Bab 13

"Apa gadis itu sudah pulang?"

"Ya!"

Mendengar hal itu, ada sedikit rasa tidak enak bagi Josephine. "Ah, baiklah ... kalau begitu ayo kita makan lagi."

Dazen secara refleks menatap Dante, yang dengan ekspresinya sudah menolak.

"Sudahlah Bu. Kakak masih sakit lehernya, mungkin dia perlu ke Dokter."

Mendengar kata Dokter, Dante langsung teringat.

"Besok kita akan Rumah Sakit! Ibu akan mendapatkan pemeriksaan untuk perawatan."

Josephine sudah mendengar hal ini sebelumnya, tapi ketika dibicarakan secara langsung seperti ini, dia tidak nyaman.

"Dante! lebih baik tidak perlu. Lagipula, Ibu akan kembali terlebih dahulu untuk mengurus berkas-berkas kepindahan."

"Tidak. Aku yang akan kembali untuk mengurus itu, Ibu akan disini untuk memulai perawatan besok." Potong Dazen, membuat Josephine terdiam. Dia mengenal putranya. Jika Dazen, bicara dengan nada seperti itu, dia tidak ingin dibantah.

‘Biar dipikirkan nanti saja!’ pikir Josephine. Dia masih berencana untuk kembali mengurus berkas kepindahan dan tidak mau melakukan pengobatan, apalagi membebankan biaya pada Dante.

"Oh, apa ini laptop untukmu?" Josephine mencoba mengalihkan pembicaraan dan untungnya itu berhasil. Dazen yang tadinya murung, sekejap menjadi senang, membicarakan laptopnya.

"Dante terimakasih banyak. Adikmu cukup pandai menggunakan komputer, hanya saja dia tidak punya miliknya sendiri. Beberapa orang suka datang ke rumah, meminta membuatkan---"

"Ibu sudahlah." Dazen memotong ucapan ibunya, karena dia tidak nyaman.

Josephine tersenyum, mengerti.

"Baiklah, kalau begitu ayo kita kembali makan." ajaknya pada Dazen."

Sementara Dante baru saja membuka ponselnya, dengan notifikasi yang masuk dari Yessie.

-- Temui Direktur Rumah sakit besok. Aku sudah membuatkan janji. --

Membaca ini, perasaan Dante semakin tak nyaman. Yessie adalah wanita paling baik yang ditemui. Sejak awal, dia hanya menjadi korban standar kehidupan anak kelas atas. Dipaksa mengikuti dan memenuhi, standar yang diciptakan dalam lingkungan mereka.

Dante sejak awal memang ingin membantu Yessie. Kala pun waktu itu Yessie menawarkan imbalan, itu hanya transaksi kecil dua orang yang baru berkenalan. Tapi kini waktu berjalan sangat cepat, tahun berlalu dan mereka masih seperti itu.

Dimata rekan-rekan Yessie, Dante adalah kekasih yang sempurna. Tapi di lingkungan Dante, semua mengenal Yessie, sebagai sahabat perempuannya.

Dante sendiri ingin Yessie menemukan pria yang dicintai dan mencintainya sepenuh hati. Karena Dante sendiri, hatinya masih suka kembali pada gadis yang ditemuinya bertahun-tahun lalu.

"Calista yah?" Dante tanpa sadar mengucapkan nama wanita tadi. Itu juga nama yang mirip dengan gadis kecil yang selalu menempati hatinya.

"Aku harus mencari tahu nama belakangnya!" Ucap Dante penuh tekad.

"Penipu!"

Dante mengangkat kepalanya mendengar kata itu. Dilihatnya Dazen yang sedang makan, sambil membuka laptop di meja tamu.

 "Wowow, kau mengatakan itu di parkiran saat hanya kita berdua, lalu sekarang mengatakannya lagi. Apa tujuan, pengucapan kata kasar ini?"

Dazen tertawa kecil, "sekarang Kakakku terdengar selaras dengan gelar pendidikannya!"

Dante yang sedang duduk di depan piano, menekan tuts-tuts dengan kasar sebagai bentuk protes.

"Apa maksudnya itu?"

"Katanya tadi ingin mengajariku hasil dari mencintai diri sendiri? tapi yang terlihat malah cara mengambil keuntungan."

"Ahahhaa ...," Tawa Dante pecah bersama dengan tepuk tangan. "Itu bukanlah mengambil keuntungan! tapi mendapat keuntungan. Apa salahku jika orang lain menawarkan kebaikan?! Tidakkah kau mendengar kata Dokter Lira?"

Dazen mengangkat alisnya.

"Hei Dan, apa kau ingin mempermalukanku?" Eja Dante dengan gaya bicara perempuan yang dibuat-buat. Membuat Dazen memuntahkan makanannya karena tidak tahan.

"DAZEEENNN!" Teriak Josephine melihat kekacauan yang disebabkan. Hal ini disambut Dante dengan tawa terbahak-bahak.

"Maaf, maaf Ibu. Aku tak sengaja! aku akan membersihkannya."

"Sudah tidak usah. Lanjutkan makanmu."

Josephine lalu mengambil sapu untuk membersihkan. Pemandangan ini benar-benar baru bagi Dante. Dia senang, bahwa dia tidak terkurung masa lalu. Dia senang bahwa dia menghadapi semuanya.

‘semoga anak itu melakukan hal yang sama!’ batin Dante, melihat Dazen.

•••

Drrrtttt ... Drrrtttt ...

Dante melepas buku bacaannya! "Matthew sialan!"

"Ada apa?" ketus Dante.

"Hey bro, mobilmu sudah kutitipkan pada penjaga dibawah, sejak tadi sore. Tapi aku lupa memberitahumu! hehe."

Dante mengangkat sebelah bibirnya kesal. Menatap waktu yang sudah menunjukkan pukul setengah sembilan.

"Kau dimana?"

"Aku baru kembali dari Bandara."

Dante penasaran, "untuk apa di Bandara?"

"Kau ingat Sean? pria yang baru bergabung di club golf?"

"Ah, ya. Kenapa dia?"

"Dia dalam perjalanan ke Bandara tapi ban mobilnya bocor di jalan. Kebetulan aku lewat situ, jadi aku singgah-lah ... terus dia minta diantarkan sekalian."

Dante ber'Oh ria dan siapa memutuskan panggilan, namun buru-buru di tahan Matthew.

"Oh iya, besok adalah ulangtahun si Sean itu. Dia mengajak kita dalam party pinggir pantai. Tadi dia sudah meminta nomor mu, mungkin sebentar lagi undangannya akan masuk."

Seperti sihir, tak lama setelah kata Matthew, sebuah notifikasi berisikan undangan dari Sean, masuk.

"Hey Bung! kau mendengar atau tidak?"

"Undangannya sudah masuk."

"Ah segala yang menyenangkan selalu tepat waktu!" kata Matthew dengan tawa. Dia sudah sangat siap untuk pesta liar besok. Karena party pinggir pantai, sering bertemakan Hawaiian, dimana ada banyak wanita-wanita disana.

Seolah bisa membaca pikiran Matthew, respon Dante tepat sasaran. "Tahan pikiranmu Mr.Matthew! pikiran memalukanmu sudah sampai sini!"

"Hey, Don Juan!" Teriak Matthew tak terima. Mendengar kekesalan sahabatnya itu, Dante semakin iseng.

"Itulah kenapa tidak ada wanita yang bertahan denganmu. Pesta dan alkoholnya masih besok, tapi pikiranmu sudah mabuk dari sekarang!"

"HEY, DANTE KAU---" TIT ... TIT ... TIT

Panggilan secara sepihak diakhiri oleh Dante dengan tawa yang keras.

Tawanya baru terhenti, setelah mendapat ketukan di pintu. TUK ... TUK ... "Kak, ini aku."

Bahasa sopan Dazen membuat Dante merasa seperti memiliki adik perempuan.

"Masuklah Sweetie!"

Dazen yang tadinya akan masuk, terhenti mendengar nama panggilan Dante padanya.

"Dazen! tenangkan dirimu." Ucapnya pada diri sendiri. Dazen mulai merasakan, neraka menyapa perlahan.

"Jangan bercanda seperti itu!" adalah ucapan pertama yang dia katakan, saat memasuki kamar Dante.

Interior ruangan yang berwarna abu-abu itu, membuatnya terkesima.

"Benar-benar paduan warna yang bagus."

Dante mengangguk! "Ya, jangan khawatir. Interior kamarmu juga bisa di ubah dengan warna ungu."

"Ungu?"

"Ya tentu saja. Kakak selalu ingin memiliki adik perempuan, Sweetie!"

"Hentikan! aku mohon." Nada rendahnya benar-benar menunjukkan seberapa kesal Dazen.

Tapi Dante tak mau berhenti. "Oh, kenapa kau harus begitu marah? bukan salah Kakak, menganggapmu sebagai perempuan! Itu salah rambutmu yang mirip perempuan."

Dazen menahan nafas kesal, tadinya dia tidak ingin menggunting rambutnya. Tapi sekarang dia mempertimbangkan itu dengan serius.

"Ada apa kau kemari?"

Dazen mendudukkan dirinya diujung tempat tidur. Dia sedikit ragu-ragu, namun akhirnya tetap bertanya.

"Bisakah aku meminjam sedikit uangmu? aku akan pergi mengurus berkas kepindahan."

Dante yang mendengar itu, mendudukkan dirinya yang tadi berbaring. "Kapan kau akan pergi?"

"Secepatnya!"

Dante mengangguk, "Baiklah. Apa kau memiliki akun bank? jika ada kirimkan padaku!"

Dante mengangkat kepalanya menatap Dazen, yang tak kunjung menjawab.

"Apa kau tak punya akun bank?"

"Aku punya, hanya saja ...,"

"Hanya apa?"

"Aku tak memiliki nomormu!"

Dante menjatuhkan dirinya kebelakang. "Bukan salahmu. Tapi salah ekspektasiku, yang terlalu besar untukmu!" Kasal Dante dengan kekonyolan Dazen.

Padahal anak itu bisa langsung bertanya, namun malah membuang waktu dengan diam.

"Aku akan mengirimkannya. Paling lambat besok."

Dazen mengangguk, berterimakasih sebelum akhirnya permisi untuk keluar.

"Dia benar-benar sopan!" pikir Dante.

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!