Setitik cahaya kebahagiaan untuk Adiba
Ruangan Yang berwarna putih tidur dengan nyenyak seorang gadis yang cantik berkulit putih, bermata hazel, bibir yang berwarna merah muda alami, tidur dengan nyenyak, seakan-akan Dia tidak mau bangun.
Satu bulan sudah nona muda dari keluarga kaya raya ini mengalami koma, tidak ada satupun dari keluarganya yang datang menjenguk dan menanyakan kabarnya, yang selalu berada disisi nya hanya ada Pembantu yang selalu merawatnya sejak lahir.
Bibi memegang tangan nonanya dengan lembut. "Nona cepat sadar ya, bibi akan selalu ada disisi non Adiba, jangan pernah menyerah dalam menghadapi kerasnya dunia, bibi yakin nona bisa menghadapi nya.
Aghh... membuka mata secara perlahan.
Dimana aku? seorang gadis yang terbaring lemah di ranjang, tangannya yang diinfus melepas oksigen di mulutnya dan melihat ruangan rawatnya.
"Non… akhirnya sadar juga." ucap wanita paruh baya yang menemani gadis itu, tunggu sebentar ya bibi panggil dokternya dulu.
Bibi pergi keluar memanggil dokter, dan tidak lama dokter datang bersama para perawat untuk memeriksa Adiba.
"Bagaimana dokter keadaan non Adiba, apakah semuanya baik-baik saja?" Tanya bibi.
"Semuanya baik-baik saja tidak ada yang parah, seminggu lagi baru boleh pulang.
"Terimakasih dokter," ucap bibi senang.
"Sama-sama, semangat sembuhnya, jangan banyak bergerak yang berat dulu, kalau begitu saya permisi dulu." Dokter menasehati Adiba dan pergi keluar.
"Bibi… sudah berapa lama aku disini?" tanya Adiba.
"Sudah satu bulan, non koma setelah kejadian itu." Mata Bibi berkaca-kaca.
"Apakah mereka datang bibi?" Adiba menatap Bibi dengan pandangan yang sulit diartikan.
Dengan wajah yang sendu dan menundukkan kepala, bibi menjawab. "Tidak ada non, maaf bibi tidak bisa membawa mereka kesini."
"Tidak apa bibi, ini sudah biasa, aku tidak pernah diharapkan ada di sekitar mereka, meskipun aku mati pun juga mereka tidak akan ada yang sedih, Sekarang aku sadar, seberapa kali aku berusaha untuk menarik perhatian mereka, semakin mereka membenci aku." Adiba mencurahkan isi hatinya, air mata Adiba menetes.
"Miris banget hidup yang kujalani, aku juga tidak tahu kesalahan apa yang telah aku perbuat sehingga mereka begitu membenci ku. Mulai sekarang aku tidak akan melakukan itu lagi, aku sudah menyerah, bila perlu aku akan tinggal sendiri saja di luar daripada di rumah mewah tapi tidak pernah mendapatkan kebahagiaan," batin Adiba.
"Aku mau tidur dulu, kepala ku terasa pusing." Adiba menutup matanya karena pengaruh obat.
"Ia nona, tidur yang nyenyak ya dan jangan pikiran apa yang akan terjadi, yang penting kesembuhan nona dulu," nasehat bibi.
Melihat nona nya yang tertidur, hati bibi terasa sakit melihat Adiba yang bercerita dengan pandangan yang kosong, tidak ada harapan, yang dia rasakan. "Bibi yakin pasti nona kuat, bibi janji akan selalu ada untuk nona."
Tiga hari berlalu, hari ini kamu sudah boleh pulang, ingat jangan terlalu lelah jaga kesehatan, dan istirahat yang cukup." kata dokter, setelah pemeriksaan yang terakhir.
"Baik dokter, terima kasih," ucap bibi.
"Sudah semuanya nona, ayo kita pulang, didepan sudah ada yang menjemput kita," kata bibi.
"Baik bibi." Adiba turun dari ranjang.
"Selamat nona, akhirnya bisa pulang juga, maaf ya saya tidak bisa sering jenguk, kata mang Udin dengan raut wajah yang sedih.
Adiba tersenyum lembut. "Tidak apa-apa, terimakasih sudah mau menjenguk saya, lebih baik kita pulang", Adiba tidak mau memperpanjang pembicaraan.
Di dalam mobil Adiba hanya menatap kosong jalanan yang dilalui, entah kenapa Adiba merasa kosong saja.
20 menit sampai di depan rumah yang begitu besar, diluar sudah banyak kendaraan bermotor yang terparkir di sana, mungkin ini adalah sahabat dari abang-abangnya.
Masuk ke dalam, mendengarkan suara tawa mereka yang bahagia, hati Adiba merasa sakit. "Segitunya mereka terhadapku, tapi sekarang aku bukan wanita yang lemah lagi, yang cuman mengharap kan kasih sayang mereka, tetapi aku adalah wanita yang kuat, kalau tidak diri sendiri yang memberi kekuatan siap lagi, semangat, buktikan kepada mereka kamu akan hidup bahagia tanpa mereka." batin Adiba.
Disaat Adiba l sampai di ruang keluarga, Adiba melihat ayah, ibu, dan adiknya yang mereka sayangi, tertawa dengan bahagia. Adiba tidak perduli lagi dengan mereka, Iya terus berjalan tanpa memandang atau pun menyapa, saat akan masuk ke dalam kamau, salah satu dari mereka berbicara yang begitu menyakitkan.
"Kenapa kamu tidak mati saja." kata Abang yang ke dua dengan suara yang dingin, dan tatapan yang tajam.
Adiba berbalik dan menatap tajam mereka. Adiba menjawab dengan tegas. "Allah masih menyayangi ku, sehingga memberikan kesempatan yang kedua untuk menjalani hidup yang lebih baik, dengan wajah yang dingin.
Wajah Abang ku mengeras, menahan amarahnya nya.
"Kenapa Kakak seperti itu kepada Abang, Kakak sendiri yang tidak pernah pulang ke rumah." ucap gadis itu dengan raut wajah yang polos.
"Aku begitu benci terhadap dia, yang selalu menampilkan sok polos nya, meskipun Iya adalah adik ku sendiri.
"Kamu bertanya kenapa aku tidak pulang, apa peduli kamu terhadapku," kata ku dengan dingin.
Abang yang kedua Adiba berjalan cepat kearah Adiba, dan plak… dengan sangat keras Dia menampar Adiba. Adiba menatap nya semakin tajam.
"Dia bertanya dengan baik- baik kepadamu, malah menjawab dengan dingin, dasar tidak tau diri," bentak Abang Kedua.
Yang lainnya hanya melihat, mereka seakan-akan tidak ada yang peduli terhadap Adiba.
"Ha..ha..ha... Adiba tertawa dengan air mata yang turun, Adiba semakin membenci mereka semua.
"Kamu mau tahu, kenapa aku tidak pernah pulang?" tanya Adiba.
"Kalian mau tahu." Adiba berteriak keras.
'Apa peduli kalian hah, aku selama ini berada di rumah sakit koma 1 bulan lebih, cuma bibi dan mang Udin yang selalu ada dengan ku, kalau kalian ingin tahu tanyakan sendiri kepada bibi," ucap Adiba dengan dingin.
"Satu lagi yang kalian tahu, aku tidak akan melakukan itu lagi, mencari perhatian kalian, selamat ya Kalian semua bebas, aku sudah menyerah terhadap kalian.
Adiba pergi begitu saja tanpa melihat mereka yang ada di ruang keluarga.
Adiba merasakan rasa sakit yang luar biasa, melihat perilaku yang mereka tunjukkan kepada Adiba.
Adiba membuka kamar, masuk dan menguncinya, Adiba menangis untuk melepaskan semuanya.
Sedangkan di ruang keluarga Abang kedua Adiba memanggil Bibi.
"Ia den, ada apa?" tanya bibi, dengan raut wajah takut.
"Apa benar selama ini Adiba masuk rumah sakit dan koma selama 1 bulan," kata Abang kedua.
"Ia den itu benar, bibi sudah mau bilang dengan kalian, tetapi kalian semua sibuk, jadi bibi tidak bilang," kata bibi dengan kepala menunduk.
Deg…
Deg…
Deg…
Jantung mereka berdetak saat kebenaran nya terungkap, mereka tidak ada yang tahu bahwa Adiba masuk rumah sakit, mereka mengira Adiba pergi bersama temannya.
Sedangkan Adiba yang berada di dalam kamar, wajah Adiba berkeringat, tidur nya gelisah, dan air matanya terus-menerus mengalir, Adiba berusaha bangun dari tidurnya.
Hah…hah….aku mimpi ini lagi….
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 76 Episodes
Comments
SUKARDI HULU
Nih sudah mampir kk, jangan lupa mampir juga ya thor❣️❣️🙏
2023-09-13
1