Ruangan Yang berwarna putih tidur dengan nyenyak seorang gadis yang cantik berkulit putih, bermata hazel, bibir yang berwarna merah muda alami, tidur dengan nyenyak, seakan-akan Dia tidak mau bangun.
Satu bulan sudah nona muda dari keluarga kaya raya ini mengalami koma, tidak ada satupun dari keluarganya yang datang menjenguk dan menanyakan kabarnya, yang selalu berada disisi nya hanya ada Pembantu yang selalu merawatnya sejak lahir.
Bibi memegang tangan nonanya dengan lembut. "Nona cepat sadar ya, bibi akan selalu ada disisi non Adiba, jangan pernah menyerah dalam menghadapi kerasnya dunia, bibi yakin nona bisa menghadapi nya.
Aghh... membuka mata secara perlahan.
Dimana aku? seorang gadis yang terbaring lemah di ranjang, tangannya yang diinfus melepas oksigen di mulutnya dan melihat ruangan rawatnya.
"Non… akhirnya sadar juga." ucap wanita paruh baya yang menemani gadis itu, tunggu sebentar ya bibi panggil dokternya dulu.
Bibi pergi keluar memanggil dokter, dan tidak lama dokter datang bersama para perawat untuk memeriksa Adiba.
"Bagaimana dokter keadaan non Adiba, apakah semuanya baik-baik saja?" Tanya bibi.
"Semuanya baik-baik saja tidak ada yang parah, seminggu lagi baru boleh pulang.
"Terimakasih dokter," ucap bibi senang.
"Sama-sama, semangat sembuhnya, jangan banyak bergerak yang berat dulu, kalau begitu saya permisi dulu." Dokter menasehati Adiba dan pergi keluar.
"Bibi… sudah berapa lama aku disini?" tanya Adiba.
"Sudah satu bulan, non koma setelah kejadian itu." Mata Bibi berkaca-kaca.
"Apakah mereka datang bibi?" Adiba menatap Bibi dengan pandangan yang sulit diartikan.
Dengan wajah yang sendu dan menundukkan kepala, bibi menjawab. "Tidak ada non, maaf bibi tidak bisa membawa mereka kesini."
"Tidak apa bibi, ini sudah biasa, aku tidak pernah diharapkan ada di sekitar mereka, meskipun aku mati pun juga mereka tidak akan ada yang sedih, Sekarang aku sadar, seberapa kali aku berusaha untuk menarik perhatian mereka, semakin mereka membenci aku." Adiba mencurahkan isi hatinya, air mata Adiba menetes.
"Miris banget hidup yang kujalani, aku juga tidak tahu kesalahan apa yang telah aku perbuat sehingga mereka begitu membenci ku. Mulai sekarang aku tidak akan melakukan itu lagi, aku sudah menyerah, bila perlu aku akan tinggal sendiri saja di luar daripada di rumah mewah tapi tidak pernah mendapatkan kebahagiaan," batin Adiba.
"Aku mau tidur dulu, kepala ku terasa pusing." Adiba menutup matanya karena pengaruh obat.
"Ia nona, tidur yang nyenyak ya dan jangan pikiran apa yang akan terjadi, yang penting kesembuhan nona dulu," nasehat bibi.
Melihat nona nya yang tertidur, hati bibi terasa sakit melihat Adiba yang bercerita dengan pandangan yang kosong, tidak ada harapan, yang dia rasakan. "Bibi yakin pasti nona kuat, bibi janji akan selalu ada untuk nona."
Tiga hari berlalu, hari ini kamu sudah boleh pulang, ingat jangan terlalu lelah jaga kesehatan, dan istirahat yang cukup." kata dokter, setelah pemeriksaan yang terakhir.
"Baik dokter, terima kasih," ucap bibi.
"Sudah semuanya nona, ayo kita pulang, didepan sudah ada yang menjemput kita," kata bibi.
"Baik bibi." Adiba turun dari ranjang.
"Selamat nona, akhirnya bisa pulang juga, maaf ya saya tidak bisa sering jenguk, kata mang Udin dengan raut wajah yang sedih.
Adiba tersenyum lembut. "Tidak apa-apa, terimakasih sudah mau menjenguk saya, lebih baik kita pulang", Adiba tidak mau memperpanjang pembicaraan.
Di dalam mobil Adiba hanya menatap kosong jalanan yang dilalui, entah kenapa Adiba merasa kosong saja.
20 menit sampai di depan rumah yang begitu besar, diluar sudah banyak kendaraan bermotor yang terparkir di sana, mungkin ini adalah sahabat dari abang-abangnya.
Masuk ke dalam, mendengarkan suara tawa mereka yang bahagia, hati Adiba merasa sakit. "Segitunya mereka terhadapku, tapi sekarang aku bukan wanita yang lemah lagi, yang cuman mengharap kan kasih sayang mereka, tetapi aku adalah wanita yang kuat, kalau tidak diri sendiri yang memberi kekuatan siap lagi, semangat, buktikan kepada mereka kamu akan hidup bahagia tanpa mereka." batin Adiba.
Disaat Adiba l sampai di ruang keluarga, Adiba melihat ayah, ibu, dan adiknya yang mereka sayangi, tertawa dengan bahagia. Adiba tidak perduli lagi dengan mereka, Iya terus berjalan tanpa memandang atau pun menyapa, saat akan masuk ke dalam kamau, salah satu dari mereka berbicara yang begitu menyakitkan.
"Kenapa kamu tidak mati saja." kata Abang yang ke dua dengan suara yang dingin, dan tatapan yang tajam.
Adiba berbalik dan menatap tajam mereka. Adiba menjawab dengan tegas. "Allah masih menyayangi ku, sehingga memberikan kesempatan yang kedua untuk menjalani hidup yang lebih baik, dengan wajah yang dingin.
Wajah Abang ku mengeras, menahan amarahnya nya.
"Kenapa Kakak seperti itu kepada Abang, Kakak sendiri yang tidak pernah pulang ke rumah." ucap gadis itu dengan raut wajah yang polos.
"Aku begitu benci terhadap dia, yang selalu menampilkan sok polos nya, meskipun Iya adalah adik ku sendiri.
"Kamu bertanya kenapa aku tidak pulang, apa peduli kamu terhadapku," kata ku dengan dingin.
Abang yang kedua Adiba berjalan cepat kearah Adiba, dan plak… dengan sangat keras Dia menampar Adiba. Adiba menatap nya semakin tajam.
"Dia bertanya dengan baik- baik kepadamu, malah menjawab dengan dingin, dasar tidak tau diri," bentak Abang Kedua.
Yang lainnya hanya melihat, mereka seakan-akan tidak ada yang peduli terhadap Adiba.
"Ha..ha..ha... Adiba tertawa dengan air mata yang turun, Adiba semakin membenci mereka semua.
"Kamu mau tahu, kenapa aku tidak pernah pulang?" tanya Adiba.
"Kalian mau tahu." Adiba berteriak keras.
'Apa peduli kalian hah, aku selama ini berada di rumah sakit koma 1 bulan lebih, cuma bibi dan mang Udin yang selalu ada dengan ku, kalau kalian ingin tahu tanyakan sendiri kepada bibi," ucap Adiba dengan dingin.
"Satu lagi yang kalian tahu, aku tidak akan melakukan itu lagi, mencari perhatian kalian, selamat ya Kalian semua bebas, aku sudah menyerah terhadap kalian.
Adiba pergi begitu saja tanpa melihat mereka yang ada di ruang keluarga.
Adiba merasakan rasa sakit yang luar biasa, melihat perilaku yang mereka tunjukkan kepada Adiba.
Adiba membuka kamar, masuk dan menguncinya, Adiba menangis untuk melepaskan semuanya.
Sedangkan di ruang keluarga Abang kedua Adiba memanggil Bibi.
"Ia den, ada apa?" tanya bibi, dengan raut wajah takut.
"Apa benar selama ini Adiba masuk rumah sakit dan koma selama 1 bulan," kata Abang kedua.
"Ia den itu benar, bibi sudah mau bilang dengan kalian, tetapi kalian semua sibuk, jadi bibi tidak bilang," kata bibi dengan kepala menunduk.
Deg…
Deg…
Deg…
Jantung mereka berdetak saat kebenaran nya terungkap, mereka tidak ada yang tahu bahwa Adiba masuk rumah sakit, mereka mengira Adiba pergi bersama temannya.
Sedangkan Adiba yang berada di dalam kamar, wajah Adiba berkeringat, tidur nya gelisah, dan air matanya terus-menerus mengalir, Adiba berusaha bangun dari tidurnya.
Hah…hah….aku mimpi ini lagi….
Adiba Afsheen Myesha adalah seorang anak yang lahir di keluarga yang kaya raya, apakah hidupnya bahagia, maka jawabannya adalah tidak.
Dia adalah anak yang ke 3 dari keturunan Alexander, terkaya no 2 di Asia dan mempunyai bisnis di luar negeri.
Adiba memiliki 2 Abang, dan satu adik perempuan, sejak lahir di dunia ia begitu diharapkan, selalu dimanja, akan tetapi semuanya berubah ketika sang mama hamil lagi.
Sejak Sang mama hamil, Adiba selalu terabaikan karena kondisi sang mama yang lemah, akhirnya bibi yang selalu menjaga Adiba.
Setelah kelahiran Sang adik, semuanya mulai berubah, apalagi kelahiran Sang adik tidak seperti umumnya, iya terpaksa dilahirkan saat usia 7 bulan di dalam kandungan, karena Sang mama jatuh di dapur, dan saat kejadian itu Adiba ada disana, jadi mereka semua mengira Adiba yang melakukan itu.
Karena kejadian itu mereka begitu menjaga sang adik, memberikan perhatian, perlindungan yang luar biasa.
Disaat umur 6 tahun Adiba mulai paham dan mengerti kenapa orang tua dan Abang nya tidak pernah peduli dengannya.
Apa pun yang diinginkan sang adik selalu diberikan, sedangkan Adiba yang hanya meminta dibelikan tas sekolah saja tidak diizinkan kan.
Kehidupan terus berlanjut, berbagai cara Adiba lakukan untuk menarik perhatian mereka, akan tetapi mereka semakin membenci Adiba.
Adiba meminta kepada kedua orang tuanya untuk hadir di acara lomba di sekolah bersama keluarga, waktu itu Adiba kelas 2 SD.
Adiba memberanikan diri menghadap Sang ayah dan mama yang berada di ruang keluarga.
"Ayah, mama ini ada undangan dari sekolah bahwa akan ada acara masak sama keluarga, apakah kalian bisa datang?" Adiba memberanikan diri menatap kedua orang tuanya.
"Ayah sibuk, acara seperti itu juga tidak penting," jawab Sang ayah tegas.
"Sama ibu juga tidak bisa, kamu bisa pergi sama bibi saja, kalau kamu tetap mau ikut, kata mama," dengan raut wajah yang biasa saja seakan-akan itu tidak penting.
"Tapi… kan,"
Belum menyelesaikan Adiba berbicara, Sang adik dan Abang nya datang, dan duduk di kursi, sedangkan Sang adik duduk di tengah antara ayah dan mama.
"Ayah, mama, di sekolah Adik ada acara." Ucap Zea.
"Kapan?" kata ayah dengan wajah yang teduh dan kata nya yang lembut, berbeda sekali ketika berbicara dengan Adiba.
"Besok Ayah, mau kan datang," Zea memperlihatkan raut wajahnya gemas.
"Coba tanya sama mama, apakah mau?" Sang ayah mengusap lembut kepala Zea.
Zea memandang Sang mama dengan penuh harap.
Sang mama tersenyum. "Oke besok Mama dan Ayah bisa datang ke sekolah anak mama yang cantik."
"Oke mama." Dengan binar bahagia, Zea memeluk ayah dan mama secara bersamaan.
"Bagaimana dik benar apa kata Abang kan ayah sama mama pasti bisa?" ucap Abang kedua.
"Ia Abang benar aku senang banget," jawab Zea antusias.
Kedua Abang Adiba bernama Kenzo Julian Alexander, Kenzi Julian Alexander dan yang si bungsu bernama Fiona Zea. Sedangkan orang tuanya, Sang ayah bernama Bastian Jordan Alexander dan Sang mama bernama Kayla Shakila Alexander.
Hanya Adiba yang tidak memakai nama keluarganya, bahkan Iya disembunyikan dari hadapan publik.
Adiba yang melihat mereka, hanya bisa diam saja, seakan-akan Adiba tidak ada disana.
Adiba perlahan-lahan pergi dari mereka, Adiba sudah tidak tahan melihatnya, hati Adiba perih, sesak dan sakit.
Sebelum jalan Adiba jauh, Sang ayah mengatakan sesuatu yang begitu menyakitkan.
"Adiba… kamu di sekolah jangan pernah mengatakan kamu adalah keturunan dari Alexander, di media sosial mereka mengetahui aku hanya mempunyai satu anak perempuan saja," ucap ayah dengan tegas.
Cairan bening mulai luruh dari netranya, Adiba menjawab tanpa berpaling. "Baik ayah aku tidak akan mengatakan itu kepada siapapun, aku janji."
Adiba kembali masuk ke kamar dan mengunci kamarnya, Adiba menangis.
Waktu begitu cepat berlalu, sekarang Adiba berumur 17 tahun. Perlakuan mereka kepada Adiba semakin menjadi, bahkan kedua Abang nya dengan mudahnya melakukan kekerasan fisik, tidak terkecuali ayahnya, hanya Sang mama yang tidak melakukan, tetapi saat melihat Adiba diperlukan seperti itu Sang mama hanya diam, tidak ada niat untuk membela Adiba.
Adiba memang mempunyai keluarga yang lengkap, akan tetapi hidupnya tidak seperti anak pada umumnya, bahkan Adiba pernah berpikir untuk mengakhiri hidupnya, akan tetapi ada seorang laki-laki dewasa yang menasehati Adiba bahwa bunuh diri itu adalah dosa dan Laki-laki itu juga mengatakan bahwa setiap hamba yang ikhlas dan sabar dalam menghadapi cobaan, di balik setiap musibah pasti akan ada hikmah dibaliknya dan Allah tidak akan pernah akan memberikan cobaan yang sulit bagi hambanya.
Sejak kecil Adiba sudah terbiasa hidup mandiri dan tidak bergantung dengan orang lain, jadi apabila Adiba menginginkan keluar dari rumah itu Adiba mampu menjalani hidup dengan keras nya dunia.
***
Adiba bangun dari mimpinya yang buruk, setiap malam Adiba akan selalu bermimpi, bahkan Adiba pernah mengkonsumsi obat tidur agar tidurnya nyenyak.
Tanpa sepengetahuan mereka, Adiba memiliki trauma yang sangat menyakitkan, karena trauma yang Adiba dapat dari keluarga sendiri, bahkan Adiba sudah beberapa kali pergi ke dokter psikiater, dan Alhamdulillah Adiba sedikit demi sedikit bisa melawan trauma nya.
Gara-gara trauma itu sekarang Adiba semakin sulit percaya dengan orang lain, karena keluarganya sendiri yang membuat kepercayaan Adiba hilang.
Adiba menatap sinar matahari yang menyinari kamarnya, Adiba menghela nafasnya. "Aku harus kuat, kamu harus bisa Adiba jangan takut lagi, hadapi mereka dengan cara elegan," batin Adiba.
Tok… tok… tok… pintu kamar Adiba diketuk, nona Adiba ini bibi." Membuka pintu kamar Adiba dengan pelan.
"Ada apa bibi?" tanya Adiba.
"Nona dipanggil tuan untuk makan bersama," jawab bibi.
"Baiklah aku akan kesana nanti." Adiba berjalan ke kamar mandi untuk membersihkan diri.
15 menit Adiba selesai mandi dan memakai pakaiannya, Adiba pergi ke ruang makan, ternyata mereka semua sudah berkumpul, hanya Adiba yang terlambat datang.
"Kamu kemana saja, kenapa baru datang, kami disini kelaparan hanya menunggu anak tak tahu diri seperti kamu," bentak Kenzi.
Adiba tidak memperdulikan perkataan Sang Abang, iya hanya diam tanpa ekspresi dan duduk di kursi yang kosong.
"Makan," tegur Kepala keluarga.
Mereka makan dengan diam, suasana di meja makan terasa sepi, karena tidak ada yang berani berbicara, apalagi Adiba yang biasa nya banyak berbicara sekarang malah diam.
Setelah selesai makan, Mereka pergi ke ruang keluarga, sedangkan Adiba pergi ke kamar tanpa menyapa mereka.
"Kenapa Adiba berubah setelah keluar dari rumah sakit." Sang mama memandang Adiba dengan tatapan sulit diartikan.
Sedangkan yang lain mereka hanya biasa saja, mereka senang karena sekarang Adiba tidak mengganggu mereka lagi.
Mereka bercanda, tertawa bersama, tanpa memperdulikan Adiba, saat mereka asyik bermain, mereka mendengar orang yang berjalan itu adalah Adiba.
"Mau kemana kamu?" tanya Sang ayah.
"Aku Hanya ingin keluar saja," jawab Adiba tenang.
"Sekarang kamu sudah berani berbicara seperti itu kepada ayah?" Ucap Kenzi kesal.
Adiba tidak memperdulikan mereka, iya terus berjalan saat sampai di depan pintu Adiba mendengar suara yang begitu menyakitkan…
Deg…
Deg…
Deg…
Adiba sekarang berada di sekitar taman perumahan tempat tinggal nya, Adiba meneteskan air mata, mengingat perkataan Sang ayah.
"Jika kamu tetap keluar, Ayah harap kamu pergi saja tidak perlu kembali ke rumah ini," bentak Sang ayah.
Adiba memejamkan matanya menahan air mata yang sebentar lagi akan mengalir, Adiba menatap Keluarganya dengan raut wajah yang dingin. "Kalian semua tenang saja aku akan pergi dari rumah ini, tiga hari lagi aku berumur 17 tahun, sesuai perjanjian yang ayah berikan, aku akan keluar dari rumah ini dan tidak akan mengganggu kalian lagi, apabila kita bertemu anggap saja kita tidak kenal." Adiba berjalan keluar tanpa mendengar Jawaban mereka.
***
Adiba duduk memandang anak-anak yang bermain bersama kedua orang tuanya, mereka terlihat sangat bahagia. Sejak kecil Adiba selalu mengharapkan bisa bermain dengan keluarganya, tapi semua itu tidak pernah terjadi, pelukan saja Adiba tidak pernah merasakannya.
Disaat Adiba termenung, ada yang menarik-narik baju Adiba. Adiba terkejut karena ada anak kecil kembar yang sedang menatapnya seperti meminta tolong.
Adiba berjongkok dan menatap Kedua bocah itu dengan lembut. " Hai anak Cantik dan taman kalian sedang apa?"
Kedua anak itu menatap Adiba dengan raut wajah yang sedih. "Umi… kami mau es krim tapi tidak punya uang."
Adiba menganga, mendengar panggilan dari Kedua bocah ini, kenapa harus memanggilnya dengan sebutan umi, iya baru berusia 16 tahun.
"Sayang Kakak bukan umi kalian, jadi panggil kakak saja ya." Adiba mengusap lembut kepala Kedua bocah itu.
"Tapi kami berdua boleh kan memanggil Kakak umi, kami tidak mempunyai umi kata Abi umi sudah ada di surga." Kedua bocah itu menundukkan kepalanya dan air matanya mengalir.
Adiba melihat Kedua bocah itu sedih, Adiba membawa Kedua bocah itu ke pelukannya. "Oke kalian boleh memanggil Kakak dengan sebutan umi." Kedua bocah itu sangat senang, mereka memeluk Adiba dengan erat.
Adiba melepaskan pelukannya. "Sekarang umi boleh tanya siapa nama kalian dan sekarang dimana ayah?"
"Nama aku Arsyila dan ini Abang aku namanya Zayyan, sedangkan ayah ada di masjid." raut wajah Arsyila sangat cerah dan Zayyan hanya mengangguk kepala tanda setuju apa yang dikatakan Sang adik.
"Oke kita pergi beli es krim, disana ada tokonya." Adiba memegang tangan Arsyila dan Zayyan.
Setelah sampai di cafe, Adiba dan Kedua bocah itu duduk di kursi. "Kalian ingin pesan apa?"
Arsyila dengan semangat menunjukkan es krim yang iya mau. "Mau ini umi dan eem… boleh sama ayam ini?"
Adiba hanya tertawa melihat kelakuan Syila. "Boleh dan Abang juga mau yang mana?"
"Abang sama adik saja umi," ucap Zayyan.
Aletta memesan pesanan mereka, seraya menunggu pesanan mereka berbicara dan tertawa bersama, disaat asik pesanan mereka datang, Arsyila dan Zayyan sangat lahap memakannya.
Melihat Kedua bocah itu hati Adiba menghangat ini pertama kalinya Adiba merasa bahagia dan damai.
Melihat Kedua bocah itu selesai makan, Adiba berbicara Kepada Syila dan Zayyan. "Sekarang kita ke masjid ya, umi antar." Ucap lembut Adiba.
Zayyan dan Syila mengangguk antusias dengan memegang tangan Adiba, mereka pergi dengan ceria, Arsyila yang lebih Aktif berbicara sedangkan Sang Abang Hanya sedikit.
Disaat mereka sampai ke masjid, Adiba merasa malu karena hanya iya yang tidak memakai kerudung. "Andai aku tahu disini ada pengajian aku tidak akan memakai pakaian seperti ini," batin Adiba.
Ada seseorang yang tergesa-gesa datang ke arah mereka dengan raut wajah yang kuatir. "Ya Allah kemana saja kamu Gus dan Ning kecil, kami dari tadi mencari kalian ke mana-mana.
Kedua bocah itu hanya cengengesan, mereka merasa tidak bersalah. "He… he… kami hanya jalan-jalan saja paman, disini kami bosan menunggu abi yang lama sekali."
Laki-laki itu hanya bisa mengusap dadanya dengan kelakuan Kedua anak itu
Laki-laki yang dipanggil paman itu melihat ke arah Adiba dan iya berterima kasih karena sudah menjaga Syila dan Zayyan.
Adiba hanya menganggukkan kepala dan memandang Syila dan Zayyan dengan tatapan hangat, iya berjongkok agar sama tingginya dengan Kedua bocah itu. "Kakak pulang dulu ya, kalian disini baik-baik jangan ada yang nakal, dengar kan Kata-kata Abi dan paman dan jangan membuat Abi dan paman kuatir, semoga nanti kita bisa ketemu kembali." Adiba memeluk Zayyan dan Syila dengan erat.
"Iya umi kami akan dengar apa yang dikatakan Abi, tapi janji ya nanti kita ketemu lagi." Ucap Zayyan parau sedangkan Sang adik tidak bisa berbicara lagi karena menangis.
Adiba mengelus punggung Keduanya dengan lembu. "Insya Allah jika Allah menghendaki kita bertemu pasti akan bertemu kembali." Mencium pipi keduanya dan sebaliknya Kedua bocah itu juga sama.
Adiba pergi dari masjid, iya terus tersenyum jika mengingat anak-anak itu.
Sedangkan di sisi lain, Sang paman hanya menatap mereka dengan tatapan bingung "sejak kapan mereka memanggil seorang perempuan dengan sebutan umi, iya tahu betul karakter Kedua bocah ini, mereka sulit menerima orang baru, lebih baik aku diam saja, apa yang terjadi hari ini, apabila mereka memang berjodoh pasti akan bertemu kembali."
***
Adiba sekarang berada di ruangan pribadinya duduk bersama dengan asisten pribadi nya.
"Bagaimana dengan adik Kaka sekarang, yang aku dengar iya Sangat bahagia sekolah di pondok pesantren," tanya Adiba.
"Alhamdulillah Sella betah disana, aku bersyukur iya mau masuk di pondok pesantren ini, karena bayaran terjangkau dengan fasilitas yang disediakan lengkap, disana juga tidak hanya belajar ilmu agama tetapi ada juga sekolah umumnya Sampai ke jenjang tinggi," Jawab Vega.
Adiba tersenyum mendengar ucapan Vega, iya menatap Vega dengan tatapan serius. "Aku ingin kamu mengelola cafe dan toko baju selama aku pergi."
Vega terkejut mendengar ucapan Adiba. "Kemana kamu akan pergi, berapa hari?"
Adiba hanya tersenyum dengan ucapan Vega. "Aku akan pergi 4 atau 5 tahun."
"Apa… ! Kenapa selama itu kamu pergi, kamu mau meninggalkan aku dik Adiba, apakah ada masalah yang kamu hadapi sehingga kami ingin pergi dari kota ini? tanya Vega.
"Aku baik-baik saja, hanya saja aku ingin menenangkan diri lebih dulu, dan juga ingin belajar tentang agama Islam, aku selama ini merasa jauh dari Allah," cicit Adiba air matanya menetes.
Vega menghela nafas. "Baiklah jika itu yang kamu mau, aku akan menjaga cafe dan toko baju selama kamu pergi, apakah boleh aku tahu kemana kamu akan pergi?"
"Aku pergi ke……
Bersambung....
Hello semua…. Silahkan like comment and vote dan beri rating 5 kakak ❤️🥰🥰
Salam kenal semua…
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!