AGKK Bab 11 - Si Biang Kerok

"Iya sayang, setelah Alena sembuh ayo kita lakukan semua yang ingin Alena lakukan selama ini," jawabku, aku tidak menemukan jawaban apapun selain ini.

Apalagi jika ingat selama ini Alena tidak pernah bermain sebagaimana mestinya. Dia ingin berlari namun baru satu langkah dia ambil jantungnya sudah berdegup ingin pecah, tiba-tiba sesak mendera dan membuatnya urung untuk mengambil langkah cepat tersebut.

Alena tidak pernah bisa bermain dengan leluasa. Aku tidak ingin mematahkan kebahagiaan dengan menjelaskan hal-hal yang lebih rinci tentang aku dan mas Haris.

Karena itulah aku memberikan jawaban yang bisa tetap mempertahankan senyum di bibir Alena.

Lihatlah, kini anak cantik itu tersenyum dengan begitu manis.

Masya Allah, ucapku di dalam hati.

Aku dan Alena saling bicara, saling menggoda sampai akhirnya datang Dokter Anton yang hendak menyuntikkan obat di selang infus Alena.

Aku tetap mendampingi dan duduk di tepi ranjang di samping anakku.

"Tumben dokter yang datang, biasanya perawat," ucapku dan membuat dokter Anton tersenyum.

"Karena ini layanan untuk pasien VIP, Bu," jawab dokter Anton kemudian, membuatku tersenyum kikuk.

Harusnya tidak usah ku tanya lagi pasti ini semua karena mas Haris.

Tak berselang lama setelah Alena di suntik obat, gadis kecilku jadi mengantuk.

"Papa," kata Alena.

"Alena ingin ditemani Papa?" tanyaku pula dan anak manis ini menganggukkan kepalanya. Wajar saja jika sekarang dia selalu ingin melihat wajah sang ayah. Pertemuan setelah 6 tahun waktu berlalu pasti sulit sekali untuk menebus rindu. Di awal-awal seperti ini pasti ingin selalu bersama.

Aku tidak merasa cemburu sedikitpun, aku justru senang karena sekarang Alena memiliki seorang ayah. Lebih senang lagi ketika melihat keduanya saling menyayangi dengan tulus.

"Baiklah, mama akan panggilan papa untuk Alena," jawabku, sebelum pergi ku cium lebih dulu kening anakku.

Lalu melangkah dengan kaki cepat untuk keluar. "Mas," panggilku pada mas Haris yang duduk di ruang tengah.

Dia yang tadi fokus pada ponselnya langsung menoleh ke arahku dengan cepat, juga segera bangkit hingga kami saling berhadapan. "Ada apa?!" tanya mas Haris dengan raut wajah yang nampak cemas.

Eh kenapa dia berlebihan seperti ini? Padahal tidak ada sesuatu yang mendesak.

"Maaf Mas, tapi Alena mengantuk dan dia ingin tidur ditemani mas Haris," jawabku diantara senyum kikuk yang ku ukirkan.

Lantas ku lihat dia membuang nafasnya dengan perlahan, seperti lega karena tidak ada yang urgen.

"Baiklah," jawab mas Haris singkat.

"Maaf Mas_," kataku lagi hingga membuat langkahnya terjeda, "Aku izin sebentar, mau ambil motor di rumah mas Haris," ucapku. Meninggalkan motor di sana membuatku tidak tenang sendiri.

Motor itu bukan punyaku, tapi punya tetangga rumah yang untungnya sangat baik padaku dan ibu. Jadi kami dibebaskan untuk memakainya.

Mas Haris tidak langsung menjawab, malah menatapku dengan tatapan yang entah. Aku tidak bisa menjelaskannya.

"Nanti saja, setelah Alena tidur kita pergi bersama. Aku juga ingin pulang sebentar," jawabnya dengan suara yang terdengar dingin di telingaku. Kehangatan yang dia punya memang hanya ditujukan untuk Alena.

Sungguh, aku ingin menolak untuk pergi bersama. Berada dalam satu mobil dengannya membuatku kesulitan untuk bernafas. Lebih baik aku naik bus saja.

Tapi bukannya menggeleng, kepalaku malah mengangguk kecil.

Aku tidak bisa berdebat dengannya, apalagi Alena juga sudah menunggu papanya datang.

Dan setelah aku mengangguk, mas Haris pun pergi menuju kamar anak kami.

"Huh," aku membuang nafasku kasar, lalu menelan ludah dengan kasar pula.

"Ibu dimana?" gumamku kemudian saat tak ku lihat ibu dimana pun.

Ku putuskan untuk mendatangi kamar dan memeriksa di sana. Benar saja ada ibu, tapi dia tidak sendiri. Bersama seorang wanita yang sedang memijat tubuhnya.

"Bu," panggilku dan ibu menoleh.

"Eh Nduk, ibu lagi dipijat ini lo. Haris yang panggil tukang pijatnya," jelas ibu, kini tiap menyebut nama mas Haris selalu tersenyum bibirnya.

"Siang Mbak," ucap tukang pijat itu pula.

"Iya Bude," Jawabku dengan kepala sedikit mengangguk.

"Bu, aku nanti pergi sebentar ya, mau ambil motor. Kemarin ketinggalan di rumah mas Haris," kataku pamit.

"Iya Nin, nanti ibu yang akan jaga Alena," jawabnya pula.

"Aku keluar ya?"

"Iya," jawab ibu.

Keluar, aku jadi bingung mau kemana. Ingin duduk di ruang tengah tapi juga penasaran apa yang dilakukan mas Haris untuk menidurkan Alena. Jadi ku putuskan untuk mengintip saja.

Pelan-pelan ku langkahkan kakiku menuju ke sana, aku mepet sekali di dinding agar tidak ketahuan. Lalu ku lihat pak Haris yang mengelus lembut puncak kepala Alena.

Ternyata mas Haris tidak hanya diam, tapi dia juga menceritakan dongeng tentang putri cantik dan pangeran tampan.

Bagaimana bisa mas Haris fasih sekali menceritakan dongeng itu, padahal kan dia belum punya anak. Batinku, aku saja masih meraba-raba jika menceritakan dongeng tanpa melihat buku seperti itu, tapi mas Haris sangat lancar.

Oh Ya Allah, Kenapa pula aku membandingkan mas Haris denganku, jelas saja beda jauh. Mas Haris itu pintar bukan main, sementara otakku mendadak tumpul setelah tidak bekerja. Batinku lagi.

Saat ku lihat mas Haris bangun dari duduknya, aku buru-buru berbalik dan menuju ruang tengah dengan kaki jinjit. Jangan sampai lariku menimbulkan suara, jika bisa rasanya aku ingin terbang.

Jantungku berdegup takut ketahuan, deg deg! Deg deg! Cepat sekali degupnya.

Astaghfirullahaladzim, seperti maling! rutukku sendiri di dalam hati.

Lantas duduk dengan kasar di sofa ruang tengah tersebut. Terus berusaha menetralkan detak jantung ku sendiri.

"Pamitlah pada ibu, kita pergi sekarang," ucap mas Haris tiba-tiba. Bicaranya juga buru-buru, seperti ingin cepat-cepat pergi.

"Baik, Mas," jawabku patuh, disaat dia ingin cepat aku tidak boleh lambat, aku harus mengimbangi semua pergerakannya.

Setelah pamit pada ibu, kami pun pergi. Mas Haris berjalan di depan sementara aku mengikuti di belakang. Keadaan seperti ini membuatku langsung teringat dengan masa lalu, saat aku masih jadi sekretarisnya.

Huh! diam-diam ku buang nafasku lagi dengan kasar, saat sadar akulah yang sudah menghancurkan hubungan baik kami.

Aku lah si biang keroknya.

"Duduk di depan," kata mas Haris saat kami sudah sampai di samping mobil beliau.

"Baik Mas," jawabku patuh dan tegas.

Aku juga langsung memasang seat belt saat mas Haris mulai menyalakan mesin mobil.

Tapi sial, saat ku tarik-tarik sabuk itu, sabuknya tidak mau turun. Kemarin aku tidak sempat memakai seat belt ini. Membuat mas Haris jadi menatap ke arahku.

"Bisa tidak?" tanyanya dengan sorot mata dingin.

"Bisa, Mas," jawabku yakin. Ku tarik lagi sabuk itu dengan kuat, tapi malah terasa menyangkut.

Ya Allah. Batinku lirih. Dan detik berikutnya ku lihat mas Haris mendekat, membantuku memakai seat belt tersebut.

Deg!

Terpopuler

Comments

Katherina Ajawaila

Katherina Ajawaila

sabar ya Nin, org kecil. pasti bawaan nya dek2 an

2024-11-20

0

Mardiana

Mardiana

anin pastinya grogi😁

2025-02-25

0

andi hastutty

andi hastutty

Kasian anin serba salah

2024-08-15

1

lihat semua
Episodes
1 AGKK Bab 1 - Semuanya Terjadi Di Luar Kendali
2 AGKK Bab 2 - Bodoh Kamu!
3 AGKK Bab 3 - Kesempatan Kedua
4 AGKK Bab 4 - Papa
5 AGKK Bab 5 - 6 Tahun Lalu
6 AGKK Bab 6 - Batas Kami Untuk Melangkah
7 AGKK Bab 7 - Perannya Sebagai Ayah
8 AGKK Bab 8 - Bagian Dari Keluarga Pratama
9 AGKK Bab 9 - Keputusan Bersama
10 AGKK Bab 10 - Mama Cubit Nanti
11 AGKK Bab 11 - Si Biang Kerok
12 AGKK Bab 12 - Seperti Dihipnotis
13 AGKK Bab 13 - Semuanya Demi Alena
14 AGKK Bab 14 - Menggenggam erat tanganku dan Alena sekaligus
15 AGKK Bab 15 - You Are My Sunshine
16 AGKK Bab 16 - Izinkan Aku Menyayanginya Juga
17 AGKK Bab 17 - Ketakutan Namira
18 AGKK Bab 18 - Janji
19 AGKK Bab 19 - Ponsel Baru
20 AGKK Bab 20 - Keadaannya Tetap Sama
21 AGKK Bab 21 - Membuatku Sedih
22 AGKK Bab 22 - Saudara Perempuan
23 AGKK Bab 23 - Foto Alena
24 AGKK Bab 24 - Diomel Pagi-pagi
25 AGKK Bab 25 - Alena Sangat Cantik
26 AGKK Bab 26 - Tidak Boleh Serakah
27 AGKK Bab 27 - Cukup Mas
28 AGKK Bab 28 - Jika Kami Menikah
29 AGKK Bab 29 - Menjawab IYA
30 AGKK Bab 30 - Terasa Begitu Hangat
31 AGKK Bab 31 - Kehilangan Arah
32 AGKK Bab 32 - Sekali Saja
33 AGKK Bab 33 - Kesempatan Kedua
34 AGKK Bab 34 - Tidak Berubah
35 AGKK Bab 35 - Tidak Bisa Aku Tebak
36 AGKK Bab 36 - Harus Laporan
37 AGKK Bab 37 - Hari Ini Sangat Indah
38 AGKK Bab 38 - Sudah Membatu
39 AGKK Bab 39 - Langit dan Rindu
40 AGKK Bab 40 - Dulu Dan Sekarang
41 AGKK Bab 41 - Dalam Keadaan Sadar
42 AGKK Bab 42 - Terima Kasih
43 AGKK Bab 43 - Wanita Kecil Yang Tak Berdaya
44 AGKK Bab 44 - Percayalah Padaku
45 AGKK Bab 45 - Kamu Tidak Pernah Tanya
46 AGKK Bab 46 - Karena Alena
47 AGKK Bab 47 - Mas Haris Lebih Parah
48 AGKK Bab 48 - Pernikahan Yang Layak
49 AGKK Bab 49 - Jangan Menangis
50 AGKK Bab 50 - Kamar Kami
51 AGKK Bab 51 - Tidak Akan Menunda
52 AGKK Bab 52 - Untuk Kedua Kali
53 AGKK Bab 53 - Setelah Kita Bertemu
54 AGKK Bab 54 - Memangnya Sibuk Apa?
55 AGKK Bab 55
56 AGKK Bab 56 - Cemburu
57 AGKK Bab 57 - Bosku Di Perusahaan
58 AGKK Bab 58 - Jodohku Sejak Awal
59 AGKK Bab 59 - Ku Ulangi Lagi
60 AGKK Bab 60 - Keceplosan
61 AGKK Bab 61 - 100 Detik
62 AGKK Bab 62 - Juru Bicara
63 AGKK Bab 63 - Tidak Berani Menolak
64 AGKK Bab 64 - Jangan Pedulikan Aku
65 AGKK Bab 65 - Pasrah
66 AGKK Bab 66 - Hadiah Paling Indah
67 Terjerat Dosen Galak
Episodes

Updated 67 Episodes

1
AGKK Bab 1 - Semuanya Terjadi Di Luar Kendali
2
AGKK Bab 2 - Bodoh Kamu!
3
AGKK Bab 3 - Kesempatan Kedua
4
AGKK Bab 4 - Papa
5
AGKK Bab 5 - 6 Tahun Lalu
6
AGKK Bab 6 - Batas Kami Untuk Melangkah
7
AGKK Bab 7 - Perannya Sebagai Ayah
8
AGKK Bab 8 - Bagian Dari Keluarga Pratama
9
AGKK Bab 9 - Keputusan Bersama
10
AGKK Bab 10 - Mama Cubit Nanti
11
AGKK Bab 11 - Si Biang Kerok
12
AGKK Bab 12 - Seperti Dihipnotis
13
AGKK Bab 13 - Semuanya Demi Alena
14
AGKK Bab 14 - Menggenggam erat tanganku dan Alena sekaligus
15
AGKK Bab 15 - You Are My Sunshine
16
AGKK Bab 16 - Izinkan Aku Menyayanginya Juga
17
AGKK Bab 17 - Ketakutan Namira
18
AGKK Bab 18 - Janji
19
AGKK Bab 19 - Ponsel Baru
20
AGKK Bab 20 - Keadaannya Tetap Sama
21
AGKK Bab 21 - Membuatku Sedih
22
AGKK Bab 22 - Saudara Perempuan
23
AGKK Bab 23 - Foto Alena
24
AGKK Bab 24 - Diomel Pagi-pagi
25
AGKK Bab 25 - Alena Sangat Cantik
26
AGKK Bab 26 - Tidak Boleh Serakah
27
AGKK Bab 27 - Cukup Mas
28
AGKK Bab 28 - Jika Kami Menikah
29
AGKK Bab 29 - Menjawab IYA
30
AGKK Bab 30 - Terasa Begitu Hangat
31
AGKK Bab 31 - Kehilangan Arah
32
AGKK Bab 32 - Sekali Saja
33
AGKK Bab 33 - Kesempatan Kedua
34
AGKK Bab 34 - Tidak Berubah
35
AGKK Bab 35 - Tidak Bisa Aku Tebak
36
AGKK Bab 36 - Harus Laporan
37
AGKK Bab 37 - Hari Ini Sangat Indah
38
AGKK Bab 38 - Sudah Membatu
39
AGKK Bab 39 - Langit dan Rindu
40
AGKK Bab 40 - Dulu Dan Sekarang
41
AGKK Bab 41 - Dalam Keadaan Sadar
42
AGKK Bab 42 - Terima Kasih
43
AGKK Bab 43 - Wanita Kecil Yang Tak Berdaya
44
AGKK Bab 44 - Percayalah Padaku
45
AGKK Bab 45 - Kamu Tidak Pernah Tanya
46
AGKK Bab 46 - Karena Alena
47
AGKK Bab 47 - Mas Haris Lebih Parah
48
AGKK Bab 48 - Pernikahan Yang Layak
49
AGKK Bab 49 - Jangan Menangis
50
AGKK Bab 50 - Kamar Kami
51
AGKK Bab 51 - Tidak Akan Menunda
52
AGKK Bab 52 - Untuk Kedua Kali
53
AGKK Bab 53 - Setelah Kita Bertemu
54
AGKK Bab 54 - Memangnya Sibuk Apa?
55
AGKK Bab 55
56
AGKK Bab 56 - Cemburu
57
AGKK Bab 57 - Bosku Di Perusahaan
58
AGKK Bab 58 - Jodohku Sejak Awal
59
AGKK Bab 59 - Ku Ulangi Lagi
60
AGKK Bab 60 - Keceplosan
61
AGKK Bab 61 - 100 Detik
62
AGKK Bab 62 - Juru Bicara
63
AGKK Bab 63 - Tidak Berani Menolak
64
AGKK Bab 64 - Jangan Pedulikan Aku
65
AGKK Bab 65 - Pasrah
66
AGKK Bab 66 - Hadiah Paling Indah
67
Terjerat Dosen Galak

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!