“Dasar gendut! Jangan dekat-dekat kami,” ucap salah satu siswa ketika melihat Chamile hendak mendekati mereka.
Pada saat itu mereka masih duduk di sekolah Taman Kanak-kanak dan masih kecil namun Chamile yang masih terlihat menggemaskan sudah mendapat dan menjadi bahan ejekan teman-temannya tanpa dia ketahui apa kesalahan yang dia perbuat kepada teman-teman satu sekolahnya yang membuat Chamile menjadi sedih karena niatnya dia hendak membagikan sedikit bekal yang dia bawa dari rumah yang sudah di siapkan oleh mami tercintanya.
“Iya, kamu gendut dan jelek sekali membuat tidak cocok untuk bermain bersama dengan kami,” ucap temannya yang lain menolak Chamile untuk masuk ke dalam kelompok mereka.
“Pokoknya kami minta kamu jauh-jauh dari kami nanti kami ketularan gendut dan jelek dari kamu. Sana, hush…hush… jauh-jauh sana. Kamu cocoknya main sama anak itu,” ucap salah satu temannya menunjuk dengan tidak sopan dan nada mengejek salah satu siswa yang berpenampilan culun dan tidak terlihat gaul seperti anak-anak seusianya.
“Cocok, mereka memang cocok. Anak itu sangat dingin pasti dia akan menolak kamu dekati,” ucapnya sambil mengajak teman-teman lainnya untuk tidak meladeni Chamile dan meninggalkan Chamile seorang diri di halaman bermain yang masih terlihat ramai karena banyak anak-anak kecil bermain pada jam istirahat.
Sepeninggal teman-teman sekelasnya, Chamile yang hanya memeluk tas bekalnya memutuskan untuk memojokkan dirinya ke sebatang pohon yang rindang yang tidak jauh dari permainan yang disediakan oleh sekolahnya untuk bisa di mainkan pada saat jam istirahat berbunyi. Dia duduk di batang pohon yang terlihat keluar sedikit namun tetap nyaman untuk di buat duduk. Pada saat dirinya membuka bekal yang dibuatkan oleh mami tercintanya dan hendak mengambil sepotong sandwich tiba-tiba saja anak lelaki yang dibicarakan oleh teman-teman sekelasnya menghampirinya dengan nada sedikit dingin.
“Mengapa kamu berada di markasku?” tanyanya dengan nada dan suara yang dingin membuat Chamile langsung menjatuhkan sandwich miliknya hingga sandwich tersebut masuk ke dalam tepak bekal-nya sedikit berhamburan isinya. Ditatapnya dengan lekat manik pria kecil tersebut dan dengan sedikit ketakutan, dia memberanikan diri untuk bertanya dan berbicara.
“Jadi, tempat ini adalah markasmu? Maafkan aku karena aku langsung menempatinya. Aku akan segera pergi dari sini,” ucapnya hendak berdiri namun nampaknya bocah laki-laki yang sebenarnya sangat tampan namun berpenampilan culun tersebut sedang berubah pikiran dan langsung menarik tangan kecilnya yang sedikit berisi namun tetap lembut dan menyenangkan di tangan bocah tersebut.
“Siapa yang menyuruhmu untuk pergi dari hadapanku?!” tanyanya dengan tegas sambil menarik tangan kecil dan lembut tersebut membuat Chamile hampir sedikit oleng.
“Tarikanmu terlalu keras dan membuatku hampir jatuh,” ucapnya dengan mata yang hampir saja mengeluarkan sebening kristal dan membuat pria kecil tersebut terpaku dan beberapa menit mengucapkan kalimat kasar dalam bahasa asing yang tidak membuatnya mengerti. ”Shittt…. sial!” ucapnya lalu dia mengatakan kembali. “Maafkan aku yang terlalu keras kepadamu tetapi itu semua salahmu dan jangan pernah pergi dari hadapanku jika kau berpapasan denganku!” ucapnya dengan nada dan suara yang sama namun ditambah dengan penegasan dan pria kecil itu pergi meninggalkan Chamile seorang diri yang mengelus pergelangan tangan kecilnya yang terlihat sedikit memerah akibat tarikan dengan tenaga karena pria tersebut yang terlihat marah pada saat dirinya hendak pergi meninggalkan tempat tersebut.
...ΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩ...
Beberapa tahun kemudian sekarang Chamile beranjak dewasa dengan berpenampilan gadis culun namun dengan berperawakan gendut karena berat badannya ketika ditimbang tidak pernah turun dari angka 50 ditambah lagi tubuhnya sangat mungil sehingga terlihat jika dirinya sangat jelek, pendek dan gendut. Namun meski demikian Chamile tidak mempedulikan penampilannya karena ibu tirinya dan kakak tirinya selalu mengatakan jika penampilannya sangat cantik dan menawan dan cocok untuknya yang bertubuh berisi.
Berbeda jika berada di luar rumah, Chamile minder dengan penampilannya karena tidak pernah yang mendukung dan mengejeknya namun ketika dia berjalan dengan anggota keluarganya atau salah satu maka dia akan percaya diri.
...ΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩ...
Suatu hari di pagi hari di kediaman Chamile, kediaman Burst.
”Mile, kau ada acara apa hari ini?” tanya Fioline menghampiri Chamile di kamar adiknya tersebut. Sementara Chamile yang di sapa akrab dengan panggilan Mile baru saja bangun dari tidurnya karena dia kemarin malam bergadang untuk melakukan nonton maraton salah satu drama Jepang yang sedang terpopuler di komunitas yang sedang dia ikutin.
”Mile, apa kamu masih tertidur? Mengapa kamu tidak menjawab pertanyaanku?” tanya Fioline dengan sedikit tidak sabar karena pertanyaan yang menurutnya berharga tidak segera dibalas oleh adik tirinya tersebut. Sementara Chamile yang baru bangun dan menyadarkan isi otaknya segera keluar dengan terburu-buru agar sang kakak tidak mengambek karena tidak segera menjawab pertanyaan dari sang kakak.
“Kakak… kakak tadi berbicara apa? Maafkan aku jika aku tidak segera membalasnya karena aku baru saja bangun dan masih loading,” ucap Chamile membuka pintu kamarnya separuh dan menampilkan dirinya yang baru bangun dengan kondisi khas orang baru bangun membuat sang kakak mendengus kesal dan masuk tanpa di tawari oleh Chamile dan langsung duduk di sofa empuk yang menurutnya lebih empuk dibanding dengan sofa miliknya yang berada di kamar tidurnya. Sementara Chamile hanya bisa menahan diri untuk tidak mengusir sang kakak yang selalu baik dengannya meski terkadang kakaknya memiliki sifat egois sehingga membuatnya tidak bisa berkata banyak kepada sang kakak yang hanya berpaut selisih tiga tahun lebih tua dibanding dirinya.
”Atas dasar apa kamu mendapatkan sofa yang lebih empuk dibanding dengan milikku?” batinnya dalam hati sambil mendengus karena hatinya sangat iri apa yang dipunyai oleh adik tirinya sementara Chamile kembali bertanya kepada sang kakak karena belum mendapatkan jawaban dari pertanyaannya. “Kakak, tadi kamu berbicara apa? Maafkan aku kak,” ucapnya kembali yang membuat Fioline tersadar dan tersenyum kepada Chamile serta berbicara dengan lembut kepadanya membuat Chamile tersenyum senang. “Mile, maafkan kakak yang tadi sempat melamun, ya, aku sebenarnya mau mengajakmu pergi ke mall. Apa kamu mau ikut bersamaku?” tanya Fioline dengan tersenyum manis kepada Chamile yang membuat Chamile mengangguk senang dan mengiyakan ajakan sang kakak dengan polos.
“Baik kakak, Mile akan ikut kakak pergi ke mall. Kapan kakak akan pergi karena aku hanya ikut ketika kakak bersiap-siap,” ucapnya untuk memastikan kembali mengenai ajakan sang kakak yang membuat Fioline kembali bertanya kepadanya. “Apa pagi ini kamu kosong?” tanyanya dengan senyum manis namun tanpa disadari oleh Chamile jika senyuman tersebut mengandung arti tersendiri. “Tunggu sebentar, aku akan melihat jadwalku,” ucapnya sambil mencari telepon genggam miliknya untuk melihat jadwal yang dia sudah susun untuk hari baru.
...----------------...
Wahh…. Ada apa dengan senyuman Fioline ya? Penasaran tidak?
Sorry kalau Author hobi mengantung ya…😉
Jangan lupa untuk dukungannya ya karena bisa membantu Auhtor untuk beli kuota buat update lebih banyak novel-novel Auhtor. Sangkyuu.
“Baik kakak, Mile akan ikut kakak pergi ke mall. Kapan kakak akan pergi karena aku hanya ikut ketika kakak bersiap-siap,” ucapnya untuk memastikan kembali mengenai ajakan sang kakak yang membuat Fioline kembali bertanya kepadanya. “Apa pagi ini kamu kosong?” tanyanya dengan senyum manis namun tanpa disadari oleh Chamile jika senyuman tersebut mengandung arti tersendiri. “Tunggu sebentar, aku akan melihat jadwalku,” ucapnya sambil mencari telepon gengam miliknya untuk melihat jadwal yang dia sudah susun untuk hari baru.
Setelah mendapati jadwal untuk pagi ini ada yang kosong dengan segera Chamile mengiyakan dengan hati yang gembira akan ajakan sang kakak tirinya. “Ada kak, aku pagi ini bisa menemani kakak pergi ke mall,” ungkapnya dengan senang dan memeluk sang kakak yang kaget akan perilaku yang tiba-tiba dari dirinya. “Mile, kamu ini, kamu ini membuatku terkejut saja dan kamu ini sedikit berat,” omel sang kakak kepada adiknya yang membuat Chamile hanya bisa tersenyum ceria namun dalam hati sang kakak sangat dongkol akan perilaku dan sikap Chamile namun dia tutupi dengan sangat mulus. “Nah kalau begitu kamu cepatlah mandi karena aku hanya berganti pakaian,” ucapnya dengan nada yang biasa saja namun hati masih saja dongkol karena Chamile menyentuh badan berharganya.
“Baik, baik kak, aku akan segera mandi,” ucap Chamile yang semangat segera bergegas menuju kamar mandi pribadinya yang berada di dalam kamarnya hingga menimbulkan getaran ringan yang membuat Fioline mengejeknya secara langsung namun tidak terdengar oleh Chamile yang sudah masuk di kamar mandi, “Dasar babi gendut dan jelek! Kamu tidak cocok bersanding denganku dan tunggu saja semua milikmu menjadi milikku.”
Setelah mengejek secara sinis dan kejam, Fioline beranjak dari kamar adiknya karena dirinya tidak bisa betah berlama-lama dengan gadis gendut dan jelek dan kembali ke kamarnya untuk membersihkan dirinya yang habis disentuh oleh adik tirinya.
Sementara di dalam kamar mandi, Chamile yang sedang berendam di dalam bathub sambil bersenandung ceria dan berbicara kepada sang ibu yang sudah lama pergi meninggalkan dirinya. Walaupun menurut orang luar ketika mendengar dirinya bercakap-cakap sendiri seakan gila namun Chamile tidak pernah mempedulikan omongan atau ejekan orang lain. “Mami, lihat putrimu ini. yang sudah besar dan sangat cantik seperti mami. Kehidupan Cami sangat baik dan bahagia dan Chamile harap mami tidak usah khawatir lagi seperti sebelumnya karena mami Fiona dan kak Fioline sangat baik kepada,” ucapnya dengan nada ceria dan menatap foto cantik dan langsing maminya yang sedang tersenyum seakan selalu tersenyum kepadanya yang sudah menetap setia di atas wastafel miliknya.
Baik Chamile dan Fioline selesai membersihkan diri di kamar mandi masing-masing. Untuk Fioline, dirinya langsung memakai baju yang sangat cantik dan menawan yang di manamenunjukkan belahan dada-nya dan bagian paha-nya yang mulus dan langsing yang di mana membuat kamu adam akan bertekuk lutut kepadanya. Sedangkan Chamile segera ke tempat pakaiannya yang dia simpan dan mencari pakaian yang bagus dan cantik dan kebanyakan pakaian Chamile berbanding dengan pakaian Fioline yang di mana pakaian dari Chamile kebanyakan pakaian yang sangat sopan namun terkadang tetap trend sedangkan pakaian dari Fioline merupakan pakaian kekurangan bahan. Setelah mereka berdua selesai berganti pakaian dan memakai make up yang di mana Fioline memakai make up tebal yang di mana layaknya seperti wanita panggilan sedangkan Chamile menggunakan make up tipis namun terlihat cantik tetapi ketutupan dengan badan yang memiliki berat yang sangat besar untuk ukuran gadis pada umumnya.
Setelah selesai keduanya melakukan aktivitas yang biasa dilakukan oleh para gadis dan wanita, Chamile langsung menunggu sang kakak dan duduk di ruang keluarga yang di mana sang papi melewati ruangan tersebut dan melihat putri gendutnya berpakaian dengan cantik yang merupakan pakaian peninggal sang istri. Sang ayah segera menghampiri anak gadisnya untuk bertanya ke mana Chamile akan pergi.
“Mile, kamu mau pergi ke mana?” ungkap sang papi bertanya dengan lembut kepada Chamile . “Eh, Papi, Mile mau pergi bersama dengan kak Fioline ke mall.” Mendengar jika anaknya mau ke mall namun berpakaian seperti yang dipakai oleh anaknya maka dengan penuh pengertian menasehati sang anak agar segera berganti pakaian. “Mile, kamu pergi ke mall tidak cocok dengan penampilan seperti itu,” ungkapnya dan berharap jika anaknya akan mengerti nasihatnya namun siapa sangka jika Chamile menolak dengan sopan karena baju yang dia gunakan adalah baju kesayangan mami dan dia sangat menyukai gaya yang diberikan oleh mami kepadanya.
“Pi, Chamile tidak mau ganti baju lain,” ungkapnya membuat sang ayah hanya mendengus kesal karena melihat penampilan anak sangat persis dengan mendiang almarumah sang istri yang sudah lama pergi meninggalkan Chamile yang membuatnya harus mengurus anak yang sebenarnya sangat ingin dia abaikan.
“Haish kau ini, mengapa kamu ini tidak menuruti nasihat Papi? Lihatlah penampilan kakakmu itu sangat memesona,” tanya sang ayah yang merasa heran jika anaknya sangat suka dengan penampilan culun sang istri.
”Karena mami sangat cantik ketika memakai baju ini, Pi, sehingga membuat Chamile sangat ingin memakai untuk mengenang mami. Izinkan untuk Chamile memakai ini ya, Pi,” harap Chamile dengan sedikit manja kepada sang ayah dengan harapan agar ayahnya mengijinkan dirinya untuk diperbolehkan memakai pakaian dari peninggalan ibunya. Mendengar putrinya memohon tidak membuat sang ayah bergeming bahkan dia berkata dengan sedikit kasar hanya demi Fioline. “Tidak untuk sekarang, Mile. Papi mohon kamu mendengar perkataan Papi karena kamu tidak cocok berjalan dengan kakakmu jika kamu memakai baju kuna itu!” nadanya sedikit menaik ketika sang anak memohon agar dirinya mengijinkan memakai baju tersebut padahal selama ini dirinya tidak pernah pusing dengan gaya berpakaian anaknya.
Sementara Chamile sedikit terkejut mendengar papi berkata seperti itu padahal sebelumnya papi tidak pernah protes bahkan berkomentar sangat cocok dengan pakaian itu. Dengan mata yang hendak mengeluarkan air mata, dia bertanya kepada sang ayah yang sepertinya tidak mengijinkan dirinya untuk berpakaian seperti itu dan langsung saja dijawab oleh Leon Burst, ayah sekaligus kepala keluarga Burst saat ini, “Kamu tidak paham juga! Karena itu sangat memalukan jika kamu berjalan dengan kakakmu dan membuat kakakmu dan keluarga kita malu!”
“Kalau kamu ingin berjalan dengan kakakmu yang cantik dan menawan maka jangan pernah berpenampilan seperti itu! Tidak pantas, paham!” ucap sang ayah dengan nada membentak dan tidak sabaran membuat Chamile tersadar dan hendak menangis sambil menjawab perkataan sang ayah.
Sebelum dirinya menjawab, sang kakak, Fioline yang dimatanya merupakan penyelamatnya langsung saja keluar dan menghampiri ayah mereka dan hendak membela dirinya.
“Daddy, mengapa kau memarahi Mile?” tanya Fioline dengan muka lembut membuat sang ayah sempat menoleh dan terkejut dengan cara pakaian anak pertamanya yang membuat dirinya harus menahan ludahnya karena cara pakaian Fioline dan berusaha mengontrol amarahnya dan bersikap lembut kepada anak pertamanya yang dia anggap sangat lembut dan kewanitaan.
“Ini adikmu, tidak tahu diuntung! Papi sudah bilang kamu terlalu cantik dan baik untuk bersama dengan Mile dan papi menasihatkan dengan baik agar untuk kali ini saja model pakaiannya diganti namun dia menolak perintah Papi,” ungkap Leon mengungkapkan keresahan dan ketidaksukaan cara berpakaian putri bungsunya yang dianggap sangat tidak ada model dibandingkan cara berpakaian putri sulungnya yang mampu membangkitkan tubuh bagian bawahnya.
...----------------...
Pak…ingat umur dan jaga sikap ya. Masa putri sendiri sudah pikirannya tidak dijaga !
Gomenasai ya, Author gantung dahuluya.
Jangan lupa beri dukungan kalian dengan memberi like, rate, gif, vote, share, suscribe, dan comment. Sangkyuu atas dukungan kalian. Semoga kalian selalu sehat saja.
“Daddy, mengapa kau memarahi Mile?” tanya Fioline dengan muka lembut membuat sang ayah sempat menoleh dan terkejut dengan cara pakaian anak pertamanya yang membuat dirinya harus menahan ludahnya karena cara pakaian Fioline dan berusaha mengontrol amarahnya dan bersikap lembut kepada anak pertamanya yang dia anggap sangat lembut dan kewanitaan.
“Ini adikmu, tidak tahu diuntung! Papi sudah bilang kamu terlalu cantik dan baik untuk bersama dengan Mile dan papi menasihatkan dengan baik agar untuk kali ini saja model pakaiannya diganti namun dia menolak perintah papi,” ungkap Leon mengungkapkan keresahan dan ketidaksukaan cara berpakaian putri bungsunya yang dianggap sangat tidak ada model dibandingkan cara berpakaian putri sulungnya yang mampu membangkitkan tubuh bagian bawahnya.
“Daddy, Daddy jangan memarahi Mile dong, Mile hanya ingin memakainya tidak apa-apa, aku tidak keberatan kok,” ucap Fioline yang ingin terlihat baik oleh ayah tirinya supaya dirinya nantinya akan dibela dan disayang terus oleh ayah tirinya.
“Kamu anak Daddy yang baik dan manis membuat Daddy makin menyayangimu, Mile, kau berterima kasihlah kepada kakakmu karena dia aku tidak akan mengurusi cara berpakaianmu,” ucap Leon yang menyuruh putri bungsunya berterima kasih atas kebaikan putri sulung yang sudah merendam amarahnya karena perkataan putri bungsunya sementara itu Chamile langsung saja berterima kasih atas pertolongan kakak tirinya yang mampu meredamkan ocehan papanya yang menyuruhnya untuk berganti pakaian.
“Kakak, terima kasih banyak kak,” ucap Mile dengan nada senang dan Fioline mengelus lembut rambut panjang Chamile, adik tirinya. “Tidak apa-apa, Mile, maafkan Daddy jika memarahimu dan mohon pengertiannya karena Daddy ingin kamu tampil jadi gadis yang memesona,” ucap Fioline yang langsung saja diangguk oleh Chamile sebagai tanda mengerti.
“Tidak apa-apa kok, kakak, Mile mengerti kok,” ucapnya menahan kesedihannya yang tidak dia tunjukkan di hadapan papa dan kakak perempuannya karena takut mereka berdua salah sangka dan menyalahkannya.
“Baiklah, Mile, kalau kamu mengerti dan kalian berdua selamat bersenang-senang,” ucap Leon memberi uang saku kepada kedua putrinya yang dirinya sudah mengetahui jika kedua putrinya akan pergi bersenang-senang.
“Mile, kau sangat bodoh sekali dan mudah ditipu. Dasar gadis naif dan lihatlah semua milikmu akan menjadi milikku,” batin Fioline ketika menerima uang pemberian dari ayahnya dengan jumlah lebih besar dibanding dengan jumlah yang diterima oleh Chamile, adik tirinya dengan senyum manis yang dia tampakkan kepada ayahnya dan adik tirinya.
“Ayo kakak kita berangkat bersama,” ucap Chamile dengan nada semangatnya membuat Leon sedikit menatap lembut dan mengelus rambut putrinya yang terawat membuat Chamile tersenyum senang karena papanya tidak pernah sesering mengelus rambutnya lagi seiringnya dirinya bertambah usia.
Tanpa dirinya sadari jika ada sepasang mata yang menatap dirinya yang sedang dielus kepalanya dengan tatapan iri karena belum mendapatkan elusan dari ayahnya juga.
“Atas dasar apa dia mendapatkan elusan berharga dari Daddy?” batin yang tidak lain adalah Fioline yang menatap papa dan Chamile dengan tatapan iri karena selama ini dirinya tidak pernah mendapatkan elusan dari papa tirinya meski dirinya selalu dimanja dan disayang oleh papa tirinya.
“Kalian hati-hati di jalan ya, apakah Papa akan menyuruh kalian dijaga oleh pengawal?” tanya Leon yang ingin menjaga kedua putrinya terutama putri pertamanya yang sangat berharga di matanya yang belum dirinya mengetahui jika putri pertamanya sudah tidak gadis lagi.
“Tidak usah Daddy, aku dan Mile pasti bisa menjaga diri, bukan begitu Mile?” ucap Fioline dengan senyum manisnya dan meminta pendapat kepada adik tirinya. Ada alasan mengapa Fioline sangat ingin sang ayah memberikan pengawal untuk menjaga mereka karena adalah dirinya tidak ingin rahasianya terbongkar karena CCTV hidup dari ayahnya yang pasti akan setiap menit melaporkan kepada ayahnya mengenai kegiatannya dan apa saja yang dia lakukan sehingga dia pasti akan menolak ketika ditanyakan pertanyaan tersebut.
“Iya Papa, Kak Fioline benar, kita berdua tidak membutuhkan pengawal karena kami bisa menjaga diri kami baik-baik jadi Papa tidak perlu mencemaskan kami,” ucap Chamile yang menyakini papanya agar tidak dijaga oleh pengawal karena bukannya dirinya tidak suka namun karena dirinya tidak ingin papanya mengetahui hinaan apa yang dia terima jika tanpa keluarganya ketika dirinya di luar tanpa Kak Fioline. Sehingga dirinya tidak ingin membebani papa dan mama tirinya dengan hinaan yang dirinya terima.
“Baiklah kalau begitu, Papa hanya berharap kalian baik-baik saja,” ucap Leon yang sedikit senang namun sedih karena putri-putrinya tidak ingin dijaga secara ketat sehingga membuatnya cemas jika mereka terluka.
“Fioline, kamu sebagai kakak, Papa harap kamu jaga Chamile, adikmu dan Papa harap walaupun Chamile adalah adik tirimu tetapi papa harap kamu bisa menganggapnya sebagai adik kandungmu,” ucap Leon yang menasehati agar putri pertamanya dan terakhirnya rukun bersama selayaknya saudara kandung.
“Baik, Daddy, Fioline mengerti kok,” ucap Fioline yang tersenyum lembut kepada daddynya dan Chamile yang diartikan jika dia akan menuruti perintah sang ayah dan akan menjaga Chamile seperti adik kandung sendiri yang membuat Leon sangat bersyukur memiliki anak perempuan seperti Fioline yang cantik, penuh pengertian dan lemah lembut.
Setelah melepaskan anak-anaknya dengan sedikit terpaksa yang ingin pergi bersenang-senang di luar rumah mereka. Fioline dan Chamile pamit kepada ayah mereka yang masih berada di rumah sementara ibu mereka yang sudah tidak ada di rumah bersama dengan mereka.
“Daddy, Fioline dan Chamile pamit dahulu ya dan sampaikan salam Fioline kepada Mommy,” ucap Fioline yang menghamburkan dirinya memeluk Leon yang tanpa Leon sadari jika Fioline sengaja melakukan tersebut sehingga membuat hampir saja Leon tidak bisa menahan keinginan biologisnya.
“Sial, aku harus menahannya dan mengapa tubuh putriku yang masih gadis begitu menggoda?” batin Leon yang sedikit tidak nyaman mengenai pelukan Fioline yang membuat dirinya sengaja melepaskan dengan lembut dan berusaha agar putri sulungnya tidak marah kepadanya karena dirinya dikira tidak suka dengan pelukannya.
“Aku harus melampiaskan biologisku kepada Fiona namun aku sepertinya sedikit bosan dengannya karena akhir-akhir ini lebih nikmat mencicipi yang di luar setelah aku menikah dua kali membuatnya tidak lagi jajan,” batinnya kembali yang megetahui jika istri keduanya sudah tidak ada sebelum kedua putrinya pergi karena dirinya diberi tahu jika istrinya ada urusan di luar sehingga membuatnya sedikit merelakan kepergian istrinya yang selalu berhasil memuaskan hasratnya sehingga membuatnya berkurangnya dirinya untuk jajan di luar.
“Baiklah dan hati-hati di jalan ya anak-anak Daddy,” ucap Leon yang mengantarkan Fioline dan Chamile masuk ke dalam mobil yang sudah dipilih sesuai dengan keinginan Fioline yang sudah sekaligus disiapin sopir karena Fioline saat ini tidak ingin menyetir kendaraan sehingga Leon memberikan sopir untuk mengantar mereka menuju ke tempat yang diinginkan oleh putri-putrinya.
...----------------...
Semua keluarga Chamile tidak ada benarnya hanya Chamile saja yang masih waras.
Gomenasai ya, Author gantung dahuluya.
Jangan lupa beri dukungan kalian dengan memberi like, rate, gif, vote, share, suscribe, dan comment. Sangkyuu atas dukungan kalian. Semoga kalian selalu sehat saja.
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!