AGKK Bab 13 - Semuanya Demi Alena

Ku simpan kunci apartemen tersebut di dalam dompetku yang sudah lusuh, bersebelahan dengan kartu debit pemberian mas Haris kemarin. Kartu debit yang awalnya ingin aku abaikan, tapi ternyata tidak bisa.

Sebelum tiba di rumah sakit tadi, aku berhenti di salah satu ATM dan mengambil uang di dalamnya sebanyak 300.000 rupiah. 100.000 ku berikan pada ibu, sementara yang 200.000 ku belikan beberapa kebutuhan pribadi untuk ibu dan aku juga.

Sudah tidak memegang uang sepeserpun membuatku tak bisa mengabaikan kartu debit ini, tapi demi menenangkan hatiku sendiri aku menganggapnya sebagai hutang. Ku tulis di buku catatan hutangku.

Nanti, suatu saat nanti, semoga aku bisa membayarnya.

Aamiin.

*

*

Sekarang sudah 3 minggu lamanya pasca Alena menjalani operasi transplantasi jantung, kata dokter Anton perkembangan Alena sangat pesat, hal ini mungkin di dorong adanya peran sang ayah di dalam hidup gadis kecil tersebut.

Jadi Alena memiliki semangat yang luar biasa untuk segera pulih. Alena bahkan sudah diizinkan jalan-jalan di rumah sakit ini, mendatangi taman tempat bermain anak yang memang telah disediakan oleh pihak rumah sakit. Tapi Alena belum diizinkan meninggalkan kawasan rumah sakit tersebut.

Masih harus sabar untuk keluar dari zona nyaman ini.

"Ma, kemarin rumah sudah selesai direnovasi. Hari ini cobalah pulang dan lihat bagaimana hasilnya, jika masih ada yang kurang katakan padaku," ucap mas Haris.

Aku langsung mengangguk dan menjawab iya, "Iya, Mas," jawabku.

Ku lihat mas Haris masih memasangkan Alena kaos kaki, anakku duduk di sofa dan mas Haris berjongkok di hadapan Alena. Katanya mereka berdua ingin bermain di taman pagi ini.

Di minggu pertama aku sekuat tenaga membiasakan diri mendengar mas Haris memanggilku dengan sebutan Mama tiap kali di hadapan Alena, sekarang aku sudah terbiasa dengan panggilan itu.

Kupikir mas Haris pun berusaha sekuat tenaga juga untuk menciptakan sebuah keluarga bahagia di hadapan Alena, jadi aku pun harus melakukan hal yang sama.

"Kita turun bersama ya Ma, nanti kita berpisah di taman," ucap Alena.

"Iya sayang, mama akan mengajak Mbah Putri untuk pulang juga, boleh ya?"

"Iya tidak apa-apa, aku tidak akan menangis karena ada Papa," jawab Alena, dan langsung mendapatkan hadiah sebuah ciuman dari papanya. Mas Haris mencium pipi Alena dengan penuh kasih sayang, sampai membuat bidadari kecilku tertawa riang.

Tawa yang menular padaku.

"Mama panggil, Mbah putri dulu," ucapku, Alena dan mas Haris kompak mengangguk.

Ibu sedang berada di kamar, katanya tadi mau pipis. Jadi ku hampiri ke dalam kamar ini. kebetulan saat aku tiba di sana ibu pun keluar dari dalam kamar mandi.

"Bu, kata mas Haris rumah kita sudah selesai direnovasi. Jadi dia ingin kita memeriksanya lebih dulu," ucapku.

"Ya Allah, sebenarnya dari kemarin ibu sudah menunggu tentang kabar ini. Ibu jadi deg-degan, takutnya Haris bukan hanya merenovasi rumah kita tapi justru membangun dari awal," jawab ibu, ku lihat Ibu meremat kedua tangannya sendiri, seperti gugup dan cemas sekaligus.

Sejujurnya aku pun sempat berpikir demikian, karena jika hanya merenovasi kebocoran tidak mungkin selama ini. Mungkin satu hari juga selesai, tapi nyatanya butuh waktu 3 minggu untuk merenovasi rumah itu.

Rumah kami yang sederhana, sangat sederhana. Setinggi 4 meter dengan lantai semen biasa, rumah yang kami beli setelah menjual rumah warisan milik ibu.

"Semoga saja tidak, ayo kita keluar sekarang. Alena juga mau turun ke taman," jawabku kemudian.

Ibu mengangguk, mengambil hijabnya di gantungan lemari dan memakainya.

"Mbah Putrii," panggil Alena langsung, selalu antusias tiap kali bertemu dengan neneknya.

"Nanti Mbah dan mama pulang sebentar ya?" pamit ibu.

"Iya Mbah, tapi jangan lama-lama ya."

"Iyaaaaa," jawab ibu dengan jawaban panjang.

"Ayo pergi," ajakku pula.

Mas Haris langsung memindahkan Alena ke kursi roda, mas Haris lah yang mendorong kursi roda itu, sementara aku berjalan di samping Alena dengan tangan kami yang saling menggenggam.

Sepanjang perjalanan itu aku tau ibu dan Alena sama-sama tersenyum lebar, mensyukuri tentang kebersamaan ini.

Sosok mas Haris yang ternyata benar-benar dibutuhkan oleh semua orang. Kami berpisah di salah satu koridor, Alena dan mas Haris harus mengambil jalur kanan untuk menuju taman, sementara aku dan ibu harus mengambil jalur kiri untuk keluar.

"Mama dan Mbah putri pergi dulu ya sayang," ucapku pada Alena.

"Iya Ma, hati-hati, jangan lama, jangan bohong."

"Iya," jawabku pula, lalu tatapanku berpindah pada mas Haris. "Aku pergi dulu, Mas," pamitku pula.

"Hem, hati-hati," jawab mas Haris, setelahnya dia pun tersenyum dan ku balas dengan senyum yang serupa.

Menggunakan motorku, aku dan ibu akhirnya pulang ke rumah. Mulai memasuki komplek perumahan tersebut, orang-orang pun seperti keluar dadi rumah mereka untuk melihat kedatangan ku.

"Anin! Husna!" panggil bude Narti pula, antusias sekali memanggil kami.

Tapi aku tidak menghentikan motorku, hanya menanggapi panggilannya dengan senyuman dan anggukkan kepala. Sebab aku ingin segera tiba di rumah, tapi ternyata rumahku mendadak hilang. "Loh Bu, rumah kita mana? Bukannya di sini? ini kok malah ada bangunan baru?" tanyaku pada ibu dengan sangat bingung.

Ibu turun dan aku memarkirkan motor dengan ragu.

"Tunggu dulu," kata ibu, dia pergi ke tengah jalan dan mencari-cari dimana rumah kami. Sudah hampir satu bulan tidak pulang ke rumah ternyata sudah banyak sekali yang berubah. Jika dipikir-pikir tidak mungkin kami salah masuk gang, karena tadi pun bertemu dengan rumah bude Narti pula.

Namun kemudian perhatianku dan ibu malah tertuju pada bude Narti yang berlari tergesa-gesa menghampiri kami.

"Ya ampun, malah ngebut saja kamu ini bawa motor," kata bude Narti dengan nafas yang sudah terengah.

"Maaf Bude, tapi aku dan ibu pengen buru-buru pulang. Tapi kok rumahku tidak ada ya? Ini bangunan siapa?" tanyaku pula pada dengan wajah yang makin bingung. Ibu pun mendekat dan menuntut penjelasan dari bude Narti.

"Ya ini rumahmu yang baru," jelas bude Narti yang tiba-tiba jadi tersenyum.

"Seseorang bernama Jodi yang memimpin pembangunan rumah mu kemarin," jelas bude Narti kemudian, nama Jodi adalah asisten pribadi mas Haris, aku juga mengenalnya cukup baik.

Namun semenjak aku memutuskan pergi, kami pun tidak pernah bertemu.

"Kata pria itu Alena sudah bertemu dengan ayah kandungnya, ayahnya adalah orang kaya, jadi rumah ini dibangun ulang, Jodi Jodi itu juga sudah membayar semua hutang-hutang mu. Di warung A sampai warung Z sudah lunas semua." jelas bude Narti.

"Motor ini juga sudah dibayar sama Jodi itu, uangnya sudah bude simpan di bank," timpal Bude Narti, ya, motor Matic ini memang milik beliau, tetangga yang senantiasa membantuku dan ibu.

"Ya Allah, benar itu Nar?" tanya ibu pula, disaat bude Narti tersenyum, ibu malah terlihat ingin menangis.

"Bener Husna, berani sumpah aku," jawab bude Narti kemudian. "Kalau tidak percaya, coba masukkan kunci rumah itu ke sana, masuk atau tidak," titah bude Narti, dia melihat kunci rumah yang sejak tadi sudah ku pegang di tangan kanan.

"Ayo Nduk, cepet," ajak ibu pula dan akhirnya kamu bertiga membuka gerbang berwarna putih tersebut, di dorong ke sisi kanan hingga terbuka.

Tetangga yang lain pun mulai berbondong-bondong pula untuk datang ke sini, semuan penasaran melihat seisi rumah tersebut.

Dengan perasaan ragu dan tangan gemetar, aku coba memasukkan kunci rumah tersebut, dan Ternyata cocok hingga pintu itu pun terbuka.

"Alhamdulillah," ucap ibu, sementara bude Narti dan beberapa tetangga yang sudah datang langsung mengucapkan Masya Allah.

Saat pintu rumah itu ku buka, aku mendapati sebuah rumah yang seperti istana.

Ya Allah, mas Haris. Batinku, sampai tak bisa berkata-kata.

Semua orang masih sibuk mengagumi rumah indah ini, meski hanya 1 lantai tapi luas sekali, semua perabot pun masih baru. Entah kemana semua barang-barang ku di rumah lama dulu.

Ku putuskan untuk menepi dari keramaian, ku ambil ponsel kecilku di saku celana. Ponsel Mokia 105 keluaran lama.

Dengan ragu akhirnya ku putuskan untuk menghubungi nomor ponsel mas Haris, kami sudah saling bertukar nomor ponsel sejak 2 minggu yang lalu. Nomor ponsel mas Haris ternyata sejak dulu tidak berubah, ujungnya masih tetap angka 1000. Sementara nomorku selalu berubah-ubah.

Tut Tut Tut! Bunyi panggilan ku terhubung.

"Assalamualaikum, Halo," jawab mas Haris di ujung sana. "Aku masih di taman bersama Alena," timpalnya.

"Waalaikumsalam Mas," jawabku ragu.

"Kenapa Nin?"

"Aku sudah tiba di rumah, Mas."

"Bagaimana? Apa ada yang kurang?"

"Ini terlalu berlebihan, Mas."

"Tidak, karena rumah itu nanti juga akan ditempati oleh Alena."

Aku terdiam.

"Semuanya aku lakukan demi Alena," ucap mas Haris lagi.

Dan membuatku makin tergugu.

Terpopuler

Comments

Katherina Ajawaila

Katherina Ajawaila

semoga Namira mau mengalah ya, tapi ngk tau juga ya

2024-11-20

0

Mardiana

Mardiana

berawal demi Namira....

2025-02-25

0

andi hastutty

andi hastutty

Smoga mereka bersatu

2024-08-15

0

lihat semua
Episodes
1 AGKK Bab 1 - Semuanya Terjadi Di Luar Kendali
2 AGKK Bab 2 - Bodoh Kamu!
3 AGKK Bab 3 - Kesempatan Kedua
4 AGKK Bab 4 - Papa
5 AGKK Bab 5 - 6 Tahun Lalu
6 AGKK Bab 6 - Batas Kami Untuk Melangkah
7 AGKK Bab 7 - Perannya Sebagai Ayah
8 AGKK Bab 8 - Bagian Dari Keluarga Pratama
9 AGKK Bab 9 - Keputusan Bersama
10 AGKK Bab 10 - Mama Cubit Nanti
11 AGKK Bab 11 - Si Biang Kerok
12 AGKK Bab 12 - Seperti Dihipnotis
13 AGKK Bab 13 - Semuanya Demi Alena
14 AGKK Bab 14 - Menggenggam erat tanganku dan Alena sekaligus
15 AGKK Bab 15 - You Are My Sunshine
16 AGKK Bab 16 - Izinkan Aku Menyayanginya Juga
17 AGKK Bab 17 - Ketakutan Namira
18 AGKK Bab 18 - Janji
19 AGKK Bab 19 - Ponsel Baru
20 AGKK Bab 20 - Keadaannya Tetap Sama
21 AGKK Bab 21 - Membuatku Sedih
22 AGKK Bab 22 - Saudara Perempuan
23 AGKK Bab 23 - Foto Alena
24 AGKK Bab 24 - Diomel Pagi-pagi
25 AGKK Bab 25 - Alena Sangat Cantik
26 AGKK Bab 26 - Tidak Boleh Serakah
27 AGKK Bab 27 - Cukup Mas
28 AGKK Bab 28 - Jika Kami Menikah
29 AGKK Bab 29 - Menjawab IYA
30 AGKK Bab 30 - Terasa Begitu Hangat
31 AGKK Bab 31 - Kehilangan Arah
32 AGKK Bab 32 - Sekali Saja
33 AGKK Bab 33 - Kesempatan Kedua
34 AGKK Bab 34 - Tidak Berubah
35 AGKK Bab 35 - Tidak Bisa Aku Tebak
36 AGKK Bab 36 - Harus Laporan
37 AGKK Bab 37 - Hari Ini Sangat Indah
38 AGKK Bab 38 - Sudah Membatu
39 AGKK Bab 39 - Langit dan Rindu
40 AGKK Bab 40 - Dulu Dan Sekarang
41 AGKK Bab 41 - Dalam Keadaan Sadar
42 AGKK Bab 42 - Terima Kasih
43 AGKK Bab 43 - Wanita Kecil Yang Tak Berdaya
44 AGKK Bab 44 - Percayalah Padaku
45 AGKK Bab 45 - Kamu Tidak Pernah Tanya
46 AGKK Bab 46 - Karena Alena
47 AGKK Bab 47 - Mas Haris Lebih Parah
48 AGKK Bab 48 - Pernikahan Yang Layak
49 AGKK Bab 49 - Jangan Menangis
50 AGKK Bab 50 - Kamar Kami
51 AGKK Bab 51 - Tidak Akan Menunda
52 AGKK Bab 52 - Untuk Kedua Kali
53 AGKK Bab 53 - Setelah Kita Bertemu
54 AGKK Bab 54 - Memangnya Sibuk Apa?
55 AGKK Bab 55
56 AGKK Bab 56 - Cemburu
57 AGKK Bab 57 - Bosku Di Perusahaan
58 AGKK Bab 58 - Jodohku Sejak Awal
59 AGKK Bab 59 - Ku Ulangi Lagi
60 AGKK Bab 60 - Keceplosan
61 AGKK Bab 61 - 100 Detik
62 AGKK Bab 62 - Juru Bicara
63 AGKK Bab 63 - Tidak Berani Menolak
64 AGKK Bab 64 - Jangan Pedulikan Aku
65 AGKK Bab 65 - Pasrah
66 AGKK Bab 66 - Hadiah Paling Indah
67 Terjerat Dosen Galak
Episodes

Updated 67 Episodes

1
AGKK Bab 1 - Semuanya Terjadi Di Luar Kendali
2
AGKK Bab 2 - Bodoh Kamu!
3
AGKK Bab 3 - Kesempatan Kedua
4
AGKK Bab 4 - Papa
5
AGKK Bab 5 - 6 Tahun Lalu
6
AGKK Bab 6 - Batas Kami Untuk Melangkah
7
AGKK Bab 7 - Perannya Sebagai Ayah
8
AGKK Bab 8 - Bagian Dari Keluarga Pratama
9
AGKK Bab 9 - Keputusan Bersama
10
AGKK Bab 10 - Mama Cubit Nanti
11
AGKK Bab 11 - Si Biang Kerok
12
AGKK Bab 12 - Seperti Dihipnotis
13
AGKK Bab 13 - Semuanya Demi Alena
14
AGKK Bab 14 - Menggenggam erat tanganku dan Alena sekaligus
15
AGKK Bab 15 - You Are My Sunshine
16
AGKK Bab 16 - Izinkan Aku Menyayanginya Juga
17
AGKK Bab 17 - Ketakutan Namira
18
AGKK Bab 18 - Janji
19
AGKK Bab 19 - Ponsel Baru
20
AGKK Bab 20 - Keadaannya Tetap Sama
21
AGKK Bab 21 - Membuatku Sedih
22
AGKK Bab 22 - Saudara Perempuan
23
AGKK Bab 23 - Foto Alena
24
AGKK Bab 24 - Diomel Pagi-pagi
25
AGKK Bab 25 - Alena Sangat Cantik
26
AGKK Bab 26 - Tidak Boleh Serakah
27
AGKK Bab 27 - Cukup Mas
28
AGKK Bab 28 - Jika Kami Menikah
29
AGKK Bab 29 - Menjawab IYA
30
AGKK Bab 30 - Terasa Begitu Hangat
31
AGKK Bab 31 - Kehilangan Arah
32
AGKK Bab 32 - Sekali Saja
33
AGKK Bab 33 - Kesempatan Kedua
34
AGKK Bab 34 - Tidak Berubah
35
AGKK Bab 35 - Tidak Bisa Aku Tebak
36
AGKK Bab 36 - Harus Laporan
37
AGKK Bab 37 - Hari Ini Sangat Indah
38
AGKK Bab 38 - Sudah Membatu
39
AGKK Bab 39 - Langit dan Rindu
40
AGKK Bab 40 - Dulu Dan Sekarang
41
AGKK Bab 41 - Dalam Keadaan Sadar
42
AGKK Bab 42 - Terima Kasih
43
AGKK Bab 43 - Wanita Kecil Yang Tak Berdaya
44
AGKK Bab 44 - Percayalah Padaku
45
AGKK Bab 45 - Kamu Tidak Pernah Tanya
46
AGKK Bab 46 - Karena Alena
47
AGKK Bab 47 - Mas Haris Lebih Parah
48
AGKK Bab 48 - Pernikahan Yang Layak
49
AGKK Bab 49 - Jangan Menangis
50
AGKK Bab 50 - Kamar Kami
51
AGKK Bab 51 - Tidak Akan Menunda
52
AGKK Bab 52 - Untuk Kedua Kali
53
AGKK Bab 53 - Setelah Kita Bertemu
54
AGKK Bab 54 - Memangnya Sibuk Apa?
55
AGKK Bab 55
56
AGKK Bab 56 - Cemburu
57
AGKK Bab 57 - Bosku Di Perusahaan
58
AGKK Bab 58 - Jodohku Sejak Awal
59
AGKK Bab 59 - Ku Ulangi Lagi
60
AGKK Bab 60 - Keceplosan
61
AGKK Bab 61 - 100 Detik
62
AGKK Bab 62 - Juru Bicara
63
AGKK Bab 63 - Tidak Berani Menolak
64
AGKK Bab 64 - Jangan Pedulikan Aku
65
AGKK Bab 65 - Pasrah
66
AGKK Bab 66 - Hadiah Paling Indah
67
Terjerat Dosen Galak

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!