Gus Adnan, Zayyan dan Syila sekarang mereka sedang berada di dalam kamar. Zayyan dan Syila sedang tertidur karena kelelahan setelah bermain selama seharian.
Gus Adnan menatap kedua anaknya, dan mengingat kembali pembicaraannya dengan Zayyan dan Syila. "Apa yang kalian bilang tadi?"
Dengan kesal Zayyan menjawab pertanyaan sang ayah. "Sudah jelas yang kami bilang tadi adalah kakak Adiba adalah umi yang kami pilih,"
Gus Adnan menatap sang anak dengan tatapan tak percaya. "Kalian berdua baru kenal dengan kakak itu, kenapa menyebut Dia dengan sebutan umi?"
"Kami sudah pernah ketemu dengan umi, waktu itu kita ikut ayah ceramah, he… he… kami sebenarnya diam-diam Kabur dari paman Ahmad." Syila cengengesan ketika menceritakan tentang kejadian itu.
Mendengar jawaban sang anak Gus Adnan menatap kedua anaknya dengan tegas. "Kenapa kalian pergi tanpa bilang dengan paman Ahmad dulu, kalian tahu kan kita itu di tempat umum pasti ada beberapa orang yang jahat, untuk sekarang ayah tidak akan marah dengan kalian, tetapi ingat jangan ulangi lagi perbuatan itu."
"Maaf," ucap Zayyan dan Syila serampak, dengan suara yang pelan.
Gus Adnan memeluk Zayyan dan Syila dengan erat begitu juga sebaliknya Zayyan dan Syila tak kalah erat membalas pelukan sang ayah.
***
Gus Adnan turun kebawah melihat ada Abi dan umi yang sedang duduk santai. Gus Adnan mendekati kedua orang tuanya dan duduk bersama.
"Abi, Umi boleh Adnan bertanya kepada kalian?" tanya Adnan.
Abi Hamza menutup kitab yang sedang beliau baca, sedangkan sang umi pergi kebelakang untuk meminta buatkan minuman dan cemilan. "Silahkan, apa yang ingin kamu tanyakan, apabila Abi bisa Jawab maka akan Abi Jawab."
"Apakah ada seorang gadis yang datang kesini, dan namanya adalah Adiba?"
Pak kyai terdiam. "Kita tunggu umi kamu saja, nanti umi yang akan menjelaskan."
Tidak lama umi ayu datang bersama dengan mbak ndalem yang membawa minuman dan cemilan. "Ada apa?" Umi menatap sang suami dan Anaknya yang terdiam.
Pak kyai menatap lembut sang istri dan menarik tangannya dengan lembut untuk duduk di sampingnya. "Sekarang sudah waktunya kamu ceritakan, anak kamu ini sudah bertemu dengan nak Adiba."
Umi tersenyum lembut kepada Sang anak. "Nama perempuan remaja yang kamu tolong itu bernama Adiba Afsheen Myesha, nak Adiba datang kesini sendiri, katanya ada seseorang yang memberikan alamat pondok pesantren kita."
"Sekarang nak Adiba akan belajar disini dan juga umi secara khusus untuk membimbing nak Adiba, dari yang umi lihat nak Adiba terlihat sekali iya tidak terlalu paham dalam belajar tentang agama Islam.
"Maka dari itu secara khusus umi menerimanya, dan sepertinya Adiba juga keluar dari rumah, dan pergi kesini.
"Sekarang umi tanya sama kamu, apakah nak Adiba adalah remaja yang kamu inginkan?"
"Sekarang dia bukan remaja lagi, akan tetapi sudah berubah menjadi wanita yang beranjak dewasa, dan Dia terlihat sangat dewasa ketika bersama dengan Zayyan dan Syila." Gus Adnan tersenyum bahagia.
"Apa yang kamu bilang tadi Adnan, Zayyan dan Syila sudah dekat dengan Adiba, bukankah mereka berdua itu sangat sulit untuk dekat dengan orang lain." tanya umi Ayu.
"Benar umi, mereka sudah pernah bertemu sebelumnya, dan sekarang panggilan mereka saja sudah berubah, Zayyan dan Syila memanggil Adiba dengan sebutan umi." Gus Adnan sangat antusias menceritakan mereka.
"Kalau begitu tunggu apalagi, segerakan lah niat kamu selama ini yang terpendam." Umi Ayo menggoda sang anak.
"Aku tidak tahu apa yang harus aku lakukan, jika dulu sudah pasti aku mau, tapi sekarang sudah berbeda, aku sudah pernah menikah dan mempunyai anak, aku takut Adiba akan menolakku." Gus Adnan gelisah dan memutar-mutar cincin yang ada di jempol tangan.
Umi mendekati Gus Adnan dan memeluknya. "Lebih baik kamu ungkapkan saja perasaan kamu kepada Adiba, dari yang umi lihat nak Adiba bukan orang yang yang jahat, pasti nak Adiba akan mendengarkan penjelasan dari kamu."
"Apalagi yang kamu bilang Zayyan dan Syila sudah sangat dekat dengan Adiba, tinggal kamu yang berjuang untuk mendapatkan cinta sejati dari Adiba," nasehat Umi.
"Apa yang pertama kali yang harus aku lakukan? Umi tahukan laki-laki dan perempuan itu tidak boleh berdua." Ucap Gus Adnan.
Mendengar jawaban sang anak, umi menepuk dahinya. "Ya Allah nak kenapa kamu polos sekali, kamu bisa ajak Kedua anak kamu."
Sang Ayah hanya tersenyum melihat tingkah laku sang anak dan istrinya. Gus Adnan itu sangat manja dengan kedua orang tuanya terlebih lagi kepada sang ibu, akan tetapi berbeda ketika sudah diluar, Gus Adnan terlihat sangat dingin, tegas, cuek dan irit berbicara.
Gus Adnan menatap sang umi dengan kagum. "Kenapa aku tidak memikirkan hal itu, sungguh ide umi sangat bagus, aku yakin Adiba tidak akan menolak apabila aku mengajak Zayyan dan Syila bersama."
"Terima Kasih atas bantuannya umi, doakan semoga berjalan dengan baik." Ucap Gus Adnan.
"Kami akan selalu mendoakan kamu, adik-adik kamu dan kedua cucu umi yang cantik dan tampan." Umi mengelus kepala sang anak.
***
Disisi lain Adiba sekarang berada di dalam kamar. Teman-temannya sudah pergi ke kelas, sehingga Adiba bisa menangis sepuasnya. "Apa yang harus aku lakukan sekarang, kenapa hati aku sakit ketika Dia tidak mengenal aku."
"Seharusnya aku tidak boleh begini, pertemuan kami hanya sebentar saja, tidak mungkin Dia masih mengingat aku, aku yang terlalu berharap banyak dengannya." Adiba berbaring di atas kasur sampai tertidur karena kelelahan.
Jam 5:00 Adiba bangun dari tidur dan bergegas ke kamar mandi untuk membersihkan diri, setelah selesai ritual mandinya, Adiba memakai pakaiannya.
Adiba duduk di ranjang dan membuka buku untuk dibaca, seraya menunggu teman sekamarnya.
"Assalamualaikum." Aisyah membuka pintu kamar bersama dengan Zahra.
"Wa'alaikum salam." ucap Adiba.
"Kamu sudah lama di kamar," tanya Aisyah.
"Iya sudah lumayan lama, saat aku kembali kalian berdua tidak ada di kamar," ucap Adiba.
"He..he.. kami tidak bisa menunggu kamu datang, karena pada jam 2:30 kami harus masuk kembali ke dalam kelas." Papar Zahra.
Adiba hanya menganggukkan kepalanya. "Lebih baik kalian segera mandi."
Aisyah dan Zahra mereka bergantian untuk membersihkan diri, sedangkan Adiba masih enteng duduk di kasur.
Waktu berlalu begitu cepat, sinar matahari berganti dengan sinar bulan. Sekarang Adiba pergi ke rumah ndalem.
"Assalamualaikum," salam Adiba.
"Wa'alaikum salam." Umi membuka pintu dan terlihat Adiba yang sudah menunggunya di depan.
"Silahkan masuk nak, kamu langsung duduk saja di bangku, Umi izin dulu ke belakang dulu ada yang ingin diambil." Umi berjalan ke belakang.
Di saat Adiba asik sendiri, ada seseorang yang memandang Adiba.
"Adiba….
Bersambung
Hello semua…. Silahkan like comment and vote dan beri rating 5 kakak ❤️🥰🥰
Salam kenal semua…
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 76 Episodes
Comments