Setelah selesai shalat Maghrib berjamaah di masjid, Gus Adnan kembali ke rumah, disaat sampai di depan pintu, Gus Adnan melihat ada Adiba di dalam.
Gus Adnan sangat antusias ketika melihat Adiba, iya berjalan ke dalam. "Adiba."
Adiba menatap Gus Adnan begitu juga sebaliknya. "Iya ada apa Abang?"
"Hmmm…maaf saat di taman tadi?" Gus Adnan gugup ketika berbicara dengan Adiba.
Adiba tersenyum lembut. "Aku tidak apa-apa Abang, aku tidak masalah dengan itu, aku maklum saja karena pertemuan kita hanya sebentar saja."
Sebelum Gus Adnan berbicara ada dua bocah yang datang. "Umi."
Zayyan dan Syila berlari ke arah Adiba dan memeluknya. "Kangen dengan umi."
Adiba tersenyum lembut dan membalas pelukan mereka. "Kita baru saja bertemu masa sudah kengen saja."
"He...he…" kami selalu kangen dengan umi, bila perlu kita tinggal di rumah ini bersama dengan kakek, nenek, Abi dan aunty." Syila sangat antusias mengatakan keinginannya sedangkan Zayyan hanya menganggukkan kepalanya.
Mereka asyik bercerita dan menonton TV, tidak memperdulikan Gus Adnan yang menatap mereka dengan tatapan cemburu.
Tidak lama umi Ayu datang dari luar melihat sang cucu dan Adiba yang sangat akrab umi sangat bahagia, apalagi melihat senyuman Zayyan dan Syila.
Tetapi pandangan umi Ayu teralihkan kepada sang anak yang berdiri menatap mereka dengan tatapan kesal.
Umi berjalan ke arah sang anak dan menepuk pundaknya. "Jangan dipandang terus ingat belum sah."
Gus Adnan hanya bisa mengelus dadanya karena terkejut. "Aku tidak memandang Adiba aku hanya memperhatikan Zayyan dan Syila saja."
Mendengar jawaban sang anak, umi hanya bisa menggeleng-gelengkan kepalanya. Sejak Gus Adnan bertemu kembali dengan Adiba, berubah seperti orang yang baru jatuh cinta.
***
Kembali ke sisi Adiba, Zayyan dan Syila. Ketika mereka asyik bermain ada sesuatu yang menarik perhatian Adiba.
Adiba menatap acara tv, ada berita yang menyiarkan tentang keluarga Alexander, mereka mengumumkan kepada dunia bahwa Fiona Zea Malik adalah satu-satunya cucu dari keluarga Alexander, dan yang kalian maksud dengan nama Adiba itu bukan dari keturunan Alexander akan tetapi hanya anak seorang dari pembantu.
Air mata Adiba mengalir tanpa disadarinya, Adiba menepuk dadanya yang terasa sesak.
Melihat Adiba yang menangis, umi Ayu dan Gus Adnan mendekati Adiba. Umi Ayu memeluk Adiba dengan erat dan mengusap lembut punggungnya.
Mereka hanya diam, tidak yang berbicara, Sedangkan Zayyan dan Syila melihat Adiba yang menangis, mata mareka berkaca-kaca.
Gus Adnan segara mendekati sang anak dan memeluknya. "Kalian jangan menangis ya, nanti umi sedih."
Kedua bocah itu hanya mengangguk kepala, dan menghapus air matanya.
20 menit kemudian Adiba baru mulai tenang, Adiba menatap umi Ayu. "Umi kenapa mereka jahat sama aku, segitu bencinya mereka sehingga tidak pernah menganggap aku, aku juga butuh kasih sayang mereka aku juga ingin hidup dengan keluarga yang peduli dengan aku.
"Karena mereka lah aku selalu berniat untuk melakukan bunuh diri, untuk apa aku hidup, selama ini hanya kekerasan fisik dan mental aku yang selalu terguncang bahkan aku selalu meminum obat tidur agar aku bisa tidur dengan nyenyak.
"Sekarang mareka benar-benar tidak menganggap aku lagi, bahkan secara pribadi mereka mengatakan bahwa aku adalah anak dari seorang pembantu.
Adiba menatap umi Ayu dengan tatapan sendu. "Kebencian ku kepada mereka semakin besar, mereka telah melukai aku sangat dalam, setitik kebahagiaan saja tidak pernah mereka berikan.
"Apakah aku lebih baik mati saja agar mereka semakin senang," ucap Adiba.
Umi langsung memeluk Adiba dan memberikan kata-kata yang menenangkan. "Jangan pernah mengatakan kata-kata seperti itu lagi nak, sekarang kamu tidak sendiri, disini ada Abi, Umi, Adnan, Ning Kinan, Zayyan dan Syila, anggap saja kami adalah keluarga kamu, dan rumah ini adalah rumah kamu juga, jangan pernah lagi berpikir untuk mengakhiri hidup, Allah sangat membenci umatnya yang tidak menghargai dirinya sendiri.
Zayyan dan Syila juga memeluk Adiba dengan erat. "Umi jangan sedih lagi, nanti kami yang akan membalaskan perbuatan mereka karena telah jahat sama Umi."
Adiba yang mendengarkan perkataan Umi, Zayyan dan Syila hatinya merasakan hangat, dan bahagia.
Adiba sangat bersyukur bisa bertemu dengan orang-orang yang baik dan mau menerimanya.
Adiba menatap Gus Adnan dan tersenyum lembut. "Terima kasih banyak Abang telah memberikan alamat itu kepada aku, Abang juga telah menepati janji, bahwa orang-orang yang berada disini sangat baik."
"Alhamdulillah apabila kamu senang tinggal disini, jangan pernah menyerah, mulai sekarang buatlah cerita yang baru dan tinggalkan cerita yang menyakitkan," ucap Gus Adnan.
Sekarang jam sudah menunjukkan jam 10:00 malam Adiba kembali ke kamar, setelah mengganti pakaiannya Adiba berbaring menatap kosong.
"Kalian semakin membuat aku kecewa, pada suatu saat nanti apabila kita bertemu kembali, aku tidak akan pernah menyapa seperti yang kalian inginkan." Adiba kembali meneteskan air matanya.
Waktu berlalu begitu cepat, detik, menit, jam, sehari, seminggu sampai sebulan. 3 bulan sudah Adiba berada di pondok pesantren As-Salam, hari ini adalah hari yang bertepatan dengan acara ulang tahun perusahaan Alexander.
"Assalamu'alaikum," salam Adiba.
"Wa'alaikum salam," jawab umi.
"Masuk nak Adiba, apakah ada yang bisa umi bantu?" tanya umi.
"Hhhmmm… apakah boleh aku mengambil handphone, ada sesuatu yang ingin bicarakan kepada teman aku di Jakarta,"
Umi tersenyum lembut. "Tunggu dulu umi ambilkan dulu ya kedalam."
Tidak lama umi datang dan menyerahkan handphone Adiba, setelah itu umi pergi ke belakang meninggalkan adiba, kenapa umi pergi meninggalkan Adiba, karena umi tahu bahwa bahwa Adiba mempunyai ruang pribadi sendiri.
Adiba membuka handphonenya dan mengetik nomor seseorang.
Adiba
"Bagaimana?"
Seseorang…
Semuanya sudah beres nona, tinggal menunggu besok malam saja.
Adiba
"Bagus, saya tidak bisa sering menelepon kamu, saya harap kamu tetap bekerja dengan baik"
Seseorang…
"Anda tenang saja nona, kami akan selalu ada untuk membantu nona, meskipun kami harus mengorbankan nyawa kami sendiri, kami ikhlas dalam melakukannya, terima kasih atas kebaikan nona selama ini.
Adiba
"Bagus, aku percaya dengan kalian, setelah misi ini selesai, kamu ajaklah mereka pergi liburan, jangan terlalu keras dalam bekerja, ada juga waktunya untuk istirahat.
Adiba
"Hmmm…
Tut… Tut… Adiba mematikan handphonenya dan kembali lagi menelepon Vega.
Adiba
"Assalamualaikum,"
Vega
"Wa'alaikum salam, bagaimana kabar kamu adik?"
Adiba
"Alhamdulillah aku baik-baik saja, bagaimana dengan kakak?"
Vega
"Alhamdulillah kakak baik juga, pas banget kamu nelpon, ada beberapa file yang harus kamu periksa?"
Adiba
"Baiklah akan aku periksa, semua nya baik-baik saja dan tidak ada masalah kan?"
Vega
"Alhamdulillah semua nya baik-baik saja, bahkan cafe dan toko baju kamu semakin banyak peminatnya, jadi untuk sementara kamu fokus saja disana, disini kakak yang akan mengurus.
Adiba
"Terima kasih banyak, nanti aku akan telpon lagi, assalamualaikum."
Vega
"Wa'alaikum salam."
***
Disisi lain, di Jakarta Zea yang sedang asik berselancar di handphonenya, ada sebuah pesan misterius yang masuk membuat Zea bergetar dan syok, Zea membanting handphone diatas kasur dan ketakutan.
"Selamat malam putri satu-satunya dari keluarga Alexander, tidak lama lagi hidup mu akan sama seperti saudara kamu itu…ha…ha….ha…
Bersambung
Hello semua…. Silahkan like comment and vote dan beri rating 5 kakak ❤️🥰🥰
Salam kenal semua…
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 76 Episodes
Comments