Jam sudah menunjukkan pukul 11:30, Adiba masih berdiam duduk dipinggir pantai. Adiba mengingat kembali pembicaraannya dengan Ning Kinan.
"Aku mendengar semua yang Abang dan kamu bicarakan tadi sore, maaf sebelumnya Adiba bukan aku ingin membela Abang aku, tetapi apakah kamu bisa menerima lamarannya."
"Aku tidak tahu Kinan, sulit bagiku untuk menerima Gus Adnan, apalagi perbedaan kami sangat jauh." Adiba menghela nafas panjang.
"Perbedaan dari segi apa yang tidak bisa menerima kamu, apakah karena perbedaan usia kalian yang jauh?"
"Bukan karena itu, perbedaan usia tidak menghalangi orang yang jatuh cinta, tetapi yang aku takutkan adalah aku bukan wanita yang Sholehah, saat itu aku sangat jauh sama Allah, aku juga pernah pergi ke klub bahkan meminum minuman keras.
"Meskipun aku pernah melakukan itu aku masih bisa menjaga diriku sendiri dan menjaga kesucian aku yang hanya akan aku berikan kepada suamiku kelak nanti."
Ning kinan yang mendengar cerita dari Adiba sangat terkejut, bahkan Ning Kinan sampai membuka mulutnya. Adiba hanya tersenyum kecut melihat Ning Kinan.
Melihat raut Adiba yang sedih, Ning Kinan dengan cepat menutup mulutnya. "Maaf Adiba, aku hanya terkejut saja, kamu jangan salah paham dulu ya, apa alasan dibalik kamu pernah melakukan hal itu?"
"Kamu pasti sudah mendengar cerita tentang aku dari Umi. Aku melakukan itu hanya sekadar untuk menghilangkan rasa sedih, sakit, dan stress. Kamu pasti sering mendengar orang kota sering melakukan itu ketika mereka mempunyai masalah, atau putus cinta, maka begitu juga dengan aku."
"Aku sudah terlalu lelah dengan segala hal yang berkaitan dengan orang-orang di dalam rumah, ketika pulang aku selalu diabaikan bahkan sedikit saja aku melakukan kesalahan mereka tidak akan segan-segan melakukan kekerasan fisik.
"Maka, dari cerita yang aku ceritakan kepada kamu, sudah pasti kamu tahu jawabannya kenapa aku tidak bisa menerima lamaran kakak kamu?" mata Adiba berkaca-kaca.
Ning Kinan memegang tangan Adiba. "Apakah kamu sudah menceritakan kepada Abang?"
Adiba menggelengkan kepalanya. "Aku tidak bisa bicara jujur dengan Gus Adnan aku takut nanti Gus Adnan membenci aku bahkan kemungkinan besar aku tidak bisa bertemu kembali dengan Zayyan dan Syila. Aku sudah sangat menyayangi mereka, dengan melihat keceriaan dan kegembiraan yang Zayyan dan Syila membuat aku bahagia juga
Mendengar jawaban dari Adiba Ning Kinan hanya bisa diam, untuk sekarang ini iya tidak bisa membantu lebih mempersatukan sang Abang dan Adiba.
"Tapi ada satu hal yang harus kamu tahu, Abang tidak pernah memandang orang dari keburukannya, apabila orang itu sudah berubah menjadi lebih baik, maka Abang akan menerimanya. Aku, Abi dan umi kami akan selalu menerima kamu apa adanya, kamu juga melakukan hal itu bukan karena untuk bersenang-senang akan tetapi hanya untuk mengalihkan rasa sakit yang ada di hati kamu.
"Lebih kamu bicara jujur dengan Abang, kisah kan luka kamu dan apa yang pernah kamu lakukan pada waktu itu, dan berjanjilah setelah mengungkapkan itu, apabila Abang tetap melanjutkan lamarannya maka aku mohon terimalah.
"Setelah menikah kamu masih bisa belajar, mungkin kamu tidak perlu guru privat lagi, tetapi langsung suami kamu yang mengajarkan." Canda Ning Kinan.
"Tolong kamu bilang sama Abang kamu, beri aku waktu seminggu untuk memikirkannya, dan juga aku perlu wali yang menikahkan aku, aku harus bertemu dengan orang tuaku.
"Siip aku akan memberi tahu Abang, sekarang sudah malam, lebih baik kamu istirahat, aku duluan ya masuk." Ning Kinan pergi berjalan menuju penginapan meninggalkan Adiba yang masih betah duduk seraya memandang gelombang laut dan sinar bulan yang sangat indah.
"Ya Allah berikanlah hamba mu ini pilihan yang terbaik, dan ampunilah segala dosa yang telah aku perbuat, insya Allah aku akan selalu beristiqomah dalam menjalankan kewajiban aku sebagai umat Islam, dan semoga Ayah m, Abang dan keluarga Alexander bisa berubah menjadi lebih baik setelah acara itu.
***
Di keluarga Alexander mereka sudah berkumpul di ruang keluarga, suasana terasa hening.
Sang kakek menghela nafas panjang, dan menatap satu persatu dari sang anak dan cucunya. "Sekarang saya persilahkan kepada kamu Bastian untuk membicarakan tentang masalah serius ini, sekarang semua orang sudah mengetahui tentang keluarga kita, bahkan sudah ada beberapa rekan bisnis kita memutuskan kontrak mereka, jadi solusi apa yang harus kita lakukan sekarang."
Bastian mengusap wajahnya dengan kasar. "Untuk perusahaan aku akan menanganinya sebaik mungkin, dan permasalahan tentang video yang beredar, aku sudah memerintahkan kepada anak buah kita untuk menghapusnya.
Setelah mengatakan itu Bastian menatap sang putri yang masih tetap tenang bahkan tidak merasakan perasaan bersalah. "Untuk kamu Zea, ayah akan hukum kamu, selama satu tahun kamu tidak bisa menggunakan fasilitas yang selama ini kami berikan akan kami sita, dan untuk pergi ke sekolah kamu bisa pergi dengan angkutan umum, sama seperti yang dirasakan oleh kakak kamu."
Mendengar perkataan sang Ayah Zea menghentakkan kakinya, dan memandang sang ayah dengan tatapan yang amarah. "Ayah tidak bisa seperti itu, aku tidak mau ayah menyita semua yang aku miliki, aku tidak akan pernah mau mengembalikannya, aku bukan seperti Adiba yang bisa hidup susah, aku malu kepada teman-teman ku nanti, ayah jangan pernah egois seperti ini, bukan aku yang salah kalian semua juga salah, sudah mengabaikan Adiba begitu saja." Zea pergi begitu saja ke luar tanpa berpamitan.
Sang mama hanya bisa menangis, menatap sang anak yang selama ini terlihat lemah lembut, polos dan baik, bisa berubah cuma karena tidak ingin berbagi kasih sayang. Bastian memeluk sang istri dengan erat. "Kita harus bisa membuat Zea berubah menjadi lebih baik, nanti pelan-pelan saja.
"Mama juga merasa sangat bersalah kepada Adiba, iya bahkan tidak pernah merasakan kasih sayang dari kita, apakah Adiba akan memaafkan kita semua." Ucap mama.
"Kita akan terus berusaha untuk meminta maaf kepada Adiba sampai Dia mau memaafkan kita, bahkan jika adiba meminta kita bersujud aku akan melakukannya," ucap sang kakek.
Mereka semua hanya mengangguk kepala, di dalam hati mereka sudah bertekad untuk mendapatkan maaf dari Adiba, meskipun harus mencarinya di ujung dunia.
Disaat semua orang sibuk dengan pikiran masing-masing, mereka dikejutkan dengan kedatangan orang yang memakai baju biru, bahkan terlihat sangat kuat dan tegas dan tatapan matanya sangat tajam, yang tidak dikenal.
"Siapa kamu, kenapa kamu bisa masuk ke dalam begitu saja?" tanya sang kakek tegas.
"Maaf kami hanya melakukan tugas kami, ada satu hadiah yang dikirimkan oleh seseorang, masuk… bawa pelayanan itu ke dalam!" teriak orang baju biru itu.
Beberapa orang berbaju hitam masuk dengan membawa seorang wanita yang terlihat sangat menyedihkan, bahkan ada beberapa luka yang baru saja iya dapatkan.
Keluarga Alexander sangat terkejut melihat wanita itu, mereka sangat mengenalnya, karena pelayanan itu adalah salah satu pelayan yang sangat dipercaya.
"Kenapa wanita itu kalian tangkap, apa kesalahan?" tanya Abimanyu dengan bingung.
"Dasar bodoh kalian semua, begini saja kalian tidak tahu, makanya kalian itu jangan terlalu percaya dengan orang, kalian mau tahu siapa wanita ini, Dia lah yang memerintahkan untuk membunuh istri dan anak kandung kamu itu kepada pelayan muda itu," Hardik yang berbaju biru.
Mendengar perkataan dari baju biru itu yang asalnya marah karena dianggap bodoh, tetapi perkataan selanjutnya membuat mereka bungkam.
"Ada satu hal lagi ada seseorang yang ingin….
Bersambung
Hello semua…. Silahkan like comment and vote dan beri rating 5 kakak ❤️🥰🥰
Salam kenal semua…
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 76 Episodes
Comments