Bab 14

Dibandingkan dengan seseorang pasti akan terasa menyakitkan. Begitu juga dengan hati Bening, walaupun memang benar dirinya tidak sebanding dengan derajat Naura tetapi mendengar ucapan Bayu hatinya terasa sakit. Niat hati mau memasak Bening mengurungkan diri. Dia memilih ke roftoop, tempat inilah menjadi tempat favorit tatkala hatinya sedang sedih.

"Ya Allah... kuatkan aku" Ujarnya memandang warna jingga di ujung barat, pengantar senja tampak memukau. Inilah yang mampu mengihibur luka lara hati Bening.

Bening memutar otak bagaimana agar dia bisa mengatasi masalah yang melilitnya. Hanya satu cara yang bisa dia lakukan yaitu, menjual tanah milik almarhum nenek.

Dengan uang itu, Bening bisa membayar hutang, dan sisanya bisa untuk biaya merawat ibunya. Entah bagaimana nantinya dia tinggal, toh selagi masih bisa kerja tentu akan kontrak rumah. Yang terpenting Lisa sembuh dan Bening pun bisa terbebas dari Naura dan suami sombong nya itu.

"Sebaiknya aku temui pak Sam" Gumam Bening lalu balik badan masuk ke kamarnya. Tanpa pamit Bayu entah apa yang dilakukan di kamarnya. Bening ambil tas kecilnya lalu menylempang, kemudian pergi. Walaupun berangkat saat magrib toh saat ini Bening sedang tidak shalat.

"Neng Bening mau kemana?" Tanya bibi yang sedang berisik mengaduk-aduk penggorengan. Aroma masakan sudah wangi mungkin hampir matang.

"Mau ada urusan, Bi," Jawabnya, lalu keluar rumah. Adzan maghrib baru selesai Bening tidak mungkin berjalan kaki ke pinggir jalan raya. Dia memilih menuju pangkalan ojek lalu minta diantar ke kampung sawah.

"Assalamualaikum..." Ucap Bening.10 menit kemudian, sudah tiba di kediaman orang yang ditugaskan menjaga lahan kosong berikut sawah milik salah satu perusahaan.

"Waalaikumsallam..."

Jawab pria paruh baya bersama istri yang masih mengenakan mukena dengan sarung menyambut Bening.

"Nak Bening... kamu bawa ibu kamu kemana Nak? Terus bagaimana kabar ibumu?" Cecar bu Sam. Lisa memang sangat dikenal, saat kecil memang lahir dan tinggal di tempat itu.

"Di rumah sakit Bu," Jawab pak Sam. Bening sudah bercerita kepada pak Samsudin, tetapi dia belum bercerita pada istrinya.

"Benar Bu, saat ini ibu memang sedang dirawat" Bening menyambung ucapan pak Sam.

"Semoga bu Lisa cepat sembuh Ning," Doa bu Sam. Ia merasa kasihan kepada Bening dan tidak habis pikir, mengapa Lisa yang ceria dulu mengalami penyakit demikian.

"Aamiin..." Bening meraup wajahnya kedua tangannya. "Kedatangan saya kemari ingin melanjutkan obrolan saya dengan pak Sam kemarin Bu," Bening menjelaskan bahwa niatnya untuk menjual tanah sudah dipikirkan secara matang.

"Kamu yakin? Mau menjual rumah kamu Ning?" Tanya Bu Sam, tidak percaya. Bu Sam berpikir akan tinggal dimana Bening dan Lisa jika rumah mereka dijual.

"Iya Bu, demi ibu saya," Jawab Bening memantapkan diri, rezeki bisa dicari yang penting ibunya sembuh.

Bu Sam menatap sendu wajah Bening, gara-gara warga yang selalu mendesak Bening agar membawa Lisa ke rumah sakit Jiwa, Bening terpaksa menjual rumahnya.

"Ning, saya bicarakan dengan bos saya dulu, masalah harga nanti kamu bisa bicarakan sendiri," Jawab pak Sam, rupanya belum bicara dengan pembeli.

"Saya percayakan pada pak Sam saja," Bening percaya dengan Sam, karena dia sudah tahu harga standar tanah di tempat itu.

Setelah selesai urusan dengan pak Sam, Bening pulang ke rumahnya yang tidak jauh dari tempat itu. Malam ini ia ingin menenangkan diri disana.

"Assalamualaikum..."

Bening masuk ke rumahnya, walaupun tidak ada orang mengucap salam akan lebih baik. Dia nyakakan lampu karena sudah seminggu tidak ia tempati lantai nya sedikit kresil.

Bening ke dapur ambil sapu di pojokan lalu membersihkan rumah hingga bersih. Tidak menjadi persoalan bagi Bening mengerjakan di malam hari supaya tidur dengan nyenyak.

"Hoam..." Bening menutup mulutnya dengan telapak tangan, selesai membersihkan wajahnya hingga cantik alami rasa ngantuk menyerang, kemudian tidur di kamar Lisa simbil memeluk guling tanpa mengisi perutnya terlebih dahulu.

***********

Di tempat yang berbeda, Bayu menunggu Bening di meja makan tetapi tak kunjung menghampiri, padahal jarum pendek sudah menunjuk ke angka delapan malam.

"Mun... panggil Bening," Titah Bayu, menyuruh Munah art.

"Ya Tuan..." Jawab Munah sambil berlalu menapaki anak tangga.

"Sok-sok an amat sih si tompel! Perasaan dia itu derajatnya sama denganku, tetapi mau makan saja harus dipanggil. Nyusahin!" Monolok Munah. Tiba di depan pintu kamar Bening, Munah mengetuk dengan keras karena kesal. Namun, tidak ada tanda-tanda akan dibuka akhirnya membuka sendiri.

"Heh! Si tompel!" Seru Munah, sambil berjalan ke kamar.

Sunyi di dalam kamar, tatapan Munah tertuju pada arloji dan handphone milik Bayu yang diletakan di atas meja sofa. Munah pun penasaran lalu menelisik arloji tersebut apa benar milik Bayu.

"Ini memang milik Tuan, itu artinya Tuan tadi di kamar ini bersama tompel," Munah kesal dibuatnya. Segera art itu merogoh ponsel dari kantong mencari nomor Naura.

"Hallo" Suara nan jauh disana.

"Hallo Non, saya menemukan jam tangan, handphone, bahkan dompet Tuan berada di kamar Bening," Lapor Munah kepada Naura.

"Baiklah! Awasi terus mereka Mun," Perintah Naura.

Tut!

"Bening tidak ada di kamarnya Tuan," Kata Munah ketika sudah kembali ke lantai bawah melaporkan kepada Bayu yang belum menyentuh makananya.

"Bukan di kamar atas Mun, tapi di kamar bibi," Jawab Bayu, yang ia tahu Bening berada disana. Sebab, ketika Bening pergi, Bayu mencari ke kamar Bening, bahkan sempat menunggu sambil tiduran tetapi Bening tidak juga masuk ke kamar. Bayu mengira jika Bening sedang memasak maka tidak bermaksud mencarinya.

"Bening tidak ada di kamar saya Tuan," Bibi yang baru selesai shalat keluar dari kamarnya. Mendengar Bayu sedang membicarakan Bening mengatakan bahwa Bening pergi sejak magrib.

"Pergi? Pergi kemana Bi?" Bayu terkejut.

"Saya tidak tahu Tuan, Bening hanya bilang ada urusan," Terang bibi.

Bayu segera beranjak meninggalkan meja makan, menyuruh Munah agar ambil dompetnya di kamar Bening. Tidak lama kemudian Munah kembali. Bayu ambil dompet dari tangan Munah sembari berjalan keluar memerintahkan Wawan agar mengantarkan mencari Bening.

"Kita ke toko Wan," Titahnya setelah mobil keluar melewati komplek yang sepi, jangankan malam hari, sebab siang hari pun jarang ada orang lewat kecuali mobil-mobil mewah milik penghuni komplek.

Mobil menembus jalan raya mencari celah agar roda empat itu bergerak walaupun lambat karena melawan kemacetan.

Di dalamnya, Bayu menunduk menyugar rambutnya gusar. Ia pikir Bening tidak akan mengambil hati ucapanya seperti biasanya. Namun, tidak Bayu sangka kali ini Bening benar-benar marah.

Bayu mengangkat kepalanya, kala Wawan menghentikan laju kendaraan. Pandangan Bayu tertuju pada toko sembako di pinggir jalan itu, baru sadar jika ia sudah sampai tujuan.

Dua pria supir dan bos itu segera berjalan cepat ke toko.

"Ada yang bisa saya bantu Kak?" Tanya remaja seusia Bening yakni 20 tahun menyambut Bayu.

"Kami mau menjemput Bening Dek," Kata Wawan. Sementara Bayu memindai sekeliling dalam toko mencari sosok Bening. Namun, tidak terlihat disana.

"Bening sudah pulang Kak, dia itu sift pagi,"

Mendengar ucapan gadis itu Bayu semakin bingung, ia lihat arloji di tangan sudah jam 10 malam.

...~Bersambung~...

.

Terpopuler

Comments

Yati Yati

Yati Yati

huhuhu banyak bawang ya kalau org susah selalu di rendahakn sabar ya bening

2024-02-28

1

Erina Munir

Erina Munir

klabakan kan loh bayu.... klo ada d omelin mulu...klo ga ada luh cariin...dasar plinplan luh bayu

2024-01-14

2

Ani Ani

Ani Ani

baru nak cari

2024-01-13

1

lihat semua

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!