Bab 10

Dazen awalnya sangat percaya diri ketika memasuki supermarket besar itu, namun ketika dilihatnya banyak lorong, dia mulai kebingungan.

"Dari mana aku masuk tadi?" Keling-lungan Dazen nampak sangat jelas.

Sonia gadis cantik dengan rambut hitam panjang, merasa kasihan dengan pria sebayanya itu. Dengan inisiatif, dia melangkah mendekati Dazen.

"Hay," Sonia melambaikan tangan kecil menyapa.

Dazen yang terkejut, seperti biasa langsung memundurkan kepalanya membuat kesan sangat was-was. Sonia yang terbiasa di perlakukan baik, sedikit tidak bisa menerima bahasa tubuh Dazen. Tapi begitu, dia tetap lanjut menyapanya ....

"Aku melihatmu sedang kebingungan! apa kau butuh bantuan?"

Dazen menundukkan kepala sejenak, dia memang kebingungan, jadi tidak ada salahnya untuk menerima bantuan.

"Ya, aku baru disini."

Mendengar hal itu, Sonia tersenyum. Dia senang ternyata pria itu benar kebingungan dan gestur tadi adalah bentuk kehati-hatian.

"Wow, aksenmu sangat bagus untuk pendatang."

Dazen tersenyum setengah bibir. Dia tidak nyaman membicarakan hal yang tak terlalu penting, apalagi disaat seperti ini.

Mengerti hal ini, Sonia cepat bertanya.

"... mm, kalau begitu apa ada yang bisa aku bantu?"

Menekan gagang kacanya, tadi Dazen bingung dan sekarang dia dibuat gugup. Sonia terlalu berseri-seri untuk seseorang introvert sepertinya.

"A-aku tidak tahu tempat daging!" jawab Dazen asal.

"Oh, haha ...," Sonia tertawa kecil, dan di sambut dahi berkerut Dazen.

"Maaf, sini ikut aku." Tanpa menunggu, Sonia berjalan lebih dulu. Membuat Dazen mau tidak mau hanya bisa mengikuti.

Kepribadian Sonia yang hangat sehangat mentari, kontras sekali dengan Dazen. Membuat banyak pasang mata memperhatikan mereka.

Sedikit yang Dazen tidak mengerti, mengapa gadis itu berbicara banyak hal! bahkan pada dirinya yang baru saja di temui. Karena kini Dazen bahkan tahu makanan kesukaan gadis itu.

"Oh yah, siapa namamu?" tanya Sonia setelah sekian lama.

"Dazen."

"Hai Dazen, aku Sonia." dengan senyum Sonia memperkenalkan dirinya, tapi malah mendapati Dazen dengan dahi berkerut.

"Daz, apa kau tidak nyaman?"

"Hah?" Dazen menggeleng cepat.

"Aku lihat kau mengangkat alis terus menerus, seolah kau tak nyaman!"

"Bukan, bukan begitu. Hanya saja ... aku sedikit heran denganmu! Kalau orang lain berkenalan di awal, kau malah melakukannya diakhir. Selain itu, kau membantuku berbelanja sejak tadi, apa kau sendiri tidak belanja?"

Sonia menepuk dahinya dengan tawa. "Astaga, kau benar Daz! aku datang kemari untuk belanja bahan untuk buat sup, tapi aku bahkan belum mencari resepnya." kata Sonia diakhiri dengan lesuh.

Dazen semakin tidak mengerti kepribadian Sonia. Memangnya, siapa yang datang belanja, tanpa tahu apa yang ingin di belanjakan? pikirnya.

"Apa kau mau kubantu? aku tahu cara membuat sup!" Sonia yang mendengar tawaran itu, menutup mulut dengan kedua tangannya! menggeleng tidak percaya.

"... jangan khawatir aku tahu. Kalau kau mau, aku juga bisa memberitahumu step by step-nya!"

"Aku mau! Aku mau!" Angguk Sonia antusias. "... Kakekku akan datang dari luar negeri, aku bermaksud untuk membuatkan sup, sebagai kesukaannya!"

"Kakekmu menyukai sup apa?"

"Tidak tahu! sebenarnya dia tidak menyukai sup, tapi kondisi giginya hanya memungkinkan untuk makan sup saja! Hahaaaa ...!"

Dazen menjatuhkan rahang mendengar penjelasan Sonia. Ditambah suara tawanya yang renyah, gadis itu sangat konyol, pikir Dazen.

"Kenapa kau tidak tertawa?"

Dazen akhirnya tertawa kecil. Lebih tepatnya, tertawa karena tidak habis pikir pada pertanyaan Sonia. Namun begitu, dia tetap menjawab ..., "Aku memiliki selera humor yang tinggi."

Dengan sedikit malu, Sonia minta maaf, "selera humor ku memang rendah, jadi tolong di maafkan."

Tapi walaupun meminta maaf, tidak ada sorot malu dari Sonia. Melihat hal ini, Dazen merasa kagum dengan kepercayaan diri Sonia.

"Dazen?"

Suara serak ya menginterupsi pembicaraan mereka, membuat kedua insan itu sontak menoleh.

Dante memindai dua remaja di depannya. Keduanya nampak malu-malu, seperti sepasang hamster bagi Dante.

Dazen merasa malu pada Dante, karena mendapatinya dengan seorang teman perempuan.

Sementara rona merah muda di pipi Sonia, ialah karena dia mengagumi Dante.

"Kakak yang kemarin menendang pria besar dijalan bukan?"

Dante sedikit terkejut, namun dengan segera menguasai dirinya. "Ah, kau pasti telah melihat live actionnya kan?"

Sonia bertepuk tangan pelan sambil melompat kecil.

'astaga, benar-benar remaja!' pikir Dante.

"Ya, begitulah. Kita tidak boleh menjadi kasar kepada orang lain, tapi bukan berarti menoleransi kekasaran orang lain pada kita." Ucap Dante dengan sok.

Melihat tingkah Kakaknya, Dazen dibuat jijik.

"Aku sudah selesai, aku akan menyusulmu!"

Mengerti instruksi, Dante terkekeh dan berbalik lebih dahulu.

"Daz, siapa dia? apa Kakakmu?"

Melihat binar-binar mata Sonia kepada Dante, Dazen sedikit down. 'Tidak ada wanita yang tidak suka keindahan!' pikirnya sebelum mengangguk.

"Tapi kalian tidak mirip!"

Jleb. Dazen bisa mengerti tidak miripnya, namun eksperesi Sonia terlalu menjelaskan perbedaan mereka.

"... eh sudah, lupakan saja. Mana nomor ponselmu? kau bilang akan memberiku resep!"

Dazen yang terlanjur menawarkan hanya bisa memberikan nomornya, sementara yang menanyakan nomor telah berbohong.

Sonia ingin mendapatkan akses ke Dante melalui Dazen. Saat ini dia tidak membutuhkan resep apapun.

"Aku pergi!"

"Hati-hati! aku akan menghubungimu nanti!"

Dazen tersenyum canggung sebelum benar-benar berbalik. Dia memiliki firasat seseorang akan melewatinya untuk pergi kepada Dante.

"Sungguh sial!" gumamnya pelan.

"Ada apa? kenapa wajahmu begitu kusut setelah berbincang dengan wanita cantik?"

"Tidak apa!" elaknya.

Dante tersenyum mengejek! Dia merangkul pundak Dazen. Dia yakin cepat atau lambat, Dazen akan segera membantunya dalam urusan ekonomi.

Ada tawa jahat yang melintasi pikiran Dante, dengan memikirkan hal ini.

"Ayo beli beberapa pakaian!"

"Tidak---"

"Pergi dan lihat untuk Ibu juga."

Mendengar kata Ibu, Dazen akhirnya mengalah. Dia teringat penampilan Ibunya yang cukup kusut. Dante benar, bahkan jika Ibu mereka sakit ... wanita itu berhak memakai pakaian bagus.

Sesampainya di toko pakaian, Dante dan Dazen sibuk memilih beberapa pakaian untuk Josephine. Dazen yang tadinya menolak, akhirnya ikut berbelanja juga. Dengan komentar dan tuntunan Dante, sebagai penata gaya amatir, Dazen memilih baju-bajunya.

"Apa kau yakin ini cocok denganku?" tanya Dazen memastikan. Dia kembali menatap sepatu yang dipilihkan Dante. Selain sepatunya sangat bagus, harganya juga sangat mahal.

Dazen takut jika itu tidak cocok padanya, maka dia hanya akan membuang-buang uang.

"Itu lebih dari cocok asal kau mau menggunting rambutmu itu."

Dazen memegang rambutnya yang sudah gondrong. Belajar dirumah, membuat penampilannya seperti pengemis.

"Tidak usah!" Tolak Dazen. Namun begitu, Dante tidak memaksa.

"Ya sudah, ayo kita pergi bayar."

Kedua pria itu membawa belanjaan mereka yang cukup banyak. Ketika akhirnya sang kasir menghitung belanjaan mereka, Dazen hampir pingsan.

"Dimana kartuku?"

Dengan tangan bergetar Dazen memberikan kartu Dante. Tapi bukannya membayar dengan itu, Dazen malah mengambil kartu lain.

Dazen yang tadinya ingin menghentikan Dante agar tidak jadi membeli, hanya dibuat semakin penasaran dengan banyaknya uang sang Kakak.

"Kau benar-benar kaya rupanya!"

Dante tahu ada pertanyaan di ucapan adiknya itu. Di depan kasir yang sedang sibuk, Dante merangkul leher Dazen masuk kedalam pelukannya. Di samping telinganya, Dante berbisik ..., "Apa kau tidak melihatnya tadi, saat aku menelpon hmm? uang bulanan baru saja dicairkan!"

Dante mengakhiri ucapannya dengan tawa. Dia benar-benar senang mempermainkan Dazen. Tapi dia juga tidak berbohong. Pertemuan dengan cerita sedih bersama Yessie, membuat gadis itu semakin bermurah hati.

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!