Bab 9

Setelah rapi dengan pakaian yang disiapkan Bening, Bayu ambil kaos kaki lalu duduk di sofa menyarungi kakinya. "Aaaggghhh..." Pekiknya kala tanganya yang terluka menyenggol meja. Sambil meringis kesakitan pria itu meninggalkan kamar.

"Tuan kenapa?" Tanya bibi ketika Bayu sudah sampai di meja makan. Bibi menyarankan jika belum sehat lebih baik jangan ke kantor.

"Siapkan obat saja Bi" Titahnya, lalu lungguh setelah bibi menarik kursi untuknya. Bayu sebenarnya ingin istirahat seperti saran bibi, tetapi pekerjaannya banyak. Sementara bibi mengangguk patuh ambil obat, tidak lama kemudian kembali membawa obat yang ia letakan di cawan.

"Bibi tadi menyiapkan pakaian untuk saya?" Tanyanya ingin tahu. Walaupun sebenarnya Bayu tidak yakin jika art nya yang mengerjakan.

"Tidak Tuan, saya belum ke kamar." Jawab bibi sebenarnya ia yakin pasti Bening yang menyiapkan.

Bayu tidak lagi menanggapi lalu menyeruput kopi buatan Bening tanpa ia tahu. "Kopi buatan bibi semakin enak," Pujinya.

Bibi rasanya ingin cerita jika kopi itu buatan Bening, tetapi tentu harus menjaga amanah dari Bening. Bibi menatap lekat wajah Bayu dari samping tidak percaya jika majikanya bisa segalak itu dengan Bening. Saat pertengkaran Bayu dengan Bening bibi mendengar tetapi pura-pura tidak tahu.

"Kue nya enak sekali Bi." Ucap Bayu setelah menggigit Croissant keju lalu mengunyah dengan lahab. "Kue ini beli atau bibi yang bikin?" Tanya Bayu penasaran, karena selama bibi bekerja di rumah nya belum pernah memasak makanan seperti ini. Setiap kali Bayu makan Croissant jika sedang ke Cafe bersama Naura ketika sedang di rumah. Bahkan Naura istrinya pun tidak pernah memasak untuknya.

"Eeemm... anu Tuan" Bibi bingung mau menjawab apa, ia tidak mau berbohong tetapi tidak mungkin mengecewakan Bening juga.

"Bi..." Bayu menoleh bibi karena tidak melanjutkan ucapanya.

"Kue itu... Neng Bening yang bikin Tuan,"

"Uhuk-uhuk," Bayu tersedak, segera meneguk air putih yang sudah diambilkan bibi. Bayu memandangi tampilan kue yang dibentuk rapi, dan menarik, tidak percaya jika orang seperti Bening bisa membuat kue sebagus dan seenak itu. Bayu menghabiskan kopi yang tinggal sedikit lalu hendak minum obat.

"Tunggu Tuan," Cegah bibik.

Bayu menurunkan tanganya yang hampir melempar obat ke dalam mulut.

"Tadi Neng Bening berpesan Tuan, jika minum kopi tidak boleh langsung minum obat," Bibi menceritakan seperti yang Bening pesan sebelum berangkat kerja.

Bayu termangu mendengar ucapan bibi, pria itu mau tidak percaya, tetapi bibi selama ini tidak pernah berbohong.

"Ya sudah... simpan di wadah biar saya bawa saja Bi," Titah Bayu. Bibi ambil tromol kecil memasukan obat. "Kue nya juga ya," Sambung Bayu, ia rupanya merasakan nikmat lalu akan membawa bekal.

"Baik Tuan," Bibi bersemangat. Ia senang, ternyata Bayu suka dengan kue buatan Bening. Selama ini ia tidak bisa membuat makanan yang aneh-aneh untuk Bayu. Bibi memasukkan bekal ke dalam tas yang akan ia antar ke mobil.

"Bening sudah sarapan Bi?" Tanya Bayu pada akhirnya. Setelah melahap kue dan kopi buatan Bening, Bayu baru sadar jika wanita yang dia benci itu tidak ikut sarapan bersamanya.

"Neng Bening sudah berangkat jam 6 tadi Tuan," Bibi menuturkan kegiatan Bening sejak bangun tidur.

"Kerja apa memang Bi? Jam 6 sudah berangkat." Selidik Bayu.

Bibi mengatakan jika Bening bekerja di toko sembako, seperti yang bibi dengar dari Bening. Setelah mendengar cerita bibi Bayu akhirnya berangkat. Tidak usah ribet, karena supir sudah menunggu di halaman.

"Wan, kita mampir ke toko sembako di Kebayoran." Titah Bayu, ketika mobil sudah melaju sedang.

"Baik Tuan," Tidak mau tahu tujuan Bayu untuk apa ke toko tersebut. Supir yang bernama Wawan itu mengikuti perintah tuanya.

Sunyi, di dalam mobil, Bayu bersandar di jok merenungkan apa yang dia alami saat ini seperti mimpi saja. 'Semoga memang bermimpi' batinya. Tidak terpikirkan olehnya akan mempunyai dua istri.

Bayu membuang napas kasar, tidak menyangka Naura cinta pertamanya dan berharap hingga akhir dia menjadi istri satu-satunya. Namun diluar rencananya. Sungguh, Bayu tidak menyangka lelakon rumah tangganya seperti kisah beberapa film yang Naura perankan. Ternyata benar hidup di dunia ini hanya panggung sandiwara, seperti judul lagu.

"Toko nya yang mana Tuan?" Tanya Wawan ketika mobil yang ia kendarai melewati sederet ruko-ruko yang menjual beberapa macam barang.

"Toko sembako," Bayu menjawab pendek, lalu memindai deretan toko. "Yang di depan itu Wan," Kata Bayu, sesuai yang ditunjukkan bibi.

Wawan belok kiri parkir di depan toko itu.

"Tolong belikan rokok," Titah Bayu memberikan selembar uang berwarna merah. Wawan terkejut jauh-jauh kesini hanya disuruh membeli rokok. Namun, Wawan tidak berani berkata-kata selain berjalan ke toko.

Wawan tidak tahu jika Bayu mencari sosok Bening di antara ramainya pembeli. Hingga beberapa menit, sosok yang dicari sedang menggotong kardus besar tampak keberatan bersama Annas. Dua remaja itu sebentar-sebentar berhenti karena berat. Bening meniup-niup telapak tangannya mungkin karena membawa beban terlalu berat hingga membuat tanganya perih.

Jika Bayu, bisa melihat Bening tentu Bening tidak bisa melihat Bayu. Mungkin nomor mobil miliknya saja Bening tidak ingat.

Bening bersama Annas kembali mengangkat kardus tersebut hingga tiba disalah satu mobil pelanggan. Bayu mengerutkan dahi kala Bening meletakan kardus besar itu dengan susah payah ke dalam bagasi.

Bayu terus mengamati gerak gerik Bening yang sedang menyeka keringat, tidak lama kemudian datang pria pemilik mobil memberikan uang 20 ribu untuk dua orang. Bening tersenyum mengangguk santun kepada pelanggan itu walaupun tidak terdengar di telinga Bayu, tetapi gerakan bibir Bening mengucapkan terimakasih.

"Ini rokoknya Tuan, lalu ini kembalianya," Tiba-tiba Wawan sudah membuka pintu mobil di samping Bayu. Bersamaan dengan itu Bening sudah tidak terlihat lagi.

"Berangkat Wan," Titahnya. Mobil itu pun mencari jalan menuju kantor dimana Bayu menjalankan bisnisnya.

Waktu berjalan begitu cepat ternyata sudah sore hari, mungkin karena toko grosir itu sangat ramai pembeli, hingga Bening tidak menyadari nya.

"Buset deh Ning, hari ini tepar gue," Kata Annas saat sudah mengganti baju kerjanya dengan pakaian yang dia kenakan tadi pagi.

"Alhamdulillah... gitu dong An, bersyukur, hari ini uang tip kita lumayan loh," Bening tersenyum senang.

"Iya juga sih, kita pulang yuk," Ajak Annas, walaupun lelah ketika akan memboncengkan Bening semangatnya kembali tumbuh. Bening pamit kepada temanya yang bekerja sift sore hingga malam, lalu mengekori Annas.

"Bening" Sapa seorang pria dari dalam mobil ketika Bening hendak membonceng motor Annas. Bening mengurungkan niatnya, tatapanya tertuju kepada pria yang baru saja turun dari mobil menghampiri dirinya.

...~Bersambung~...

Terpopuler

Comments

guntur 1609

guntur 1609

makanya jadoli org jangan sombong

2024-01-14

2

Erina Munir

Erina Munir

bojomu jemput ning..😁😁

2024-01-14

0

Ani Ani

Ani Ani

ada yang tu ggu

2024-01-13

0

lihat semua

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!