Bab 13

"An, lain kali saja aku ikut kamu ya," Kata Bening, tanpa menunggu jawaban Annas, Bening lalu turun dari motor. Ia membuka pintu mobil menatap sekilas Bayu yang sengaja tidak mau bergeser dari duduknya.

"Permisi, aku mau lewat," Bening mendorong lutut Bayu yang menghalangi jalanya. Namun, Bayu seolah sengaja mengerjai Bening. Sang gadis pun merengut kesal, sebab jika lewat pintu sebelah kanan banyak kendaraan yang lewat, tentu akan sulit membuka pintu mobil.

"Iihh! Katanya disuruh naik, tapi jalannya dihalangi," Bening hendak menutup pintu kembali tapi ditahan Bayu.

"Naik" Ucap Bayu, kali ini bergeser memberikan jok yang ia duduki untuk Bening.

"Jadi begitu ya kamu! Setiap hari diantar pulang pakai motor. Enak ya, bisa memeluk pinggang pria itu dari belakang." Bayu yang biasanya berkata sekali dua kali dengan nada membentak, kini nerocos seperti mak-mak rumpi.

"Ngasal!" Jawab Bening merengut.

"Memangnya saya perempuan apaan, pegang pria yang bukan mahrom nya," Bantah Bening. Pria di sebelahnya aneh menurutnya. Bening tidak boleh menggapnya suami, tetapi giliran dirinya dibonceng motor pria lain marah.

Lima menit kemudian, selama itu keduanya tidak ada yang berbicara, rupanya Bening tertidur. Kepalanya membentur pundak Bayu, kemudian bangun, begitu lagi dan seterusnya.

Bayu akhirnya mengulum senyum, sekeras kerasnya besi akan lentur juga jika dipanaskan. Begitu juga hati Bayu kini mulai melembut, merasa kasihan ketika memandangi wajah Bening yang sangat mengantuk. Ia membetulkan posisi Bening menidurkan di pangkuannya. Mungkin Bening terlalu lelah hingga tidak menyadari.

Bayu menatap lekat wajah Bening, kali ini tidak lagi risi melihat tompel palsu Bening tanpa pria itu tahu. "Kalau dilihat-lihat, manis juga gadis ini," Batinya.

Bruk!

Suara pintu mobil ditutup oleh supir, membangunkan Bening. Hembusan napas menerpa wajah cantiknya, perlahan-lahan Bening membuka mata. Ternyata napas itu berasal dari sosok pria yang sedang menatap ke depan.

"Eh, kok saya bisa tidur disini sih!" Seru Bening segera bangkit dari paha Bayu. Wajahnya seketika memerah tersipu malu.

"Memang kamu tidak sadar? Kan kamu yang tidur disini?" Bayu menepuk pahanya yang masih terasa hangat bekas kepala Bening.

"Masa sih?" Walaupun tidak yakin dengan ucapan Bayu, Bening tidak ambil pusing lalu turun dari mobil diikuti Bayu.

Keduanya masuk ke kamar masing-masing mengurus diri sendiri. Jika Bening mandi kemudian ashar. Bayu meninggikan bantal lalu mencari kontak Naura.

"Hallo" Wanita cantik yang berasal dari negara J itu mengangkat video call dari Bayu.

Bayu tersenyum menatap istrinya yang hanya mengenakan tank top sedang tengkurap di ranjang, kedua kakinya ia angkat ke atas, selayaknya anak abg. Bayu meneguk saliva, seandainya wanita itu ada disini walaupun tidak mau pasti akan Bayu paksa.

Sebagai suami yang usianya baru menginjak 30 tahun, kebutuhan biologis tentu sangat ia butuhkan.

"Kamu lagi apa sayang?" Tanya Bayu. Begitulah Bayu, walaupun berjauhan selalu menyempatkan diri untuk menghubungi istri yang dia cintai itu.

"Aku baru saja sampai Mas, mandi terus tiduran," Naura menceritakan kegiatanya hari ini, syuting sejak pagi pindah lokasi hingga beberapa tempat, membuatnya kelelahan.

"Jangan terlalu lelah sayang... kalau kamu kecape'an terus kapan kita akan memiliki momongan," Bayu sedikit protes. Sebagai pria dewasa, Bayu tentu ingin sekali menimang seorang anak.

"Oh iya Mas, bagaimana kabar Bening?" Naura bukan menjawab pertanyaan Bayu, tapi justeru mengalihkan.

"Baru pulang," Jawa Bayu pendek.

Mereka tidak tahu jika Bening mendengarkan percakapan mereka. Bukan maksud Bening mau tahu urusan mereka tetapi ketika mau menyiapkan pakaian Bayu mendengar perbincangan mereka.

"Eh, kamu," Kata Bayu, tidak menyadari jika di depanya Bening sedang berdiri mematung. Bayu segera meletakan handphone karena perbincangan mereka selesai.

"Maaf kalau menganggu," Bening berjalan mendekati lemari. Tanganya ambil kaos santai dan celana boxer untuk suaminya itu, lalu meletakan di ranjang.

Selesai tugasnya Bening balik badan seperti biasa hendak menyiapkan makan malam.

"Bening," Panggil Bayu, mengejutkan Bening akan panggilan itu. Tidak bisanya Bayu memanggil namanya melainkan 'tompel'

"Apa, saya mau memasak," Sahut Bening menyembunyikan keterkejutanya menatap Bayu yang masih dalam posisi yang sama, yakni bersandar di tumpukan bantal.

"Biar bibi saja, kamu kesini dulu," Titahnya lembut, menepuk kasur di sebelahnya. Lagi-lagi membuat Bening terkesiap.

"Tompel... kamu tidak mendengar," Tukas Bayu, kala Bening masih terpaku di tempat.

"Iya..." Bening lalu menurut, melangkahkan kakinya mendekati Bayu. Namun, bukan duduk melainkan berdiri di samping ranjang.

"Mulai besok, kamu tidak usah bekerja" Kata Bayu tiba-tiba memerintah.

Deg.

Bening terkejut mendengar ucapan Bayu. Masih segar dalam ingatan Bening kala suaminya itu mengatakan tidak akan menganggap istri walaupun sampai kapanpun, tetapi dengan seenaknya Bayu mengatur.

"Kenapa kamu malah diam?" Bayu menatap Bening yang hanya diam seribu bahasa.

"Sekarang saya mau tanya, apa alasan Anda melarang saya bekerja?" Tanya Bening, ingin tahu alasannya, jika Bayu memang mengakui bahwa dia istrinya maka Bening dengan senang hati akan menurut.

Bayu diam entah apa yang pria itu pikirkan, membuat dada Bening terasa sesak. Jika Bayu menganggapnya istri tentu Bayu akan menjawab dengan mudah.

"Anda tidak bisa menjawab bukan? Di rumah ini saya hanya seorang pembantu, jadi... yang penting pekerjaan saya selesai, izinkan saya bekerja. Karena, saya akan mengumpulkan uang agar bisa mengembalikan hutang Naura," Bening tidak main-main, membuat Bayu terkesiap.

"Saya memang akan menjual gubuk peninggalan nenek, tetapi masih belum cukup untuk membayar hutang saya kepada Naura." Mata Bening mengembun, kini baru menyadari bahwa hidupnya telah dibelenggu hutang.

"Jika kamu mau menjadi istri saya, dengarkan. Istri itu tugasnya di rumah mengurus rumah tangga, biar saya yang bekerja," Kata itupun akhirnya terucap dari bibir Bayu, tetapi sayangnya Bening bisa menangkap tidak kejujuran di mata Bayu.

"Iya, tetapi jika nasib saya seperti wanita kebanyakan, menikah dengan pria yang benar-benar menginginkan saya, dengan senang hati saya akan menuruti suami saya," Bening menyindir.

"Lagi pula, kenapa peraturan itu tidak Anda terapkan juga kepada Naura istri Anda?" Bening tidak habis pikir, selama ini Bayu tidak bisa mendidik Naura menjadi istri yang benar, tetapi sok-sokan menasehati dirinya.

"Jangan bawa-bawa Naura! Karena dia itu beda!" Bayu marah mendengar ucapan Bening.

"Jelas beda! Karena Naura itu seorang artis, sekali teken kontrak tidak terhitung bayarannya. Sementara saya, hanya pekerja rendahan! Itu alasan Anda menyuruh saya berhenti bekerja bukan?! Karena pengusaha sukses seperti Anda, malu mempunyai istri seperti saya!"

Pertengkaran pun terjadi, Bening memang orang susah tetapi tidak mau dibandingkan dengan Naura.

"Saya sudah menawarkan tanah milik ibu saya, jika sudah terjual nanti saya akan membayar hutang Naura, dan Anda bisa langsung menceraikan saya," Pungkas Bening meninggalkan Bayu dengan air mata berderai yang sudah ia tahan sejak tadi agar tidak cengeng di depan Bayu.

...~Bersambung~...

Terpopuler

Comments

Yati Yati

Yati Yati

bgs bening jgn mau di tindas

2024-02-28

1

Bundana Irpan Sareng Faizal

Bundana Irpan Sareng Faizal

kasihan bening😭

2024-01-24

1

Erina Munir

Erina Munir

kesian bening hidupnya menderita banget....sedih aku thoor..😔😔

2024-01-14

3

lihat semua

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!