Bab 2

Bening dihadapkan dalam dua pilihan yang sulit, jika menerima tawaran Naura ia takut jika pekerjaan yang diberikan artis itu akan menjerumuskan dirinya, tetapi jika tidak diterima tentu tidak bisa merawat sang ibu ke rumah sakit.

"Aku mau ke luaaar..." Teriakan Lisa menyadarkan lamunan Bening.

"Jangan terlalu lama berpikir Bening, atau kamu akan membiarkan ibumu terus seperti itu" Naura menekankan.

"Baiklah Non, saya mau," Bening pun masuk ke dalam mobil.

"Tunggu Bening, kamu harus tanda tangan kontrak kerja kamu dulu," Naura menyodorkan map.

Karena tidak konsentrasi mendengar teriakan Lisa, Bening tidak membaca apa isi tulisan dalam map tersebut. Tanganya segera membuka map menandangani kemudian mengembalikan kepada Naura.

Naura menatap mobil milik scurity yang sudah berjalan lebih dulu tersenyum. Ia lalu menemui Bayu suaminya yang sudah menunggu di dalam mobil.

"Kamu darimana Ra?" Tanya Bayu, sedikit kesal. Pasalnya Naura izin ke toilet sebentar tetapi lama.

"Kita langsung rumah sakit jiwa Pir," Kata Naura tidak menjawab pertanyaan Bayu.

"Rumah sakit jiwa? Mau apa Ra?" Bayu terkejut menoleh Naura yang sudah duduk di sebelahnya.

"Gini loh Mas, aku bermaksud merawat wanita gila tadi. Aku kok kasihan melihat anak gadisnya tadi," Papar Naura, Bening yang dimaksud.

Dahi Bayu mengeryit, bingung mendengar penuturan istrinya. Sejak kapan istri di sebelah nya ini mempunyai sifat welas asih jika tidak ada maksud tertentu.

"Kok kamu malah lihatin aku gitu sih Mas? Kamu setuju nggak?"

"Seharusnya aku yang tanya sama kamu Ra, ada hubungan apa kamu sama wanita gila itu? Sampai repot-repot membantunya?" Potong Bayu, tidak habis pikir.

"Kamu nanti akan tahu jawabnya Mas," Naura tersenyum penuh maksud. Hening, suasana di dalam mobil. Bayu masih bertanya-tanya dalam hati apa yang akan direncanakan istrinya.

"Mereka kira-kira sudah tiba belum ya Mas?" Tanya Naura setelah tiba di rumah sakit. Naura bingung sebab scurity tadi berangkat lebih dulu, tetapi mobilnya belum terlihat.

"Manaku tahu?" Jawab Bayu mengedikkan pundak.

"Nah itu dia," Ujar Naura ketika mobil yang dia tunggu-tunggu sudah tiba. Memandangi Bening ketika turun dari mobil menahan ibunya yang meronta-ronta ingin lepas dari pegangan dua scurity. Naura mendekat memerintahkan kepada scurity agar membawa Lisa ke ruang rawat.

"Keluarkan aku..." Jerit Lisa. Bening menangis hanya bisa memandangi sang ibu yang sudah berada di ruangan. Bening benar-benar sedih, melihat ibunya diberi suntikan baru kemudian tenang.

"Ibu baik-baik disini ya." Ucapnya dengan bibir bergetar. Kini ia harus berpisah dengan sang ibu. Walaupun begitu keadaannya, Lisa tetaplah ibu yang melahirkan. Penyemangat saat bekerja mencari sesuap nasi.

"Bening, sudahlah... biarkan ibu kamu tenang disini. Yakinlah, tempat inilah yang tepat untuk ibu kamu." Naura mengajak Bening meninggalkan Lisa yang sudah tertidur. Tiba di parkiran, Bening sekilas melirik pria yang sedang bersandar di mobilnya. Pria itu begitu dingin tidak menghiraukan ke hadiran Bening yang sudah masuk ke mobil di sebelah supir, atas perintah Naura.

"Untuk apa kamu mengajak gadis tompel anak orang gila itu ke dalam mobil kita Ra?" Tanya Bayu tidak suka.

"Kita antar ke rumahnya Mas, kasihan dia." Ujar Naura. Berdebatan pasutri itu, rupanya didengar oleh Bening. Gadis itu segera turun dari mobil.

"Saya naik angkutan saja Non." Kata Bening. Ia tidak marah jika hanya dihina karena tompel, tetapi jika ada orang yang menghina ibunya, Bening tidak terima.

"Tunggu Bening." Cegah Naura, ketika Bening sudah berlalu kemudian menghentikan langkahnya.

"Maaf ya, kalau suami saya berkata kasar, tetapi sebenarnya dia baik kok. Ayo kita kembali ke mobil." Naura membujuknya.

"Tidak Non, saya numpang angkutan saja, sudah biasa soalnya." Jujur Bening.

"Baiklah... untuk membicarakan pekerjaan apa yang akan aku berikan kepadamu, besok temui saya di Cafe pusat kota ya. Tidak jauh kok, dari rumahmu." Naura memberi secarik kertas memberikan alamat Cafe.

"Baik Non."

Bening pun akhirnya pulang, beberapa menit kemudian, waktu sudah mendekati magrib ia turun dari angkutan.

Senja remang-remang, Bening berjalan hati-hati agar tidak jatuh ke sawah. Karena jalanan hanya muat satu orang. Bagusnya Bening setiap pulang kerja sore hari, karena jika sudah malam akan gelap. Di tempat itu tidak ada lampu karena berjalan di antara sawah-sawah, tetapi bukan tanah warga setempat melainkan milik salah satu perusahaan yang belum dibangun lalu ditanami warga.

Tiba di rumah, sangat gelap, Bening meraba saklar. Ketika lampu menyala ia ke kamar sang ibu. "Ibuuu..." Bening menangis membenamkan wajahnya di bantal. Lagi-lagi dia sedih saat ini tidak ada ibunya di rumah.

Setelah beberapa menit menangis, hati Bening sedikit lega lalu beranjak ambil air wudhu. Ia berdoa mohon kepada sang pencipta agar ibunya di rumah sakit cepat sembuh dan bisa berkumpul lagi dalam keadaan normal seperti saat Bening SMP dulu.

Setelah shalat, Bening membereskan kamar, sudah biasa walaupun tadi pagi sudah Bening bereskan tetapi kamar ibunya selalu berantakan. Wajar, karena keadaan Lisa memang demikian. Menunggu waktu shalat isya datang, Bening mengaji, tidak ada selera makan ia pun langsung tidur di kamar Lisa.

Pagi hari nya, Bening memasak jika biasanya menyiapkan makan untuk Lisa dan untuk bekal dirinya. Kini Bening hanya masak mie instan saja, sebelum akhirnya berangkat bekerja.

"Assalamualaikum..." Ucap Bening ketika tiba di toko ternyata toko sembako tersebut sudah di buka. Samar-samar terdengar jawaban dari Annas teman kerjanya.

"Kamu sudah sarapan Ning?" Tanya Annas penjaga toko pria yang bagian angkat-angkat barang.

"Belum, sarapan bareng yuk." Bening antusias, jika ada temanya mungkin akan menggugah selera makannya.

"Kok tumben, kamu membawa bekal mie Ning?" Tanya Anas heran, karena tidak biasanya.

"Sekali-sekali, sarapan yuk," Bening membuka penutup bekal. Kedua remaja itu duduk di lantai makan bersama.

Di sela-sela makan, Bening menceritakan jika ibunya kali ini sudah dirawat di rumah sakit atas pertolongan Naura.

"Apa? Naura artis terkenal itu Ning?" Annas terkejut, tidak percaya jika seorang Naura ternyata sangat baik.

"Iya" Bening mengangguk, lalu bercerita jika nanti sore akan bertemu Naura di Cafe.

"Waah... Mudah-mudahan kamu diajak syuting film layar lebar Ning, jika iya jangan lupa mengajak aku ya." Annas antusias.

"Ah! Kamu ini An, paling aku mau dijadikan pembantu di rumah nya" Jawab Bening walaupun tidak yakin jika pekerjaan itu yang akan diberikan Naura.

Tidak lama kemudian, dua orang bagian kasir datang. Bening yang bagian melayani pembeli bekerja sampai sore.

"Ning, aku sekarang sudah punya motor, kamu aku antar pulang ya," Annas menunjuk motor barunya yang diparkir di depan toko.

"Tapi aku mau ke Cafe An, bukan pulang ke rumah," Tolak Bening secara halus.

"Kemanapun kamu pergi, aku siap antar," Annas bersemangat. Bening akhirnya mengalah membonceng Annas diantar ke Cafe.

Tiba di tempat, Bening mengedarkan pandanganya mencari sosok Naura. Sebenarnya Bening takut jika Naura datang bersama suaminya yang mengolok-olok ibunya tidak punya perasaan itu. Namun, Bening bernapas lega, kala Naura melambaikan tangan datang hanya seorang diri.

...~Bersambung~...

Terpopuler

Comments

𝒮🍄⃞⃟Mѕυzу​​​᭄

𝒮🍄⃞⃟Mѕυzу​​​᭄

hhhh

2024-03-17

0

Vera Aurel

Vera Aurel

Kasian si bening

2024-03-12

0

#ayu.kurniaa_

#ayu.kurniaa_

.

2024-01-17

0

lihat semua

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!