AGKK Bab 17 - Ketakutan Namira

Alena meminta tolong pada Namira karena kini dia duduk diantara papa dan calon mama sambungnya. Sementara Aku dan ibu duduk di hadapan Alena. Jadi sangat wajar jika Alena meminta bantuan Namira untuk mengambilkan minuman tersebut.

Aku coba terus tersenyum, sebanyak-banyaknya senyuman akan aku berikan. Aku percaya, disaat aku memperlakukan Namira dengan baik, maka nanti Namira pun akan memperlakukan Alena dengan baik juga.

Selesai makan bersama, Alena kembali menjalani pemeriksaan kesehatan oleh dokter Anton. Mas Haris dan Namira ikut masuk untuk melihat pemeriksaan tersebut. Ternyata dokter Anton pun telah mengenal Namira dengan baik, mungkin karena mereka satu profesi jadi saling mengenal satu sama lain.

Ku lihat dari jauh Namira nampak begitu serius mendengarkan penjelasan dokter Anton, Namira seolah ingin juga menangangani tentang Alena.

Saat dokter Anton hendak keluar, aku pun berjalan mundur dan kembali menuju ruang tengah. Jika ku ingat-ingat sekarang ini aku sering sekali mengintip.

"Bagaimana Dok?" tanyaku saat dokter Anton sudah di sini, di hadapanku yang berdiri di ruang tengah.

"Alena benar-benar anak yang hebat, dia masih begitu kecil namun mudah sekali diberi petunjuk demi kesehatannya. Jika seperti ini Alena bisa segera sembuh lebih cepat dari perkiraan."

Alhamdulillah ya Allah. Batinku, rasaku langsung luruh semua kesedihan ini. Terbayar lunas dengan penjelasan dokter Anton tersenyum.

"Alhamdulillah, terima kasih Dok," jawabku pula, saking bahagianya aku sampai menundukkan kepala dengan begitu dalam.

"Sama-sama, kalau begitu saya permisi dulu Ibu Anin," pamit dokter Anton kemudian.

"Silahkan Dok," jawabku tak kalah buru-buru. Aku tersenyum lebar saat melihat dokter Anton keluar dari ruangan ini.

Aku langsung menoleh ke belakang saat mendengar Namira memanggil. "Mbak Anin," panggilnya dengan suara yang cukup pelan. Dia pasti sangat mengerti untuk tetap tenang jika berada di ruangan ini.

"Kamu sudah keluar? Dimana mas Haris dan Alena?" tanyaku. Aku juga mempersilahkan Namira untuk duduk di sofa. Pada akhirnya kami berdua duduk di sana.

Ibu sudah masuk ke dalam kamar untuk beristirahat.

"Alena mengantuk, dia ingin tidur ditemani mas Haris," jelas Namira.

Aku hanya bisa mengangguk saja, bingung mau menjawab apa.

"Mbak," panggil Namira lagi, sebuah panggilan yang entah kenapa membuat jantungku berdesir. Seolah Namira hendak mengatakan sesuatu hal yang sangat serius. Dia bahkan mengambil jeda dari ucapannya tersebut, membuatku seketika menatap ke arahnya.

"Kenapa Namira?" tanyaku pula, bicara dengan nada lebih lirih. Seakan-akan tak ada yang boleh mendengar pembicaraan kamu berdua saat ini.

Namira justru menunduk, memainkan jemari-jemarinya di atas pangkuan. Lalu kembali menatapku dengan sorot mata yang nampak cemas. "Maaf Mbak jika aku harus mengatakan ini, tapi aku takut jika Alena akan meminta pernikahan diantara mbak Anin dan mas Haris," katanya dengan gundah.

"Mas Haris sangat menyayangi Alena, aku tidak akan sanggup bersaing dengan Alena. Jika Alena meminta hal itu, aku pun pasti akan kalah," timpal Namira, kedua matanya mulai nampak merah dan berembun. Aku tau dia ingin menangis.

Jadi ku genggam tangannya yang ternyata sudah terasa dingin. Namira begini sebab di dalam kamar tadi Alena bertanya kenapa mas Haris hendak menikahi dia, kenapa tidak menikahi mama lagi? Itulah kenapa saat keluar Namira jadi memiliki ketakutannya sendiri.

"Itu tidak akan pernah terjadi Namira, percayalah padaku," jawabku pula. Ku tegaskan berulang kali bahwa aku menemui mas Haris bukan untuk meminta pertanggungjawaban berupa pernikahan, aku datang karena telah kehabisan biaya, sementara operasi transplantasi jantung membutuhkan banyak sekali uang, jika di total hingga perawatan mungkin habis 30 miliar.

Darimana aku bisa mendapatkan uang sebanyak itu?

Bahkan saat aku menjual diripun tak akan seharga demikian.

Mendengar penjelasan ku Namira mengangguk, dia urung menangis dan coba tersenyum.

"Terima kasih Mbak, jika sudah seperti ini aku bisa bernafas lega. Aku yakin jika diantara mbak Anin dan mas Haris memang tidak ada apa-apa," jawab Namira kemudian, dia pun bergerak memelukku dan aku membalasnya.

Mendapatkan pelukan dari sesama wanita seperti ini juga membuatku nyaman, seolah kami saling mendukung satu sama lain.

"Ma, masuklah ke dalam," ucap mas Haris tiba-tiba dan sontak membuat kami melepaskan pelukan.

Namira langsung menatapku penuh tanya, sementara aku hanya menggeleng samar. "Mas Haris hanya mengikuti cara panggil Alena," jelasku kemudian. Selesai aku bicara mas Haris pun akhirnya menunjukkan diri di hadapan kamu berdua.

"Alena ingin ditemani kamu," kata mas Haris.

"Baik Mas," jawabku dengan cepat, aku juga langsung bangkit, pamit pula pada Namira dan segera pergi dari sana.

Meninggalkan sepasang kekasih itu berdua.

"Sayang," ucapku saat sudah masuk ke dalam kamar Alena.

"Aku mau dengan Mama," kata Alena pula dan aku mengangguk dengan cepat.

"Baiklah Sayang, Mama akan selalu menemani kamu."

"Mama ikut tidur juga."

"Oke," balasku dengan cepat. Lalu ikut naik ke atas ranjang dan tidur bersama Alena sayang.

"Mau dengar Mama menyanyi," pinta Alena pula. Dan dia hanya ingin mendengar lagi You Are My Sunshine.

Sambil menyanyi aku mengelus perut Alena dengan lembut. Sementara pikiran ku melalang kemana-mana. Jadi ingat cerita Namira tentang Alena yang bertanya Kenapa papanya tidak menikahi mamanya lagi.

Pertanyaan itu justru membuatku terluka, ku pikir Alena sudah terima dengan semua penjelasan ku tentang Namira.

Tapi ternyata dia memiliki pemikiran lain. Sungguh, aku tidak ingin Alena berpikir berlebihan. Aku tidak ingin Alena jadi anak genius yang memiliki pemikiran lebih dewasa daripada usianya. Aku hanya ingin Alena seperti anak-anak yang lain, yang hanya tau tentang bermain.

Masih sibuk dengan pikiran ku sendiri, tak ku sangka mas Haris malah masuk ke dalam kamar ini.

Aku tidak bisa berhenti bernyanyi, jadi ku putuskan hanya menatapnya sejenak lalu kembali fokus pada Alena.

Mas Haris juga hanya diam saja, dia tau untuk tak menciptakan suara. Agar Alena bisa segera tidur, namun meski mulutnya diam, mas Haris justru menarik selimut dan menutup tubuhku beserta Alena.

Aku ingin menolak, namun jika ingat semua demi Alena aku seketika terdiam. Hanya bisa mengucapkan kata Terima kasih diantara jeda lagu yang aku ambil.

Mas Haris kemudian pindah posisi, tadi dia berada di belakang ku sebab aku tidur menghadap ke arah Alena. sekarang dia jadi berada di samping Alena dan duduk di pinggir ranjang.

Mas Haris mengelus kepala Alena dan aku terus menyanyi dengan suara pelan. Sampai akhirnya kami sama-sama tau bahwa Alena sudah terlelap.

"Istirahat lah juga, aku akan mengantar Namira pulang," ucap mas Haris dengan suara lirih.

"Baik Mas, aku akan antar kalian sampai ke depan lift."

"Tidak usah, aku sudah mengatakan pada Namira bahwa aku saja yang pamit padamu. Dia tau kamu menemani Alena tidur."

"Tidak Mas, aku akan tetap mengantar kalian. Namira akan jadi ibu sambung Alena, aku harus menjalin hubungan baik dengannya," jawabku pula, malah jadi ada sedikit perdebatan diantara kami.

Sampai mas Haris terdiam dan aku jadi merasa bersalah sendiri. Padahal niat mas Haris mungkin hanya karena tak ingin aku meninggalkan Alena.

"Maaf Mas, kalau begitu aku temui Namira sebentar, tidak akan mengantar kalian sampai ke depan lift. Aku tidak akan meninggalkan Alena," ucapku kemudian dan mas Haris akhirnya mengangguk dengan wajahnya yang kini nampak dingin.

"Pelan-pelan," kata mas Haris saat aku turun dari ranjang.

"Iya Mas," jawabku pula, kata-kata mas Haris yang selalu terdengar seperti perintah di telingaku.

Kami berdua akhirnya keluar bersama, ku lihat Namira sudah berdiri di ruang tengah.

"Mbak, aku pamit pulang," kata Namira.

"Iya, terima kasih sudah datang. Sering-sering lah ke sini."

"Akan aku usahakan," jawab Namira dengan senyumnya yang manis sekali, sampai membuatku tersenyum juga. Kami kemudian saling peluk sebelum benar-benar berpisah.

Sementara mas Haris tidak mengatakan apapun, dia hanya menatapku lalu berlalu. Keluar dari kamar ini dengan memeluk pinggang Namira.

Aku menyentuh daddaku yang terasa berdenyut saat melihat pemandangan itu. Berulang kali coba mengkondisikan hati, tapi nyatanya tetap saja gagal. Tetap ada saja sedikit rasa tak nyaman yang menguasai.

Astaghfirullahaladzim. Batinku.

Terpopuler

Comments

Eti Alifa

Eti Alifa

Salut sama Anin sllu mengingatkan hati dan sllu menyebut Tuhannya🥰👍🏻

2025-02-01

0

Ketika Kepercayaan Dihianati

Ketika Kepercayaan Dihianati

rasa kagum pasti akn pelan2 berupah menjadi cinta kalaw sudah merasa nyaman didekatnya,kata orng jawa "witeng tresno jalasan songko kulino" klw gk salh hehehehe
kulino ketemu kulino nyanding yo kentil 🤣🤣

2024-08-18

1

andi hastutty

andi hastutty

Aduh susahnya hidup

2024-08-15

0

lihat semua
Episodes
1 AGKK Bab 1 - Semuanya Terjadi Di Luar Kendali
2 AGKK Bab 2 - Bodoh Kamu!
3 AGKK Bab 3 - Kesempatan Kedua
4 AGKK Bab 4 - Papa
5 AGKK Bab 5 - 6 Tahun Lalu
6 AGKK Bab 6 - Batas Kami Untuk Melangkah
7 AGKK Bab 7 - Perannya Sebagai Ayah
8 AGKK Bab 8 - Bagian Dari Keluarga Pratama
9 AGKK Bab 9 - Keputusan Bersama
10 AGKK Bab 10 - Mama Cubit Nanti
11 AGKK Bab 11 - Si Biang Kerok
12 AGKK Bab 12 - Seperti Dihipnotis
13 AGKK Bab 13 - Semuanya Demi Alena
14 AGKK Bab 14 - Menggenggam erat tanganku dan Alena sekaligus
15 AGKK Bab 15 - You Are My Sunshine
16 AGKK Bab 16 - Izinkan Aku Menyayanginya Juga
17 AGKK Bab 17 - Ketakutan Namira
18 AGKK Bab 18 - Janji
19 AGKK Bab 19 - Ponsel Baru
20 AGKK Bab 20 - Keadaannya Tetap Sama
21 AGKK Bab 21 - Membuatku Sedih
22 AGKK Bab 22 - Saudara Perempuan
23 AGKK Bab 23 - Foto Alena
24 AGKK Bab 24 - Diomel Pagi-pagi
25 AGKK Bab 25 - Alena Sangat Cantik
26 AGKK Bab 26 - Tidak Boleh Serakah
27 AGKK Bab 27 - Cukup Mas
28 AGKK Bab 28 - Jika Kami Menikah
29 AGKK Bab 29 - Menjawab IYA
30 AGKK Bab 30 - Terasa Begitu Hangat
31 AGKK Bab 31 - Kehilangan Arah
32 AGKK Bab 32 - Sekali Saja
33 AGKK Bab 33 - Kesempatan Kedua
34 AGKK Bab 34 - Tidak Berubah
35 AGKK Bab 35 - Tidak Bisa Aku Tebak
36 AGKK Bab 36 - Harus Laporan
37 AGKK Bab 37 - Hari Ini Sangat Indah
38 AGKK Bab 38 - Sudah Membatu
39 AGKK Bab 39 - Langit dan Rindu
40 AGKK Bab 40 - Dulu Dan Sekarang
41 AGKK Bab 41 - Dalam Keadaan Sadar
42 AGKK Bab 42 - Terima Kasih
43 AGKK Bab 43 - Wanita Kecil Yang Tak Berdaya
44 AGKK Bab 44 - Percayalah Padaku
45 AGKK Bab 45 - Kamu Tidak Pernah Tanya
46 AGKK Bab 46 - Karena Alena
47 AGKK Bab 47 - Mas Haris Lebih Parah
48 AGKK Bab 48 - Pernikahan Yang Layak
49 AGKK Bab 49 - Jangan Menangis
50 AGKK Bab 50 - Kamar Kami
51 AGKK Bab 51 - Tidak Akan Menunda
52 AGKK Bab 52 - Untuk Kedua Kali
53 AGKK Bab 53 - Setelah Kita Bertemu
54 AGKK Bab 54 - Memangnya Sibuk Apa?
55 AGKK Bab 55
56 AGKK Bab 56 - Cemburu
57 AGKK Bab 57 - Bosku Di Perusahaan
58 AGKK Bab 58 - Jodohku Sejak Awal
59 AGKK Bab 59 - Ku Ulangi Lagi
60 AGKK Bab 60 - Keceplosan
61 AGKK Bab 61 - 100 Detik
62 AGKK Bab 62 - Juru Bicara
63 AGKK Bab 63 - Tidak Berani Menolak
64 AGKK Bab 64 - Jangan Pedulikan Aku
65 AGKK Bab 65 - Pasrah
66 AGKK Bab 66 - Hadiah Paling Indah
67 Terjerat Dosen Galak
Episodes

Updated 67 Episodes

1
AGKK Bab 1 - Semuanya Terjadi Di Luar Kendali
2
AGKK Bab 2 - Bodoh Kamu!
3
AGKK Bab 3 - Kesempatan Kedua
4
AGKK Bab 4 - Papa
5
AGKK Bab 5 - 6 Tahun Lalu
6
AGKK Bab 6 - Batas Kami Untuk Melangkah
7
AGKK Bab 7 - Perannya Sebagai Ayah
8
AGKK Bab 8 - Bagian Dari Keluarga Pratama
9
AGKK Bab 9 - Keputusan Bersama
10
AGKK Bab 10 - Mama Cubit Nanti
11
AGKK Bab 11 - Si Biang Kerok
12
AGKK Bab 12 - Seperti Dihipnotis
13
AGKK Bab 13 - Semuanya Demi Alena
14
AGKK Bab 14 - Menggenggam erat tanganku dan Alena sekaligus
15
AGKK Bab 15 - You Are My Sunshine
16
AGKK Bab 16 - Izinkan Aku Menyayanginya Juga
17
AGKK Bab 17 - Ketakutan Namira
18
AGKK Bab 18 - Janji
19
AGKK Bab 19 - Ponsel Baru
20
AGKK Bab 20 - Keadaannya Tetap Sama
21
AGKK Bab 21 - Membuatku Sedih
22
AGKK Bab 22 - Saudara Perempuan
23
AGKK Bab 23 - Foto Alena
24
AGKK Bab 24 - Diomel Pagi-pagi
25
AGKK Bab 25 - Alena Sangat Cantik
26
AGKK Bab 26 - Tidak Boleh Serakah
27
AGKK Bab 27 - Cukup Mas
28
AGKK Bab 28 - Jika Kami Menikah
29
AGKK Bab 29 - Menjawab IYA
30
AGKK Bab 30 - Terasa Begitu Hangat
31
AGKK Bab 31 - Kehilangan Arah
32
AGKK Bab 32 - Sekali Saja
33
AGKK Bab 33 - Kesempatan Kedua
34
AGKK Bab 34 - Tidak Berubah
35
AGKK Bab 35 - Tidak Bisa Aku Tebak
36
AGKK Bab 36 - Harus Laporan
37
AGKK Bab 37 - Hari Ini Sangat Indah
38
AGKK Bab 38 - Sudah Membatu
39
AGKK Bab 39 - Langit dan Rindu
40
AGKK Bab 40 - Dulu Dan Sekarang
41
AGKK Bab 41 - Dalam Keadaan Sadar
42
AGKK Bab 42 - Terima Kasih
43
AGKK Bab 43 - Wanita Kecil Yang Tak Berdaya
44
AGKK Bab 44 - Percayalah Padaku
45
AGKK Bab 45 - Kamu Tidak Pernah Tanya
46
AGKK Bab 46 - Karena Alena
47
AGKK Bab 47 - Mas Haris Lebih Parah
48
AGKK Bab 48 - Pernikahan Yang Layak
49
AGKK Bab 49 - Jangan Menangis
50
AGKK Bab 50 - Kamar Kami
51
AGKK Bab 51 - Tidak Akan Menunda
52
AGKK Bab 52 - Untuk Kedua Kali
53
AGKK Bab 53 - Setelah Kita Bertemu
54
AGKK Bab 54 - Memangnya Sibuk Apa?
55
AGKK Bab 55
56
AGKK Bab 56 - Cemburu
57
AGKK Bab 57 - Bosku Di Perusahaan
58
AGKK Bab 58 - Jodohku Sejak Awal
59
AGKK Bab 59 - Ku Ulangi Lagi
60
AGKK Bab 60 - Keceplosan
61
AGKK Bab 61 - 100 Detik
62
AGKK Bab 62 - Juru Bicara
63
AGKK Bab 63 - Tidak Berani Menolak
64
AGKK Bab 64 - Jangan Pedulikan Aku
65
AGKK Bab 65 - Pasrah
66
AGKK Bab 66 - Hadiah Paling Indah
67
Terjerat Dosen Galak

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!