AGKK Bab 14 - Menggenggam erat tanganku dan Alena sekaligus

Ya Allah, batinku setelah panggilan telepon dengan mas Haris terputus. Aku tau, sangat tau bahwa semua hal yang dilakukan oleh mas Haris hanya demi Alena.

Tapi hatiku makin lama makin tak tau diri, perlahan tersentuh dan terlena dengan semua sikapnya itu.

Hati, jangan begini. Kendalikan dirimu. Batinku, bicara pada hati ini. Semua rasa berlebihan ini tak akan pernah aku tunjukkan apalagi ungkapkan, hanya akan ku pendam sendiri sampai mati.

Aku tidak ingin kembali merusak hubunganku dengan mas Haris, kini semuanya telah baik-baik saja. Meski kami memilih jalan masing-masing, tapi selalu mengupayakan apapun untuk anak kami.

"Wes pulang-pulan, biar Anin dan ibunya menikmati rumah ini dulu," ucap bude Narti dengan suaranya yang khas, terdengar keras juga penuh perintah.

"Oalah sek hurung warek aku lek nyawang," ucap salah satu ibu-ibu, katanya dia belum puas melihat rumah ini.

Aku hanya tersenyum saja, "Nggak papa bude Narti, nggak usah buru-buru pulangnya, biar ku buatkan minum dulu," jawab ku meski belum tau dapurnya dimana.

"Eh jangan! Kamu juga pasti nggak lama kan pulang ini? Alena pasti menunggu mu di rumah sakit. Biar bude dan yang lain pulang saja," putus bude Narti.

Para tetangga yang mendengar nama Alena disebutkan pun langsung setuju dengan keputusan bude Narti tersebut, akhirnya mereka semua pamit untuk pulang.

Ada juga yang meminta maaf karena selama ini tidak bisa membantu memberiku hutangan untuk pengobatan Alena, meminta maaf karena selama ini mencaci maki dan mengumpat aku sebagai wanita yang tidak benar. Secara langsung mereka meminta maaf padaku dan ibu, tentu saja kami langsung memaafkan tanpa pikir panjang.

Selama ini pun aku tudak sempat mendengar ucapan negatif para tetangga, pikiran ku selalu tertuju pada kesehatan Alena.

Setelah semua orang sepi, rumah ini jadi terasa lebih tenang. Ibu juga menutup pintu dan kembali memandang seisi rumah tersebut.

"Ya Allah, Nduk. Bener kan dugaan ibu, Pasti akan jadi seperti ini," ucap ibu.

Aku menghela nafas pelan, "Iya Bu, tapi kata mas Haris dia melakukan ini semua demi Alena. Rumah ini nanti akan Alena tempati," jelasku.

Ibu langsung menganggukkan kepala, seolah langsung paham apa maksudku ini.

"Iya Anin, ibu paham. Setelah 6 tahun berlalu dan akhirnya dia tau bahwa telah memiliki seorang anak. Pasti Haris akan melakukan apapun untuk membahagiakan Alena, membuat hidup anaknya jadi nyaman."

Benar, aku juga berpikirnya begitu. Karena itulah aku dan ibu tak bisa menolak, hanya bisa menerima dan ikut menikmati ini semua.

Aku dan ibu berjalan bersama menyusuri rumah ini, Dari ruang tamu yang luas, kamu masuk ke ruang keluarga yang lebih luas lagi. Dari sini nampak beberapa pintu dan kami buka ternyata ini adalah semua kamar. Totalnya ada 3 kamar dewasa dan 1 kamar yang jelas untuk Alena, karena di dekorasi dengan nada merah muda kesukaan Alena, juga perabotan Barbie boneka kesayangan Alena.

Rumah ini bisa jadi luas karena mas Haris membeli tanah di samping rumahku dulu, tanah yang awalnya adalah rumah kosong. Kini rumah itu juga menghilang dan diganti rumah megah ini. Cerita ini ku dapat juga dari bude Narti tadi.

Selesai melihat kamar kami berjalan lagi sampai ke dapur dan meja makan. Masya Allah sekali, semuanya benar-benar tertata dengan sempurna. Bahkan saat aku membuka pintu belakang, ku lihat ada taman bunga pula di halaman belakang ini.

"Alhamdulillah ya Nin, sekarang Allah membantu kita dengan tidak tanggung-tanggung. Melalui Haris semuanya jadi seperti ini," ucap ibu.

Ku tatap kedua matanya yang berbinar-binar bahagia. "Setelah Alena sembuh nanti izinkan aku cari pekerjaan lagi ya Bu, aku tidak ingin kita selalu bergantung dengan mas Haris. Setidaknya kita harus punya pegangan sendiri."

"Iya, ibu setuju padamu. Ibu juga akan selalu menjaga Alena dalam keadaan apapun," jawab ibu.

Sesaat kami saling memeluk, sebelum akhirnya memutuskan untuk kembali ke rumah sakit. Meninggalkan rumah yang nanti akan kami tempati.

*

*

Malam hari pun tiba, Alena ingin kami semua menonton televisi yang sedang menyiarkan serial kartun kesukaannya, Barbie si boneka cantik yang selalu mencari solusi dari tiap permasalan yang sedang dia hadapi.

Ibu sudah tidur lebih dulu, jadi di ruang tengah ini hanya ada aku, Alena dan mas Haris.

"Ma, kita matikan lampu utamanya yuk? Biar seperti di bioskop," ucap Alena, mengajukan sebuah permintaan.

Aku melirik mas Haris, ku lihat dia mengangguk.

"Oke, mama akan matikan lampunya. Siap-siap ya," jawabku pula seraya bangkit dan mendekati saklar lampu utama di ruangan ini. Saat lampu utama dimatikan, yang hidup hanyalah lampu temaram di tiap sudut ruangan.

"1 2 3!" ucapku, lalu klap! Lampu pun akhirnya mati.

"Yee!!" Sorak Alena dengan nada pelan, dia memeluk papanya erat seolah pura-pura ketakutan.

Aku hanya tersenyum saja melihat tingkah keduanya. "Ma, duduknya jangan jauh-jauh, sini di dekatku dan papa," pinta Alena lagi.

Tanpa banyak kata-kata aku langsung menurut. Tangan kini Alena menyentuh tanganku, sementara tangan kanan Alena menyentuh tangan mas Haris.

Kami mulai menatap layar televisi tersebut, melihat petualangan Barbie di pantai.

Sesekali Alena tertawa saat melihat siaran tersebut, sandal Barbie hilang diambil para kepiting.

"Lucu sekali! Kapan-kapan kita ke pantai ya Ma? Ya Pa? Aku ingin mencari kepiting juga," pinta Alena.

"Iya sayang." Mas Haris yang menjawab dengan cepat.

"Yee!" sorak Alena lagi, lalu tanpa aba-aba Alena menyatukan tangan kami bertiga.

Deg! Sontak aku buru-buru menarik tangan, tidak lagi mendarat di tangan milik mas Haris yang terasa hangat.

"Mama ambil minum dulu," kilahku saat ku lihat Alena dan mas Haris langsung menatap dengan kompak, seolah bertanya kenapa genggaman tangan mereka dilepas.

"Tapi aku tidak haus Ma," jawab Alena.

"Papa haus sayang, tolong ambilkan ya Ma?" sahut mas Haris pula dan membuatku menelan ludah kasar. Entah mas Haris bohong atau tidak tentang dia yang haus, namun permintaannya itu bisa menyelamatkan ku dari Alena.

"Iya Mas," jawabku kemudian.

Aku pergi membawa jantung yang berdegup, meski hanya sentuhkan kecil namun tetap saja rasanya seperti tersengat listrik.

Ketika kembali aku sudah membawa 2 gelas air putih, 1 untuk mas Haris, sementara yang 1 jaga-jaga untuk Alena.

"Ini Mas, silahkan diminum," ucapku.

"Terima kasih, Ma," jawab mas Haris, dia mengambil gelas itu dan diminumnya hingga habis setengah.

Aku duduk lagi di samping Alena, namun ternyata anak cantikku ini tak pernah lupa dengan apa yang dia inginkan, karena lagi-lagi Alena membuat tangan kami bertiga jadi saling menyatu. Kali ini aku tidak bisa menariknya karena mas Haris dengan cepat menahan.

Menggenggam erat tanganku dan Alena sekaligus.

Terpopuler

Comments

Eti Alifa

Eti Alifa

kok q senyum2 sendiri🤭

2025-02-01

0

Alanna Th

Alanna Th

kmungkinan takut anin mlh kabur lagi

2024-09-13

0

andi hastutty

andi hastutty

Mas haris mau apa tidak yah ma anin kenapa seolah olah kasi harapan

2024-08-15

1

lihat semua
Episodes
1 AGKK Bab 1 - Semuanya Terjadi Di Luar Kendali
2 AGKK Bab 2 - Bodoh Kamu!
3 AGKK Bab 3 - Kesempatan Kedua
4 AGKK Bab 4 - Papa
5 AGKK Bab 5 - 6 Tahun Lalu
6 AGKK Bab 6 - Batas Kami Untuk Melangkah
7 AGKK Bab 7 - Perannya Sebagai Ayah
8 AGKK Bab 8 - Bagian Dari Keluarga Pratama
9 AGKK Bab 9 - Keputusan Bersama
10 AGKK Bab 10 - Mama Cubit Nanti
11 AGKK Bab 11 - Si Biang Kerok
12 AGKK Bab 12 - Seperti Dihipnotis
13 AGKK Bab 13 - Semuanya Demi Alena
14 AGKK Bab 14 - Menggenggam erat tanganku dan Alena sekaligus
15 AGKK Bab 15 - You Are My Sunshine
16 AGKK Bab 16 - Izinkan Aku Menyayanginya Juga
17 AGKK Bab 17 - Ketakutan Namira
18 AGKK Bab 18 - Janji
19 AGKK Bab 19 - Ponsel Baru
20 AGKK Bab 20 - Keadaannya Tetap Sama
21 AGKK Bab 21 - Membuatku Sedih
22 AGKK Bab 22 - Saudara Perempuan
23 AGKK Bab 23 - Foto Alena
24 AGKK Bab 24 - Diomel Pagi-pagi
25 AGKK Bab 25 - Alena Sangat Cantik
26 AGKK Bab 26 - Tidak Boleh Serakah
27 AGKK Bab 27 - Cukup Mas
28 AGKK Bab 28 - Jika Kami Menikah
29 AGKK Bab 29 - Menjawab IYA
30 AGKK Bab 30 - Terasa Begitu Hangat
31 AGKK Bab 31 - Kehilangan Arah
32 AGKK Bab 32 - Sekali Saja
33 AGKK Bab 33 - Kesempatan Kedua
34 AGKK Bab 34 - Tidak Berubah
35 AGKK Bab 35 - Tidak Bisa Aku Tebak
36 AGKK Bab 36 - Harus Laporan
37 AGKK Bab 37 - Hari Ini Sangat Indah
38 AGKK Bab 38 - Sudah Membatu
39 AGKK Bab 39 - Langit dan Rindu
40 AGKK Bab 40 - Dulu Dan Sekarang
41 AGKK Bab 41 - Dalam Keadaan Sadar
42 AGKK Bab 42 - Terima Kasih
43 AGKK Bab 43 - Wanita Kecil Yang Tak Berdaya
44 AGKK Bab 44 - Percayalah Padaku
45 AGKK Bab 45 - Kamu Tidak Pernah Tanya
46 AGKK Bab 46 - Karena Alena
47 AGKK Bab 47 - Mas Haris Lebih Parah
48 AGKK Bab 48 - Pernikahan Yang Layak
49 AGKK Bab 49 - Jangan Menangis
50 AGKK Bab 50 - Kamar Kami
51 AGKK Bab 51 - Tidak Akan Menunda
52 AGKK Bab 52 - Untuk Kedua Kali
53 AGKK Bab 53 - Setelah Kita Bertemu
54 AGKK Bab 54 - Memangnya Sibuk Apa?
55 AGKK Bab 55
56 AGKK Bab 56 - Cemburu
57 AGKK Bab 57 - Bosku Di Perusahaan
58 AGKK Bab 58 - Jodohku Sejak Awal
59 AGKK Bab 59 - Ku Ulangi Lagi
60 AGKK Bab 60 - Keceplosan
61 AGKK Bab 61 - 100 Detik
62 AGKK Bab 62 - Juru Bicara
63 AGKK Bab 63 - Tidak Berani Menolak
64 AGKK Bab 64 - Jangan Pedulikan Aku
65 AGKK Bab 65 - Pasrah
66 AGKK Bab 66 - Hadiah Paling Indah
67 Terjerat Dosen Galak
Episodes

Updated 67 Episodes

1
AGKK Bab 1 - Semuanya Terjadi Di Luar Kendali
2
AGKK Bab 2 - Bodoh Kamu!
3
AGKK Bab 3 - Kesempatan Kedua
4
AGKK Bab 4 - Papa
5
AGKK Bab 5 - 6 Tahun Lalu
6
AGKK Bab 6 - Batas Kami Untuk Melangkah
7
AGKK Bab 7 - Perannya Sebagai Ayah
8
AGKK Bab 8 - Bagian Dari Keluarga Pratama
9
AGKK Bab 9 - Keputusan Bersama
10
AGKK Bab 10 - Mama Cubit Nanti
11
AGKK Bab 11 - Si Biang Kerok
12
AGKK Bab 12 - Seperti Dihipnotis
13
AGKK Bab 13 - Semuanya Demi Alena
14
AGKK Bab 14 - Menggenggam erat tanganku dan Alena sekaligus
15
AGKK Bab 15 - You Are My Sunshine
16
AGKK Bab 16 - Izinkan Aku Menyayanginya Juga
17
AGKK Bab 17 - Ketakutan Namira
18
AGKK Bab 18 - Janji
19
AGKK Bab 19 - Ponsel Baru
20
AGKK Bab 20 - Keadaannya Tetap Sama
21
AGKK Bab 21 - Membuatku Sedih
22
AGKK Bab 22 - Saudara Perempuan
23
AGKK Bab 23 - Foto Alena
24
AGKK Bab 24 - Diomel Pagi-pagi
25
AGKK Bab 25 - Alena Sangat Cantik
26
AGKK Bab 26 - Tidak Boleh Serakah
27
AGKK Bab 27 - Cukup Mas
28
AGKK Bab 28 - Jika Kami Menikah
29
AGKK Bab 29 - Menjawab IYA
30
AGKK Bab 30 - Terasa Begitu Hangat
31
AGKK Bab 31 - Kehilangan Arah
32
AGKK Bab 32 - Sekali Saja
33
AGKK Bab 33 - Kesempatan Kedua
34
AGKK Bab 34 - Tidak Berubah
35
AGKK Bab 35 - Tidak Bisa Aku Tebak
36
AGKK Bab 36 - Harus Laporan
37
AGKK Bab 37 - Hari Ini Sangat Indah
38
AGKK Bab 38 - Sudah Membatu
39
AGKK Bab 39 - Langit dan Rindu
40
AGKK Bab 40 - Dulu Dan Sekarang
41
AGKK Bab 41 - Dalam Keadaan Sadar
42
AGKK Bab 42 - Terima Kasih
43
AGKK Bab 43 - Wanita Kecil Yang Tak Berdaya
44
AGKK Bab 44 - Percayalah Padaku
45
AGKK Bab 45 - Kamu Tidak Pernah Tanya
46
AGKK Bab 46 - Karena Alena
47
AGKK Bab 47 - Mas Haris Lebih Parah
48
AGKK Bab 48 - Pernikahan Yang Layak
49
AGKK Bab 49 - Jangan Menangis
50
AGKK Bab 50 - Kamar Kami
51
AGKK Bab 51 - Tidak Akan Menunda
52
AGKK Bab 52 - Untuk Kedua Kali
53
AGKK Bab 53 - Setelah Kita Bertemu
54
AGKK Bab 54 - Memangnya Sibuk Apa?
55
AGKK Bab 55
56
AGKK Bab 56 - Cemburu
57
AGKK Bab 57 - Bosku Di Perusahaan
58
AGKK Bab 58 - Jodohku Sejak Awal
59
AGKK Bab 59 - Ku Ulangi Lagi
60
AGKK Bab 60 - Keceplosan
61
AGKK Bab 61 - 100 Detik
62
AGKK Bab 62 - Juru Bicara
63
AGKK Bab 63 - Tidak Berani Menolak
64
AGKK Bab 64 - Jangan Pedulikan Aku
65
AGKK Bab 65 - Pasrah
66
AGKK Bab 66 - Hadiah Paling Indah
67
Terjerat Dosen Galak

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!