Bab 5

"Heh, tompel! Bicara apa kamu barusan," Bayu memegang pergelangan tangan Bening dengan keras. Bening meringis lalu menghempas tangan Bayu.

"Beraninya kamu!" Dengus Bayu menatap tajam wajah Bening yang sedang balik menatapnya, tidak ada rasa takut sedikitpun.

"Anda jual! Saya beli Tuan," Tandas Bening. Menambah kemarahan Bayu. Mereka saling melempar tatapan sinis hingga beberapa saat. Bayu segera membuang pandanganya kala melihat tompel Bening merasa tidak suka.

"Cepat suruh bibi, buatkan kopi!" Perintahnya sambil berlalu kembali ke ruang kerja. Sementara Bening hendak ke dapur akan minta tolong bibi membuatkan kopi seperti yang diperintahkan Bayu. Bening tidak lagi menyahut, yang ada akan menyulut api pertengkaran semakin besar.

"Tunggu!" Bayu menghentikan langkah Bening.

"Apa?!" Bening balik badan, gadis berhijab itu menjawab dengan nada ketus, menatap Bayu yang sedang berjalan ke arahnya.

"Heh, dengar tompel! Saya menikahi kamu itu demi cinta saya pada Naura. Istri saya yang cantik jelita, tidak seperti kamu," Hina Bayu menunjuk pipi tompel Bening. "Jadi, kamu jangan menganggap kalau saya ini suami kamu!" Sinis Bayu.

"Saya mau menikah dengan Anda karena dua hal! Satu, demi ibu saya, dan yang kedua, demi istri Anda. Jadi... Anda jangan mengira bahwa saya ini bangga mempunyai suami sombong seperti Anda" Bening tidak mau kalah.

"Lancang sekali mulutmu," Bayu menunjuk mulut Bening.

"Hihihi... kedengaranya lucu sekali, Anda bilang sangat mencintai Naura istri Anda, tetapi nyatanya istri Anda tidak menyukai Anda, bukan?" Bening tertawa meledek.

"Jangan sok tahu kamu! Naura itu sangat mencintai saya. Ngerti kamu!" Bayu menyeringai. Tidak terima Bening mengatakan demikian.

"Hihihi.... Benar-benar drama, dan semakin lucu sekali kedengaranya," Bening lagi-lagi tertawa.

"Mana ada istri yang rela menyerahkan suaminya kepada wanita lain, jika istri Anda itu benar-benar mencintai Anda!" Bening menangkap keganjilan dengan pasangan yang pura-pura romantis itu, atau memang benar romantis, hanya mereka yang tahu.

"Sebaiknya Tuan merenungkan kata-kata saya barusan." Pungkas Bening, lalu melanjutkan perjalanan ke dapur.

Bayu geram merasa kalah telak berdebat dengan Bening, tanganya mengepal kuat. "Aaaggghhh.... Buk buk" Bayu meninju galang pintu, namun sialnya tanganya mengenai engsel hingga terluka, darah pun menetes. Rupanya tinju Bayu tepat mengenai paku berkarat pula.

Sementara Bening, sudah tiba di dapur. "Bi... Tuan tidak mau kopi buatan saya," Bening menyembunyikan rasa kesal di depan bibi.

"Oh... kalau gitu biar saya buatkan Non," Bibi dengan cepat membuat kopi untuk tuanya, kemudian hendak mengantar ke ruang kerja.

"Biar saya saja Bi," Bening ambil alih nampan dari tangan bibi, lalu mengantar untuk suami barunya itu. Penghinaan Bayu bukan lantas membuat Bening menyerah. Ini baru tahap awal Bening menghadapi sikap congak suaminya. Ia sudah pasti akan mengecap rasa pahit ini entah sampai kapan. Namun, Demi sang ibu Bening akan mencoba untuk menelan rasa ini.

Dalam perjalanan ke ruang kerja, Bening berpikir keras, apa sebenarnya tujuan Naura menikahkan dirinya dengan suaminya. Inilah saatnya Bening harus mencari tahu.

"Bi, itu istri Tuan yang baru?" Tanya art yang bagian bersih-bersih menatap langkah Bening dari belakang.

"Iya," Jawab bibi pendek.

"Idih, kok Tuan mau ya Bi, sama gadis buruk rupa itu. Cantikan aku kemana-mana kan Bi?" Munah meraup wajahnya.

"Hus! Tidak boleh begitu kamu Munah," Omel bibi lirih, netranya menatap Bening hingga masuk ke ruang kerja yang berada di lantai bawah itu.

Bening terkejut begitu membuka pintu darah berceceran ke lantai. Ia menatap seonggok manusia yang sedang meringis kesakitan.

"Tuan... kenapa?" Tanya Bening lalu meletakan nampan di sebelah Bayu, dua gelas kopi panas buatan Bening dan bibi sudah berada di atas meja.

Merasa tidak ada jawaban, Bening mendekati suaminya yang sedang kesulitan mengobati lukanya.

"Mari saya bantu," Bening berkata lembut, semarah apapun Bening, gadis itu tentu bukan orang yang tidak punya belas kasihan.

"Tidak usah!" Ketusnya. Dengan tangan kiri Bayu berusaha membebat lukanya.

Bening berdiri mengamati apa yang akan di lakukan suaminya itu. "Kalau mau diobati harus di bersihkan dulu lukanya Tuan," Bening geleng-geleng kepala, pria angkuh itu sok pintar tetapi nyatanya bodoh. Sebab, dalam keadaan darah masih belepotan langsung di perban.

"Tidak usah ngajari, tinggalkan saya sendiri!" Usir Bayu.

Tanpa membantah, Bening pun keluar dari kamar itu, meninggalkan darah yang berceceran. Lebih baik dia istirahat, karena saat ini sudah jam 9 malam, sebab besok harus bekerja dan menjenguk ibunya ke rumah sakit.

Yah, mungkin hanya status saja bagi Bening menjadi istri Bayu, ternyata Allah belum menjawab doanya selama ini. Walaupun wajahnya tidak sempurna, ia ingin mempunyai suami yang bisa menjadi imannya. Namun, ternyata Allah berhendak lain. "Ya Allah... sembuhkan ibu," Doa Bening, kemudian mencoba untuk tidur.

Malam berganti pagi, Bening sudah selesai mandi, lalu memilih pakain yang pantas untuk dirinya bekerja. Tentu Bening memilih pakaianya sendiri daripada pemberian madunya. Tidak Bening pungkiri bahwa pakaian milik Naura pakaian mahal. Tetapi rata-rata pakaiannya ketat menonjolkan lekuk tubuhnya.

Bening segera keluar dari kamar dengan menylempang tas yang ia beli dari kaki lima beberapa bulan yang lalu.

"Non Bening mau kemana?" Tanya bibi.

"Saya mau berangkat kerja Bi," Jawab Bening, yang sedang mengisi botol air mineral. Botol yang sudah tidak terpakai itulah ia isi ulang untuk bekal kerja.

Hati bibi tersentuh, kala melihat Bening seperti mengingatkan dirinya sendiri.

"Jangan pakai itu Non, lebih baik pakai yang ini saja," Bibi bergegas ambil botol dari kidchen set, milik Naura memberikan kepada Bening.

"Tidak Bi." Tolak Bening. Ia sadar diri tidak mau lancang memakai barang milik Naura, jika bukan Naura sendiri yang memberikan kepadanya.

"Oh iya bi, panggil saja saya Bening," Tolak Bening sudah yang kesekian kalinya. Karena panggilan itu hanya cocok untuk Naura.

"Oh iya Bi, tuan Bayu sudah berangkat ke kantor?" Tanya Bening menatap pintu kamar utama. Walaupun bagaimana, Bening khawatir juga karena tangan Bayu terluka.

"Belum Non, biasanya sih jam tujuh," Jawab bibi.

Setelah menyiapkan minum dan bekal, Bening ke kamar Bayu ingin melihat keadaanya. Bening membuka kenop pintu perlahan-lahan. Ia menyembulkan setengah kepalanya ke dalam, ternyata Bayu masih tidur bergulung selimut.

Sreeekk....

Bening melangkah perlahan-lahan masuk ke kamar, lalu membuka gordeng dan jendela, agar matahari menerobos masuk jika sudah terbit nanti.

"Aduuhh... aduuuhh..." Rintih Bayu.

Bening mengamati wajah Bayu yang hanya terlihat sebagian, tangannya terulur hendak mengecek Bayu, memang sakit atau hanya mengigau. Namun, Bening menarik tanganya kembali, takut jika suaminya itu marah kepadanya.

"Aduuuhh... aduuhh..."

Kali ini Bening memberanikan diri membuka selimut yang menutup kepala Bayu perlahan-lahan.

"Pergiiii..." Seru Bayu memekakkan telinga Bening. Gadis itu lalu berlari ke luar, walaupun sebenarnya khawatir dengan pria sombong itu.

~Bersambung~

Terpopuler

Comments

Tarmi Widodo

Tarmi Widodo

good job naira

2024-05-12

1

𝒮🍄⃞⃟Mѕυzу​​​᭄

𝒮🍄⃞⃟Mѕυzу​​​᭄

....

2024-04-23

0

jumirah slavina

jumirah slavina

mantap Naura..
gini donk..
jan mau d'tindas..
good girl..

2024-01-21

3

lihat semua

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!