuah mobil mewah, sementara mobil Helena dikemudikan oleh yang lain.
"Suami Non benaran kaya?" bisik Bi Ijah.
"Jangan bercanda dech bi," tukas Helena.
"Kalau beneran kaya Non, bibi bersyukur banget. Doa bibi terjawab," kata Bi Ijah.
"Dan rasa sakit hati akan tuan Andrew bisa terobati," lanjut Bi Ijah.
"Aku malah tak mengingatnya lagi bi," kata Helena menghibur diri sendiri.
Bi Ijah menarik nafas dalam.
"Sudahlah bi, jangan kembali ke masa lalu," Helena tahu apa yang ada di pikiran Bi Ijah.
"Yang perlu kita pikirkan sekarang, bagaimana melarikan diri dari mereka," kata Helena dengan arah netra beralih ke kedua pria yang duduk di depan.
"Aku tak mau Zayn dan Zayden terancam," kata Helena.
"Apa mereka beneran anak buah papanya Zayn dan Zayden?" bisik Bi Ijah.
"Aku juga nggak tahu bi," balas Helena.
"Non, apa beneran non sudah tahu siapa papa si twins?" dan anggukan Helenan didapat oleh Bi Ijah.
"Makanya bi, aku tak mau dia ambil Zayn dan Zayden," ulas Helena.
"Tapi Zayn dan Zayden juga butuh perhatian seorang ayah Non," tukas Bi Ijah seraya mengelus puncak kepala Zayn dan Zayden yang tertidur pulas.
Mobil itu terlalu nyaman untuk mereka berdua. Tidak seperti mobil Helena yang kadang penyejuk udaranya ngadat dan hanya hembusan angin saja.
"Tuan, kita ini mau kemana?" tanya Helena basa basi.
"Nanti anda bakalan tahu nyonya," jawabnya membuat Helena menyesal. Menyesal kenapa bertanya pada mereka.
Ponsel salah satunya berdering.
"Kita sudah dapatkan mereka tuan," beritahunya kepada seseorang yang sepertinya bos mereka.
"Baik, akan langsung kita bawa ke sana," lanjutnya.
Mobil mengarah ke luar kota.
'Mau ke mana ini? Kalau memang mereka orang suruhan tuan Hayden, arah mobil ini kenapa bertolak belakang dengan arah kota tempat perusahaan pusat berada?' pikir Helena.
Helena tak tahu kediaman Hayden. Helena menebak jika Hayden tinggal sekota dengan perusahaan pusat.
Tapi arah mobil ini tak melaju ke kota yang dimaksud.
"Nyonya, sebaiknya anda istirahat. Perjalanan kita masih tiga jam lagi," beritahu pria di belakang kemudi.
"Ogah," tolak Helena.
"Apa anda takut?" sela pria yang duduk di sampingnya.
"Jelas lah. Kenal juga nggak. Aku harus waspada dong," kata Helena.
Inginnya menampilkan mode waspada, tapi mata dan telinga tak bisa diajak kerjasama.
Beberapa kali Helena menguap.
"Jangan dipaksa nyonya. Istirahat saja," ulang keduanya seraya tersenyum.
Bi Ijah telah menyusul Zayn dan Zayden ke alam mimpi. Helena ingin menyusul, tapi alam sadar berusaha menolaknya.
Meski berusaha sekuat tenaga, toh akhirnya Helena terlelap juga.
Mobil melaju cepat lewat tol.
.
Hayden berjalan mondar mandir menunggu di suatu tempat.
"Lama kali mereka datangnya," gerutu Hayden.
Sebuah notif pesan masuk ke ponsel Hayden.
"Ha...ha...kedua anak biologismu ada padaku sekarang," ketik orang yang tak pernah diangkat panggilannya oleh Hayden
🌻🌻🌻🌻🌻🌻🌻🌻🌻🌻
Panas menyengat saat siang hari, apalagi matahari bersinar terik #Update baru telah datang lagi, jangan lupa kasih like
Ekpektasi saat week end adalah rebahan, kenyataan cucian menunggu dipegang #Maafin author yang suka malas-malasan, hingga up jarang-jarang
Ciyeeeee...othor curhat.....
🤗🤗🥰😂
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 103 Episodes
Comments
Siti Nurjanah
kirain yg bawa helena dan yg lain adalah anak buah hayden
2024-06-18
1
Atik Marwati
kirain anak buah Hayden yang bawa ternyata diculik toh...
Hayden cepat selamat kan mereka
2024-01-25
2
muthia
kirain Hyden yg culik🤭
2023-09-24
2