AGKK Bab 12 - Seperti Dihipnotis

Glek! Aku menelan ludah kasar, ku putuskan untuk memalingkan wajah sebab mas Haris dekat sekali dengan wajahku. Membuat aku gugup.

Bohong jika aku mengatakan bahwa jantungku tidak berdebar. Ketampanan mas Haris memang bisa membius semua wanita, tak bisa ku pungkiri bahwa aku pun sempat terlena. Namun untunglah kepalaku masih bisa berpikir jernih, jadi setiap kali jantungku berdebar, rasa itu langsung ku sisihkan untuk pergi.

Sekarang usiaku sudah tidak muda lagi, tidak ada waktu untuk mengurus tentang hati. Satu-satunya fokus di dalam hidupku sekarang hanyalah tentang Alena.

"Seat belt ini emang sedikit rusak, aku belum sempat membenahinya," ucap mas Haris, setelah dia kembali duduk di kursinya sendiri.

"Iya, Mas," jawabku, bingung mau menjawab apa. Daripada hanya diam jadi kau putuskan menjawab iya saja.

Mobil akhirnya mulai melaju meninggalkan area rumah sakit tersebut. Tadi saat mengajak pergi mas Haris Terlihat buru-buru sekali tapi sekarang aku merasakan laju mobil ini tak begitu cepat, padahal jalanan di depan kami juga cukup lenggang, tidak ada kemacetan yang berat.

Seolah menandakan bahwa mungkin saja mas Haris ingin berlama-lama denganku menyusuri jalanan ini.

Astaghfirullahaladzim, apa yang aku pikirkan. Perasaan ku terlalu mengada-ngada.

"Namira adalah seorang dokter Anak, dia pasti akan menerima Alena dengan baik. Kamu tidak perlu mencemaskan tentang dia," kata mas Haris tiba-tiba, saat mobil berhenti di lampu merah.

Seseorang yang jadi calon istri seorang Haris Pratama tentu bukan orang sembarangan. Jadi aku tidak perlu kaget saat tau bahwa wanita itu adalah seorang dokter.

Alhamdulillah, nanti akan lebih banyak orang-orang yang akan menyayangi Alena.

Aku tidak boleh mencemaskan apapun, tak boleh berpikir yang bukan-bukan, mengira bahwa wanita itu tak akan menerima Alena. Aku harus percaya pada mas Haris.

Nanti pun Alena sendiri yang akan membuktikannya, aku tidak boleh berburuk sangka di awal.

"Iya Mas," jawabku begitu patuh.

"Semalam aku juga sudah mengabari kedua orang tuaku. Mereka terkejut, tapi bisa menerima ini semua sama seperti ku."

"Maafkan aku, Mas," jawabku pula, dalam sekejap aku memang membuat keributan di keluarga tersebut. Mendadak memberi kabar yang seperti petir di siang bolong.

"Tidak usah minta maaf lagi, bukannya kita sudah saling memaafkan?" tanyanya, tadi suaranya sempat dingin, dan sekarang aku merasa suaranya lebih hangat.

Entahlah, mungkin ini hanya perasaanku saja. Tapi aku benar-benar tak bisa menebak apa yang ada di dalam kepala pak Haris.

"Iya Mas, kita memang sudah saling memaafkan. Tapi aku selalu sadar diri, semua masalah ini bermula dariku. Jika Mas meminta, Aku bersedia menjelaskan pada calon istri mas Haris dan keluarga Mas juga bahwa akulah yang salah."

"Tidak," jawab mas Haris dengan cepat. "Sudah tidak ada masalah lagi sekarang, Namira dan keluarga ku sudah menerima. Mereka juga sebenarnya sudah tidak sabar untuk menemui Alena, tapi masih ku tahan," timpal mas Haris kemudian.

"Mungkin 1 atau 2 bulan lagi baru aku pertemukan mereka, disaat keadaan Alena benar-benar membaik. Daripada bertemu di rumah sakit, akan lebih nyaman jika bertemu di rumahmu," terang mas Haris pula.

Lega sekali hati ini saat dia menyebut tentang rumahku, rumahku yang jadi rumah utama Alena.

"Iya Mas, apapun keputusan Mas akan aku dukung," jawabku, kamu berdua memang harus begini. Saling mendiskusikan tentang Alena.

Aku tidak boleh gugup gugup terus.

Saat lampu sudah berubah jadi hijau, mas Haris pun kembali melanjutkan mobilnya tersebut. Melewati jalanan ini dalam keadaan yang hening. Sampai akhirnya kami tiba di tempat tujuan, saat gerbang tunggu itu terbuka aku langsung melihat motor ku terparkir di samping pos keamanan.

"Mas, aku berhenti di sini saja," ucapku buru-buru, daripada harus berhenti di depan teras rumah mas Haris, rasanya akan lebih nyaman jika aku berhenti di sini saja.

Aku tau ini adalah rumah mas Haris sendiri, beliau memang sudah lama memutuskan untuk hidup sendiri, berpisah dengan kedua orang tuanya.

Tapi fakta itu justru membuatku makin harus mawas diri, tidak boleh berdua-dua lagi.

Dan mendengar ucapanku tersebut, mas Haris pun langsung menghentikan mobilnya di sana.

"Terima kasih Mas, aku akan langsung kembali ke rumah," ucapku sekaligus pamit.

Ku lihat mas Haris tidak menjawab dengan kata-kata, namun dia hanya menganggukkan kepalanya sebagai jawaban. Tapi seperti itu saja aku sudah paham, bahwa dia menjawab iya.

Dengan hati-hati aku melepas seat belt ini, untunglah tidak bermasalah. Lalu turun dari mobil dan menutupnya secara perlahan pula.

Aku menundukkan kepala sekali lagi, sebagai bentuk hormat dan terima kasihku. Mobil mas Haris kemudian melaju untuk lebih masuk ke halaman rumah ini.

"Pak, saya mau ambil motor. Terima kasih sudah dijaga," ucapku pada bapak-bapak penjaga pos keamanan tersebut. Seseorang yang sama seperti yang ku temui kemarin.

"Baik Mbak, silahkan diambil," jawab bapak itu. Aku langsung naik ke motorku dan menoleh sekali lagi ke arah rumah mas Haris. Ku lihat pria berjalan masuk ke dalam rumah, sambil sibuk dengan ponselnya sendiri.

Mungkin beliau sedang bertukar kabar dengan dokter Namira.

Ku hidupkan mesin motor ini, lalu menyala. Ku ambil jalan mundur beberapa langkah, sebelum akhirnya benar-benar maju dan keluar dari rumah megah tersebut.

Jalanan kota Jakarta yang terasa panas sekali saat siang begini, aku lupa tidak memakai jaket jadi makin gosong lah kedua lenganku.

Ketika tiba di rumah sakit aku langsung berlari masuk, mencari hawa dingin dari banyaknya AC yang terpasang di rumah sakit tersebut.

30 menit setelah aku tiba di rumah sakit, mas Haris pun telah kembali lagi ke rumah sakit ini. Dia nampak lebih segar dan bajunya juga sudah ganti.

Kupikir beliau akan kembali saat malam, tapi ternyata malah datang lebih cepat dari yang aku pikirkan.

"Anindya, mulai hari ini aku akan tinggal di apartemen Luxury, di unit 2 lantai 5. Jika nanti ada apa-apa dan aku sedang berada di apartemen langsung saja datang ke sana," jelas mas Haris.

Apartemen Luxury adalah apartemen yang paling dekat dengan rumah sakit ini, sepertinya apartemen itu dan rumah sakit ini masih dalam satu manajemen perusahaan. Tapi aku juga tidak begitu paham.

Tapi dimana apartemen Luxury itu aku tau tempatnya.

"Baik, Mas," jawabku.

"Kuncinya ada 2, satu kamu yang pegang," ucapnya lagi dan membuatku bingung, meski bingung namun kartu berwarna hitam itu aku ambil, karena mas Haris mengulurkannya.

"Nanti jika Alena sudah boleh keluar dari rumah sakit untuk sekedar jalan-jalan, Alena istirahatnya di apartemen saja, biar dia merasakan suasana baru. Jadi tetap dekat dengan rumah sakit, tidak terlalu jauh seperti jika tinggal di rumahmu ataupun rumahku, iya kan?" tanya mas Haris dan aku mengangguk patuh, seperti dihipnotis.

Terpopuler

Comments

Mardiana

Mardiana

Haris melakukan buat Alena

2025-02-25

0

andi hastutty

andi hastutty

Demi alena

2024-08-15

0

himmy pratama

himmy pratama

rasa nya kurang nyaman klo Haris menikah' sama Namira gmn GT..mending nikah aja sama Anindya

2024-04-03

1

lihat semua
Episodes
1 AGKK Bab 1 - Semuanya Terjadi Di Luar Kendali
2 AGKK Bab 2 - Bodoh Kamu!
3 AGKK Bab 3 - Kesempatan Kedua
4 AGKK Bab 4 - Papa
5 AGKK Bab 5 - 6 Tahun Lalu
6 AGKK Bab 6 - Batas Kami Untuk Melangkah
7 AGKK Bab 7 - Perannya Sebagai Ayah
8 AGKK Bab 8 - Bagian Dari Keluarga Pratama
9 AGKK Bab 9 - Keputusan Bersama
10 AGKK Bab 10 - Mama Cubit Nanti
11 AGKK Bab 11 - Si Biang Kerok
12 AGKK Bab 12 - Seperti Dihipnotis
13 AGKK Bab 13 - Semuanya Demi Alena
14 AGKK Bab 14 - Menggenggam erat tanganku dan Alena sekaligus
15 AGKK Bab 15 - You Are My Sunshine
16 AGKK Bab 16 - Izinkan Aku Menyayanginya Juga
17 AGKK Bab 17 - Ketakutan Namira
18 AGKK Bab 18 - Janji
19 AGKK Bab 19 - Ponsel Baru
20 AGKK Bab 20 - Keadaannya Tetap Sama
21 AGKK Bab 21 - Membuatku Sedih
22 AGKK Bab 22 - Saudara Perempuan
23 AGKK Bab 23 - Foto Alena
24 AGKK Bab 24 - Diomel Pagi-pagi
25 AGKK Bab 25 - Alena Sangat Cantik
26 AGKK Bab 26 - Tidak Boleh Serakah
27 AGKK Bab 27 - Cukup Mas
28 AGKK Bab 28 - Jika Kami Menikah
29 AGKK Bab 29 - Menjawab IYA
30 AGKK Bab 30 - Terasa Begitu Hangat
31 AGKK Bab 31 - Kehilangan Arah
32 AGKK Bab 32 - Sekali Saja
33 AGKK Bab 33 - Kesempatan Kedua
34 AGKK Bab 34 - Tidak Berubah
35 AGKK Bab 35 - Tidak Bisa Aku Tebak
36 AGKK Bab 36 - Harus Laporan
37 AGKK Bab 37 - Hari Ini Sangat Indah
38 AGKK Bab 38 - Sudah Membatu
39 AGKK Bab 39 - Langit dan Rindu
40 AGKK Bab 40 - Dulu Dan Sekarang
41 AGKK Bab 41 - Dalam Keadaan Sadar
42 AGKK Bab 42 - Terima Kasih
43 AGKK Bab 43 - Wanita Kecil Yang Tak Berdaya
44 AGKK Bab 44 - Percayalah Padaku
45 AGKK Bab 45 - Kamu Tidak Pernah Tanya
46 AGKK Bab 46 - Karena Alena
47 AGKK Bab 47 - Mas Haris Lebih Parah
48 AGKK Bab 48 - Pernikahan Yang Layak
49 AGKK Bab 49 - Jangan Menangis
50 AGKK Bab 50 - Kamar Kami
51 AGKK Bab 51 - Tidak Akan Menunda
52 AGKK Bab 52 - Untuk Kedua Kali
53 AGKK Bab 53 - Setelah Kita Bertemu
54 AGKK Bab 54 - Memangnya Sibuk Apa?
55 AGKK Bab 55
56 AGKK Bab 56 - Cemburu
57 AGKK Bab 57 - Bosku Di Perusahaan
58 AGKK Bab 58 - Jodohku Sejak Awal
59 AGKK Bab 59 - Ku Ulangi Lagi
60 AGKK Bab 60 - Keceplosan
61 AGKK Bab 61 - 100 Detik
62 AGKK Bab 62 - Juru Bicara
63 AGKK Bab 63 - Tidak Berani Menolak
64 AGKK Bab 64 - Jangan Pedulikan Aku
65 AGKK Bab 65 - Pasrah
66 AGKK Bab 66 - Hadiah Paling Indah
67 Terjerat Dosen Galak
Episodes

Updated 67 Episodes

1
AGKK Bab 1 - Semuanya Terjadi Di Luar Kendali
2
AGKK Bab 2 - Bodoh Kamu!
3
AGKK Bab 3 - Kesempatan Kedua
4
AGKK Bab 4 - Papa
5
AGKK Bab 5 - 6 Tahun Lalu
6
AGKK Bab 6 - Batas Kami Untuk Melangkah
7
AGKK Bab 7 - Perannya Sebagai Ayah
8
AGKK Bab 8 - Bagian Dari Keluarga Pratama
9
AGKK Bab 9 - Keputusan Bersama
10
AGKK Bab 10 - Mama Cubit Nanti
11
AGKK Bab 11 - Si Biang Kerok
12
AGKK Bab 12 - Seperti Dihipnotis
13
AGKK Bab 13 - Semuanya Demi Alena
14
AGKK Bab 14 - Menggenggam erat tanganku dan Alena sekaligus
15
AGKK Bab 15 - You Are My Sunshine
16
AGKK Bab 16 - Izinkan Aku Menyayanginya Juga
17
AGKK Bab 17 - Ketakutan Namira
18
AGKK Bab 18 - Janji
19
AGKK Bab 19 - Ponsel Baru
20
AGKK Bab 20 - Keadaannya Tetap Sama
21
AGKK Bab 21 - Membuatku Sedih
22
AGKK Bab 22 - Saudara Perempuan
23
AGKK Bab 23 - Foto Alena
24
AGKK Bab 24 - Diomel Pagi-pagi
25
AGKK Bab 25 - Alena Sangat Cantik
26
AGKK Bab 26 - Tidak Boleh Serakah
27
AGKK Bab 27 - Cukup Mas
28
AGKK Bab 28 - Jika Kami Menikah
29
AGKK Bab 29 - Menjawab IYA
30
AGKK Bab 30 - Terasa Begitu Hangat
31
AGKK Bab 31 - Kehilangan Arah
32
AGKK Bab 32 - Sekali Saja
33
AGKK Bab 33 - Kesempatan Kedua
34
AGKK Bab 34 - Tidak Berubah
35
AGKK Bab 35 - Tidak Bisa Aku Tebak
36
AGKK Bab 36 - Harus Laporan
37
AGKK Bab 37 - Hari Ini Sangat Indah
38
AGKK Bab 38 - Sudah Membatu
39
AGKK Bab 39 - Langit dan Rindu
40
AGKK Bab 40 - Dulu Dan Sekarang
41
AGKK Bab 41 - Dalam Keadaan Sadar
42
AGKK Bab 42 - Terima Kasih
43
AGKK Bab 43 - Wanita Kecil Yang Tak Berdaya
44
AGKK Bab 44 - Percayalah Padaku
45
AGKK Bab 45 - Kamu Tidak Pernah Tanya
46
AGKK Bab 46 - Karena Alena
47
AGKK Bab 47 - Mas Haris Lebih Parah
48
AGKK Bab 48 - Pernikahan Yang Layak
49
AGKK Bab 49 - Jangan Menangis
50
AGKK Bab 50 - Kamar Kami
51
AGKK Bab 51 - Tidak Akan Menunda
52
AGKK Bab 52 - Untuk Kedua Kali
53
AGKK Bab 53 - Setelah Kita Bertemu
54
AGKK Bab 54 - Memangnya Sibuk Apa?
55
AGKK Bab 55
56
AGKK Bab 56 - Cemburu
57
AGKK Bab 57 - Bosku Di Perusahaan
58
AGKK Bab 58 - Jodohku Sejak Awal
59
AGKK Bab 59 - Ku Ulangi Lagi
60
AGKK Bab 60 - Keceplosan
61
AGKK Bab 61 - 100 Detik
62
AGKK Bab 62 - Juru Bicara
63
AGKK Bab 63 - Tidak Berani Menolak
64
AGKK Bab 64 - Jangan Pedulikan Aku
65
AGKK Bab 65 - Pasrah
66
AGKK Bab 66 - Hadiah Paling Indah
67
Terjerat Dosen Galak

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!