Menaklukkan Pria Sekota [Sistem Harem Wanita]
“Dasar gendut! Jangan dekat-dekat kami,” ucap salah satu siswa ketika melihat Chamile hendak mendekati mereka.
Pada saat itu mereka masih duduk di sekolah Taman Kanak-kanak dan masih kecil namun Chamile yang masih terlihat menggemaskan sudah mendapat dan menjadi bahan ejekan teman-temannya tanpa dia ketahui apa kesalahan yang dia perbuat kepada teman-teman satu sekolahnya yang membuat Chamile menjadi sedih karena niatnya dia hendak membagikan sedikit bekal yang dia bawa dari rumah yang sudah di siapkan oleh mami tercintanya.
“Iya, kamu gendut dan jelek sekali membuat tidak cocok untuk bermain bersama dengan kami,” ucap temannya yang lain menolak Chamile untuk masuk ke dalam kelompok mereka.
“Pokoknya kami minta kamu jauh-jauh dari kami nanti kami ketularan gendut dan jelek dari kamu. Sana, hush…hush… jauh-jauh sana. Kamu cocoknya main sama anak itu,” ucap salah satu temannya menunjuk dengan tidak sopan dan nada mengejek salah satu siswa yang berpenampilan culun dan tidak terlihat gaul seperti anak-anak seusianya.
“Cocok, mereka memang cocok. Anak itu sangat dingin pasti dia akan menolak kamu dekati,” ucapnya sambil mengajak teman-teman lainnya untuk tidak meladeni Chamile dan meninggalkan Chamile seorang diri di halaman bermain yang masih terlihat ramai karena banyak anak-anak kecil bermain pada jam istirahat.
Sepeninggal teman-teman sekelasnya, Chamile yang hanya memeluk tas bekalnya memutuskan untuk memojokkan dirinya ke sebatang pohon yang rindang yang tidak jauh dari permainan yang disediakan oleh sekolahnya untuk bisa di mainkan pada saat jam istirahat berbunyi. Dia duduk di batang pohon yang terlihat keluar sedikit namun tetap nyaman untuk di buat duduk. Pada saat dirinya membuka bekal yang dibuatkan oleh mami tercintanya dan hendak mengambil sepotong sandwich tiba-tiba saja anak lelaki yang dibicarakan oleh teman-teman sekelasnya menghampirinya dengan nada sedikit dingin.
“Mengapa kamu berada di markasku?” tanyanya dengan nada dan suara yang dingin membuat Chamile langsung menjatuhkan sandwich miliknya hingga sandwich tersebut masuk ke dalam tepak bekal-nya sedikit berhamburan isinya. Ditatapnya dengan lekat manik pria kecil tersebut dan dengan sedikit ketakutan, dia memberanikan diri untuk bertanya dan berbicara.
“Jadi, tempat ini adalah markasmu? Maafkan aku karena aku langsung menempatinya. Aku akan segera pergi dari sini,” ucapnya hendak berdiri namun nampaknya bocah laki-laki yang sebenarnya sangat tampan namun berpenampilan culun tersebut sedang berubah pikiran dan langsung menarik tangan kecilnya yang sedikit berisi namun tetap lembut dan menyenangkan di tangan bocah tersebut.
“Siapa yang menyuruhmu untuk pergi dari hadapanku?!” tanyanya dengan tegas sambil menarik tangan kecil dan lembut tersebut membuat Chamile hampir sedikit oleng.
“Tarikanmu terlalu keras dan membuatku hampir jatuh,” ucapnya dengan mata yang hampir saja mengeluarkan sebening kristal dan membuat pria kecil tersebut terpaku dan beberapa menit mengucapkan kalimat kasar dalam bahasa asing yang tidak membuatnya mengerti. ”Shittt…. sial!” ucapnya lalu dia mengatakan kembali. “Maafkan aku yang terlalu keras kepadamu tetapi itu semua salahmu dan jangan pernah pergi dari hadapanku jika kau berpapasan denganku!” ucapnya dengan nada dan suara yang sama namun ditambah dengan penegasan dan pria kecil itu pergi meninggalkan Chamile seorang diri yang mengelus pergelangan tangan kecilnya yang terlihat sedikit memerah akibat tarikan dengan tenaga karena pria tersebut yang terlihat marah pada saat dirinya hendak pergi meninggalkan tempat tersebut.
...ΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩ...
Beberapa tahun kemudian sekarang Chamile beranjak dewasa dengan berpenampilan gadis culun namun dengan berperawakan gendut karena berat badannya ketika ditimbang tidak pernah turun dari angka 50 ditambah lagi tubuhnya sangat mungil sehingga terlihat jika dirinya sangat jelek, pendek dan gendut. Namun meski demikian Chamile tidak mempedulikan penampilannya karena ibu tirinya dan kakak tirinya selalu mengatakan jika penampilannya sangat cantik dan menawan dan cocok untuknya yang bertubuh berisi.
Berbeda jika berada di luar rumah, Chamile minder dengan penampilannya karena tidak pernah yang mendukung dan mengejeknya namun ketika dia berjalan dengan anggota keluarganya atau salah satu maka dia akan percaya diri.
...ΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩ...
Suatu hari di pagi hari di kediaman Chamile, kediaman Burst.
”Mile, kau ada acara apa hari ini?” tanya Fioline menghampiri Chamile di kamar adiknya tersebut. Sementara Chamile yang di sapa akrab dengan panggilan Mile baru saja bangun dari tidurnya karena dia kemarin malam bergadang untuk melakukan nonton maraton salah satu drama Jepang yang sedang terpopuler di komunitas yang sedang dia ikutin.
”Mile, apa kamu masih tertidur? Mengapa kamu tidak menjawab pertanyaanku?” tanya Fioline dengan sedikit tidak sabar karena pertanyaan yang menurutnya berharga tidak segera dibalas oleh adik tirinya tersebut. Sementara Chamile yang baru bangun dan menyadarkan isi otaknya segera keluar dengan terburu-buru agar sang kakak tidak mengambek karena tidak segera menjawab pertanyaan dari sang kakak.
“Kakak… kakak tadi berbicara apa? Maafkan aku jika aku tidak segera membalasnya karena aku baru saja bangun dan masih loading,” ucap Chamile membuka pintu kamarnya separuh dan menampilkan dirinya yang baru bangun dengan kondisi khas orang baru bangun membuat sang kakak mendengus kesal dan masuk tanpa di tawari oleh Chamile dan langsung duduk di sofa empuk yang menurutnya lebih empuk dibanding dengan sofa miliknya yang berada di kamar tidurnya. Sementara Chamile hanya bisa menahan diri untuk tidak mengusir sang kakak yang selalu baik dengannya meski terkadang kakaknya memiliki sifat egois sehingga membuatnya tidak bisa berkata banyak kepada sang kakak yang hanya berpaut selisih tiga tahun lebih tua dibanding dirinya.
”Atas dasar apa kamu mendapatkan sofa yang lebih empuk dibanding dengan milikku?” batinnya dalam hati sambil mendengus karena hatinya sangat iri apa yang dipunyai oleh adik tirinya sementara Chamile kembali bertanya kepada sang kakak karena belum mendapatkan jawaban dari pertanyaannya. “Kakak, tadi kamu berbicara apa? Maafkan aku kak,” ucapnya kembali yang membuat Fioline tersadar dan tersenyum kepada Chamile serta berbicara dengan lembut kepadanya membuat Chamile tersenyum senang. “Mile, maafkan kakak yang tadi sempat melamun, ya, aku sebenarnya mau mengajakmu pergi ke mall. Apa kamu mau ikut bersamaku?” tanya Fioline dengan tersenyum manis kepada Chamile yang membuat Chamile mengangguk senang dan mengiyakan ajakan sang kakak dengan polos.
“Baik kakak, Mile akan ikut kakak pergi ke mall. Kapan kakak akan pergi karena aku hanya ikut ketika kakak bersiap-siap,” ucapnya untuk memastikan kembali mengenai ajakan sang kakak yang membuat Fioline kembali bertanya kepadanya. “Apa pagi ini kamu kosong?” tanyanya dengan senyum manis namun tanpa disadari oleh Chamile jika senyuman tersebut mengandung arti tersendiri. “Tunggu sebentar, aku akan melihat jadwalku,” ucapnya sambil mencari telepon genggam miliknya untuk melihat jadwal yang dia sudah susun untuk hari baru.
...----------------...
Wahh…. Ada apa dengan senyuman Fioline ya? Penasaran tidak?
Sorry kalau Author hobi mengantung ya…😉
Jangan lupa untuk dukungannya ya karena bisa membantu Auhtor untuk beli kuota buat update lebih banyak novel-novel Auhtor. Sangkyuu.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 95 Episodes
Comments