"Ayo bangun! Bawa aku segera menemui Alena!" ucap pak Harris dengan suara yang masih terdengar tinggi di telingaku. Dia pun mengangkat pundakku hingga akhirnya aku kembali berdiri.
"Harusnya kamu katakan hal ini sejak awal! jadi Alena tak perlu menderita sampai bertahun-tahun!" katanya, dia nampak geram sekali dari nada bicaranya. Menatapku dengan tajam.
"Ayo cepat! Temukan aku dengan Alena!"
Tunggu dulu, apa ini artinya pak Harris mau menerima Alena? Dia mau membantu pengobatan Alena?
Aku ingin mempertanyakan itu semua tapi tanganku sudah lebih dulu di tarik untuk meninggalkan rumah tersebut.
"Sa-saya akan naik motor Pak," ucapku ketika pak Harris membawaku masuk ke dalam mobilnya.
"Sudah tidak ada waktu!" balas pak Harris, dan sejak dulu hingga sekarang aku tetap tak pernah berani membantah ucapannya.
Pada akhirnya aku duduk dengan kaku di samping beliau.
Terpaksa ku tinggalkan motor ku begitu saja di dekat pos keamanan. Besok aku harus kembali ke sini lagi untuk mengambil motor itu.
Sepanjang perjalanan menuju rumah sakit, ku lihat pak Harris mengemudi mobil dalam diam. Wajahnya nampak tidak tenang, kadang aku masih bertanya-tanya benarkah pak Harris bersedia mengakui Alena sebagai anaknya? Apakah dia tak ingin meragukan aku lebih dulu.
Entahlah, sekarang ini semua tidak penting. Yang penting adalah pak Harris telah bersedia membayar semua biaya pengobatan Alena.
Sebelum jam 6 malam akhirnya aku benar-benar telah kembali ke rumah sakit tersebut, tapi sekarang aku tidak datang sendiri. Melainkan bersama seorang pria yang jelas akan nampak asing di wajah Alena.
"Silahkan, Pak. Ini adalah rang rawat Alena," ucapku meski ragu. Aku pun membuka pintu dan masuk lebih dulu, lalu memberi ruang agar pak Harris bisa masuk juga.
"Ma," panggil Alena langsung, memanggil dengan suara yang lirih.
"Mama sudah kembali sayang," jawabku pula seraya berjalan mendekati ranjang.
Ku lihat pak Harris nampak terpaku, dia pasti sangat terkejut melihat wajah Alena. Tak bisa dipungkiri, paras Alena begitu mirip dengan pak Harris.
"Dia siapa, Nin?" tanya ibu dengan suara berbisik.
"Dia pak Harris Bu, ayahnya Alena," jawabku tak kalah lirih.
Ibu seketika terdiam, dia memang telah tau semua cerita. Namun ini adalah pertemuan pertama keduanya. Ibu tak bisa marah ataupun berontak, karena semua yang terjadi di dalam hidupku adalah keputusan ku sendiri.
Ibu hanya mundur, seolah tak sanggup melihat semua kenyataan.
"Ma, oom itu siapa?" tanya Alena pula. Suara kecil yang akhirnya menarik pak Harris untuk semakin mendekati ranjang.
Sampai akhirnya pak Harris duduk di tepian.
"Papa, maafkan Papa Alena," ucap Harris, entah pergulatan batin seperti apa yang saat ini menguasai pak Harris. Tapi tiba-tiba dia mengucapkan kalimat tersebut pada Alena.
Dan Alena yang terkejut langsung menyentuh dadanya yang sesak, nafasnya semakin tidak karuan.
"Tenang sayang, tenang, Mama ada di sini. Tenang, Tenang," ucapku bertubi, terus bicara Agara Alena bisa mengendalikan diri.
Sementara pak Harris ku lihat kedua matanya sudah merah, menggenang cairan bening di dalam sana.
"Tenangkan Alena, aku akan mengurus semua biaya administrasi," kata pak Harris. Dengan langkah kaki yang nampak terhuyung dia keluar dari ruangan ini.
Aku juga ingin menangis, tapi sekuat tenaga ku tahan.
Ya Allah, beri aku kesempatan kedua untuk bisa membahagiakan Alena.
"Sayang, papa akan membantumu sembuh. Alena bahagia kan?" tanyaku lirih. "Alena akhirnya bisa bertemu dengan papa, Jadi ayo kita semangat lagi, sekali lagi, setelah ini kita akan berkumpul." Kataku.
Lalu mengucapkan Aamiin di dalam hati.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 67 Episodes
Comments
Mardiana
Alhamdulillah pak Haris GK ribet mau mengakuinya
2025-02-24
0
Lily Miu
terharu aku
2024-09-05
1
andi hastutty
Pak haris untungnya baik
2024-08-15
0