Bab 6

Kesialan sungguh menjadi milik Dante. Bukan hanya terlambat mengejar taksi itu, dia juga harus terjebak dengan kecelakaan di depannya.

Bukan kecelakaan besar, hanya senggol menyenggol antar kendaraan, tapi bisa membuat para pengemudinya turun untuk bertarung.

Dante menekan klaksonnya berulang-ulang, menunjukkan ketidaksabarannya.

"HEY! JIKA INGIN BERTENGKAR, MINGGIR LAH. JANGAN BERTENGKAR DI TENGAH JALAN!" Teriak Dante, yang masih mencoba menjaga kata-katanya.

Tapi sayangnya perkataan Dante, seperti bensin di lempar ke api. Hanya memperparah. Dengan penuh kemarahan, salah satu dari antara mereka menghampiri Dante.

Pria yang memiliki perawakan besar dan menakutkan itu, berjalan kearah mobil yang dikendarai Dante.

Melihat pria itu datang, Dante menjadi sangat was-was, karena ini bukanlah mobilnya. Tapi dengan segera, rasa was-wasnya menjadi kenyataan.

Brak. Pria itu memukuli bagian depan mobil.

"ADA APA KAU ANAK MUDA? APA KAU MENANTANG KU JUGA? TURUN KAU!"

Seperti kerasukan, Dante pun turun. Dengan banyaknya pasang mata yang mengikuti dan ‘BLAM’ tendangan itu sangat akurat dan kuat. Membuat pria itu terlempar beberapa langkah.

Sebelum dan setelah pukulan itu, Dante tidak mengatakan apapun. Dia kembali masuk ke dalam mobil dengan wajah yang mengeras.

Pemandangan yang disaksikan para anak sekolah itu, membuat mereka histeris. Terutama para siswi perempuan, yang melihat ketampanan dan ketrampilan Dante, seolah dia keluar dari film-film.

"Wow, kau lihat itu Sonia? Kakak itu begitu keren!"

Sonia mengangguk mantap. "Kau benar! Kakak itu seperti berasal dari cerita-cerita."

Mendengar hal itu, mereka menjerit lagi! dan jeritan mereka semakin kuat, kala mobil Dante melewati mereka.

•••

"Sial! benar-benar membuang waktu. Entah aku bisa mengejar mereka atau tidak?" Pikir Dante khawatir.

Dia menatap jam-nya lagi dan lagi. Hingga tak terasa sudah memasuki Bandara. Baru saja dia kebingungan mencari-cari, panggilan penerbangan untuk negera A terdengar.

"Sial!"

Dante berlari ingin memasuki ruang tunggu penumpang ketika dia tahan seorang petugas.

"Maaf Pak! bisa kami lihat tiketnya?"

"Aduh Pak, saya tidak memiliki tiket. Saya hanya ingin menemui Ibu saya, sebentar. Hanya sebentar Pak, tolong. Saya mohon."

Dante sudah menyatukan kedua tangannya, memohon. Namun dia masih di tolak. "Maaf Pak, tidak bisa. Jika ingin, anda bisa melapor terlebih dahulu kepada pihak otoritas bandara."

Dante berkacak pinggang, mencoba menstabilkan pernapasannya. 'Ya, aku harus mencari cara pikirnya.'

Tanpa menunda waktu, Dante melihat papan informasi. Ketika di bacanya kepala bandara adalah wanita, Dante tiba-tiba bersyukur.

Dengan cepat dia berlari keruang yang dituju. Dengan pintu kaca bisa dilihatnya ada beberapa orang di dalam.

"Satu orang perempuan. Jika dilihat dari pangkat pada pakaian, dia pasti orangnya." Nilai Dante.

Tanpa ragu dia segera mengacak-acak rambutnya. Beruntung karena masih menggunakan piyama, pada bagian atas! Dante mulai membuka beberapa kancing atas, menunjukkan sedikit keindahan dada bidangnya.

Penampilannya diubah sebisa mungkin, seperti orang yang terburu-buru.

Brak, Dante membuka pintu dengan kasar. Nafasnya tersengal dan matanya nampak berair. Membuat semua orang terkejut dengan penampilan dan kedatangannya.

"Maaf. Maafkan aku. Boleh aku tahu siapa ketua otoritas bandara ini? Ibu dan adikku, sudah memasuki ruang check-in dan sebentar lagi akan terbang. Sementara aku disini, karena ingin masuk tapi tidak bisa. A-aaku hanya ingin menyelesaikan kesalahpahaman." Ada getaran dalam kalimat terakhir Dante, membuat ucapannya terdengar pilu.

Para pria diruangan itu, bersiap memarahi Dante ketika di hentikan sang Ketua.

"Sudah cukup kalian." Kata wanita itu. Dia berjalan mendekati Dante. Melihat penampilan Dante yang berantakan, dia sedikit salah fokus.

"Siapa namamu?"

"Dante! Dante Zios."

"Baiklah Dante, kembalilah kesana. Aku akan menghubungi bagian keamanan untuk membiarkanmu masuk."

Dante tersenyum. Dia tersenyum dengan mata berair "Terimakasih Kak, anda sangat baik." Kata Dante sebelum berlari meninggalkan ruangan.

Seluruh ruangan terkejut dengan panggilan itu. Bahkan wanita itu sendiri. Telinganya dengan cepat memanas, membayangkan ternyata perawatannya selama ini tidak sia-sia.

"Mm, kau ... cepat hubungi keamanan." Perintah wanita itu.

Meskipun kesal dengan keputusan sepihak atasan mereka, para bawahan pria ini hanya bisa mengangguk. Padahal sebelumnya wanita itu yang menekankan, peraturan tidak boleh dilanggar.

Sesampainya Dante disana, dia diizinkan masuk dengan mulus.

Dante mencari-cari dua sosok yang baru pergi tadi. "Dimana? dimana mereka?" tanyanya.

Dante melihat jadwal penerbangan dan memastikan bahwa pesawat belum berangkat. "Tapi dimana?" katanya pelan.

"Mencari siapa?"

Dante terkejut dan berbalik. Mereka baru semalam bicara bersama dan dia tanpa sadar sudah mengenali suara remaja itu.

"Dimana wanita itu?"

"Jika maksudmu Ibu, maka dia sedang di Toilet!"

Ada kelegaan sepintas dihatinya, yang masih coba Dante sangkal.

"Baiklah. Aku tunggu kalian di parkiran. Jika dia sudah selesai, segera bawa dia kembali."

"Kembali kemana? jika ini soal kembali, kami juga akan kembali sekarang."

Dante yang sudah berjalan, terhenti dengan ucapan Dazen. 'Anak ini cukup lugas untuk seorang yang terlihat lemah.' pikir Dante.

"Kalian akan kembali ke apartemen." Kata Dante sebelum benar-benar pergi meninggalkan Dazen.

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!