Hayden maju untuk memberi sambutan.
Ini merupakan tahun ketiga baginya menerima penghargaan yang sama, yang mengukuhkan Hayden menjadi satu-satunya pengusaha muda yang bertahan menjadi yang terbaik.
Dengan ini bisa dipastikan akan semakin banyak pengusaha yang berusaha mengajak kerjasama dengan perusahaan Hayden.
"Selamat tuan," Helena langsung menyambut sang bos saat turun dari podium.
"Kita balik Helen," ajak Hayden.
Hayden tak ingin berlama-lama di acara itu.
"Baik," Helena pun mengiringi.
Ada rasa segan yang membuat Helena tak berjalan di samping sang bos setelah melihat dan mendengar sekelumit cerita tentang bosnya.
Hayden menghentikan langkah dan Helena menabrak karena terlalu asyik dengan pikirannya sendiri.
"Jalan pakai mata Helen," seru Hayden.
"Sudah tuan. Tapi mata kaki," tukas Helena.
"Sapa suruh jalan di belakang aku. Sini!," suruh Hayden dengan mata mengarah ke samping.
"Ta... Tapi...," Helena hendak menolak.
Tapi tangan Hayden dengan cepat merangkul pinggang Helena, untuk segera pergi dari tempat itu.
"Selamat tuan Hayden," Andrew sengaja mendekat ke Hayden dan Helena yang masih berdebat.
"Makasih," jawab singkat Hayden.
"Sorry tuan Andrew, bisa menyingkir sedikit. Kita mau lewat nih," Hayden memberi isyarat untuk Andrew agar segera menyingkir.
"Oh ya tuan, kenalkan istri saya. Alice," seru Andrew.
Hayden menampakkan senyum paksa.
"Hayden," Hayden menyebut nama tanpa mau menyalami.
"Alice, semoga suamiku segera ketularan sukses seperti anda tuan Hayden," tukas Alice sok akrab.
"Helen, kita pergi," seru Hayden dan menarik lengan Helena.
Alice mencibir dan membisikkan sesuatu ke telinga Helena.
"Tangkapan lo hebat Helen. Paus!"
Helena hanya menanggapi dengan datar.
Sampai sekarang Helena masih penasaran dengan cerita Alice dan Andrew.
"Kenapa diam?" seru Hayden ketika mereka berada dalam mobil.
"Tuan muda, kita ke mana?" tanya sang sopir yang sudah berumur itu.
"Ke hotel," jawab singkat Hayden.
"Tuan, bolehkah sore ini aku balik?" tanya Helena.
"Tugas aku sudah selesai," lanjut Helena.
"Siapa bilang? Mulai besok kamu dipindahkan ke kantor pusat," kata Hayden.
"Mana bisa tuan? Mendadak sekali," Helena tentu menolak keputusan sepihak itu.
"Ini perintah, dan tak ada penolakan," tegas Hayden.
"Arogan," tukas Helena.
Hayden tersenyum licik.
"Kalau harus pindah, kasih waktu tuan. Saya nggak bisa," Helena beralasan.
"Sudah cukup kesempatan yang aku berikan Helena. Lima tahun lebih aku biarkan dirimu," ucap Hayden.
"Apa maksud anda tuan?" pandangan Helena penuh telisik.
"Zayn dan Zayden," kata Hayden berikutnya.
Helena tersentak.
Bagaimana bisa sang bos tahu nama kedua putranya.
"Kenapa diam?" seru Hayden.
"Apa maksudmu tuan?" Helena syok, takut jika laki-laki di sampingnya ini adalah pria satu malamnya.
Hayden menyunggingkan senyum, walau tak begitu terlihat.
Hayden menyerahkan sebuah foto.
Helena melihat seorang bocah yang wajahnya mirip sekali dengan si twins.
"Mereka berdua putraku kan?" tandas Hayden.
Helena tertawa sampai mengeluarkan air mata.
"Anda siapa? Beraninya mengaku kedua putraku adalah putra anda," antara kaget dan syok menerima kenyataan.
Helena tak rela jika keduanya diambil paksa oleh Hayden.
"Darimana anda tahu? Dan sejak kapan?" tanya Helena mencerca.
"Mudah bagiku Helena," dengan kuasa seorang Hayden Frederick Sampson tentu sangat mudah menyelidiki tentang pribadi Helena Rose.
Pembicaraan mereka dilanjutkan di resto hotel, dan Hayden meminta ruangan privat.
"Jangan pernah sekalipun mendekati mereka. Hidup kami sudah cukup nyaman tuan," harap Helena.
"Kamu sendiri yang awalnya menunjukkan padaku," ucap Hayden.
"Mana pernah?" Helena merasa tak pernah memberi tahu Hayden.
"Saat putramu menelpon, dan aku mengetahui wajahnya mirip denganku. Aku pun langsung mencari tahu," cerita Hayden.
"Aku cukup lama mencari keberadaanmu,"
"Wanita yang tak mau aku bayar, dan dengan beraninya mengajakku kencan semalam," ujar Hayden.
"Dan, sorry. Aku tak tahu kalau saat itu kamu masih virgin," lanjut Hayden.
"Aku meninggalkan kamu karena buru-buru ada rapat saat itu. Rencana aku akan bertanggung jawab. Tapi sialnya saat aku balik, kamu sudah pergi," cerita Hayden.
"Aku juga tak tahu kalau setelahnya kamu hamil," ungkap Hayden.
"Coba balik badan!" suruh Helena.
"Untuk?"
Helena memutar paksa tubuh Hayden, dan dia tertegun melihat sesuatu di tengkuk Hayden.
"Kenapa aku tak melihat ini saat awal ketemu kamu tuan?" kata Helena.
"Apa maksudnya?"
"Tato kepala naga, hanya itu yang aku ingat," ucap Helena.
Helena kembali duduk.
"Maaf tuan, sampai kapanpun tak akan kubiarkan anda mengambil Zayn dan Zayden," kata Helena kuatir.
Hayden tertawa renyah.
Pertama kali dia datang ke perusahaan cabang saat itu, Hayden langsung mengenali wajah Helena.
Sayang Helena tak mengenalnya.
Kesempatan itu tak disiakan oleh Hayden untuk menelusuri seorang Helena. Tentu saja dengan bantuan tuan Farhat.
Hayden bahkan sengaja mendatangi sekolah si twins, yang masih berada di bawah yayasan miliknya sejak dirinya tahu kalau Helena mempunyai anak dengan status tak bersuami.
"Siapa yang mau mengambil mereka darimu?" seru Hayden.
"Tapi aku tetap akan menghukummu Helena," tegas Hayden.
"Beraninya kamu mengandung benihku," seru Hayden.
Helena menangis.
Dua hari ini penuh kejutan bagi Helena.
"Why?" ujar Helena dengan suara bergetar.
"Aku tak mau menambah dosa lagi dengan menggugurkan mereka. Kalau kamu tak mau tanggung jawab, aku lebih bersyukur. Asal anda tahu tuan," tangisan Helena semakin menjadi.
Hayden tetap duduk tenang dengan menyilangkan kedua kaki.
"Mulai sekarang. Zayn dan Zayden harus ikut aku," kata Hayden tegas dan penuh penekanan.
"Cih, enak saja. Tak akan kubiarkan tuan. Meski aku harus meregang nyawa untuk mempertahankan mereka," kekeuh Helena.
"Keras kepala," tanggap Hayden.
"Aku pergi," Helena meninggalkan begitu saja Hayden, tak memandang lagi ke arah Hayden. Meski Hayden adalah big bos di tempatnya bekerja.
Sudut bibir Hayden terangkat.
"Akan aku lihat sejauh mana," gumam Hayden.
Sementara Helena berkemas untuk langsung balik.
Helena takut jika Hayden akan mengambil Zayn dan Zayden sebelum dirinya datang.
.
"Tuan," panggil Parto, sopir setia Hayden.
"Sudah sampai ternyata," Hayden terkekeh. Mobil mewah sudah terparkir di basement apartemen.
"Apa kusuruh orang untuk mengawasi nya tuan?" Parto tahu akan kegalauan sang bos.
Hayden mengiyakan.
"Suruh Farhat memindahkan Helena. Kalau tak mau, paksa saja," perintah Hayden.
"Siap tuan," meski hanya sopir. Parto adalah orang kepercayaan Hayden.
Hayden melempar jas mewahnya di kursi ruang tamu.
Hayden mengacak rambutnya kasar.
Asa untuk tak mempunyai keluarga, apalagi untuk punya anak dan keturunan digagalkan oleh Helena Rose.
Hayden punya alasan sendiri untuk semua itu.
🌻🌻🌻🌻🌻🌻🌻🌻🌻🌻
Jalan-jalan ke Yogya, tak lupa mampir Prambanan#Jangan lupa kasih like komen dan votenya, tentu saja kalau berkenan.
Bunga mekar di perbukitan, sawah luas di pedesaan#Terima kasih atas perhatian, maaf jika ada kesalahan penulisan
Lope-lope buat semua.
Sukses selalu.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 103 Episodes
Comments
Evy
Secara kebetulan juga nama anak dan Ayah hampir sama... sungguh kebetulan yang tidak terduga...
2025-03-25
1
Atik Marwati
nama orang kepercayaan Hayden sama kayak nama Simbah kakungku Parto🤭
2024-01-24
2
muthia
cm bs senyum setiap baca pantunnya, mau balas tp g bs g berpantun🤭
2023-09-19
2