Adiba Afsheen Myesha adalah seorang anak yang lahir di keluarga yang kaya raya, apakah hidupnya bahagia, maka jawabannya adalah tidak.
Dia adalah anak yang ke 3 dari keturunan Alexander, terkaya no 2 di Asia dan mempunyai bisnis di luar negeri.
Adiba memiliki 2 Abang, dan satu adik perempuan, sejak lahir di dunia ia begitu diharapkan, selalu dimanja, akan tetapi semuanya berubah ketika sang mama hamil lagi.
Sejak Sang mama hamil, Adiba selalu terabaikan karena kondisi sang mama yang lemah, akhirnya bibi yang selalu menjaga Adiba.
Setelah kelahiran Sang adik, semuanya mulai berubah, apalagi kelahiran Sang adik tidak seperti umumnya, iya terpaksa dilahirkan saat usia 7 bulan di dalam kandungan, karena Sang mama jatuh di dapur, dan saat kejadian itu Adiba ada disana, jadi mereka semua mengira Adiba yang melakukan itu.
Karena kejadian itu mereka begitu menjaga sang adik, memberikan perhatian, perlindungan yang luar biasa.
Disaat umur 6 tahun Adiba mulai paham dan mengerti kenapa orang tua dan Abang nya tidak pernah peduli dengannya.
Apa pun yang diinginkan sang adik selalu diberikan, sedangkan Adiba yang hanya meminta dibelikan tas sekolah saja tidak diizinkan kan.
Kehidupan terus berlanjut, berbagai cara Adiba lakukan untuk menarik perhatian mereka, akan tetapi mereka semakin membenci Adiba.
Adiba meminta kepada kedua orang tuanya untuk hadir di acara lomba di sekolah bersama keluarga, waktu itu Adiba kelas 2 SD.
Adiba memberanikan diri menghadap Sang ayah dan mama yang berada di ruang keluarga.
"Ayah, mama ini ada undangan dari sekolah bahwa akan ada acara masak sama keluarga, apakah kalian bisa datang?" Adiba memberanikan diri menatap kedua orang tuanya.
"Ayah sibuk, acara seperti itu juga tidak penting," jawab Sang ayah tegas.
"Sama ibu juga tidak bisa, kamu bisa pergi sama bibi saja, kalau kamu tetap mau ikut, kata mama," dengan raut wajah yang biasa saja seakan-akan itu tidak penting.
"Tapi… kan,"
Belum menyelesaikan Adiba berbicara, Sang adik dan Abang nya datang, dan duduk di kursi, sedangkan Sang adik duduk di tengah antara ayah dan mama.
"Ayah, mama, di sekolah Adik ada acara." Ucap Zea.
"Kapan?" kata ayah dengan wajah yang teduh dan kata nya yang lembut, berbeda sekali ketika berbicara dengan Adiba.
"Besok Ayah, mau kan datang," Zea memperlihatkan raut wajahnya gemas.
"Coba tanya sama mama, apakah mau?" Sang ayah mengusap lembut kepala Zea.
Zea memandang Sang mama dengan penuh harap.
Sang mama tersenyum. "Oke besok Mama dan Ayah bisa datang ke sekolah anak mama yang cantik."
"Oke mama." Dengan binar bahagia, Zea memeluk ayah dan mama secara bersamaan.
"Bagaimana dik benar apa kata Abang kan ayah sama mama pasti bisa?" ucap Abang kedua.
"Ia Abang benar aku senang banget," jawab Zea antusias.
Kedua Abang Adiba bernama Kenzo Julian Alexander, Kenzi Julian Alexander dan yang si bungsu bernama Fiona Zea. Sedangkan orang tuanya, Sang ayah bernama Bastian Jordan Alexander dan Sang mama bernama Kayla Shakila Alexander.
Hanya Adiba yang tidak memakai nama keluarganya, bahkan Iya disembunyikan dari hadapan publik.
Adiba yang melihat mereka, hanya bisa diam saja, seakan-akan Adiba tidak ada disana.
Adiba perlahan-lahan pergi dari mereka, Adiba sudah tidak tahan melihatnya, hati Adiba perih, sesak dan sakit.
Sebelum jalan Adiba jauh, Sang ayah mengatakan sesuatu yang begitu menyakitkan.
"Adiba… kamu di sekolah jangan pernah mengatakan kamu adalah keturunan dari Alexander, di media sosial mereka mengetahui aku hanya mempunyai satu anak perempuan saja," ucap ayah dengan tegas.
Cairan bening mulai luruh dari netranya, Adiba menjawab tanpa berpaling. "Baik ayah aku tidak akan mengatakan itu kepada siapapun, aku janji."
Adiba kembali masuk ke kamar dan mengunci kamarnya, Adiba menangis.
Waktu begitu cepat berlalu, sekarang Adiba berumur 17 tahun. Perlakuan mereka kepada Adiba semakin menjadi, bahkan kedua Abang nya dengan mudahnya melakukan kekerasan fisik, tidak terkecuali ayahnya, hanya Sang mama yang tidak melakukan, tetapi saat melihat Adiba diperlukan seperti itu Sang mama hanya diam, tidak ada niat untuk membela Adiba.
Adiba memang mempunyai keluarga yang lengkap, akan tetapi hidupnya tidak seperti anak pada umumnya, bahkan Adiba pernah berpikir untuk mengakhiri hidupnya, akan tetapi ada seorang laki-laki dewasa yang menasehati Adiba bahwa bunuh diri itu adalah dosa dan Laki-laki itu juga mengatakan bahwa setiap hamba yang ikhlas dan sabar dalam menghadapi cobaan, di balik setiap musibah pasti akan ada hikmah dibaliknya dan Allah tidak akan pernah akan memberikan cobaan yang sulit bagi hambanya.
Sejak kecil Adiba sudah terbiasa hidup mandiri dan tidak bergantung dengan orang lain, jadi apabila Adiba menginginkan keluar dari rumah itu Adiba mampu menjalani hidup dengan keras nya dunia.
***
Adiba bangun dari mimpinya yang buruk, setiap malam Adiba akan selalu bermimpi, bahkan Adiba pernah mengkonsumsi obat tidur agar tidurnya nyenyak.
Tanpa sepengetahuan mereka, Adiba memiliki trauma yang sangat menyakitkan, karena trauma yang Adiba dapat dari keluarga sendiri, bahkan Adiba sudah beberapa kali pergi ke dokter psikiater, dan Alhamdulillah Adiba sedikit demi sedikit bisa melawan trauma nya.
Gara-gara trauma itu sekarang Adiba semakin sulit percaya dengan orang lain, karena keluarganya sendiri yang membuat kepercayaan Adiba hilang.
Adiba menatap sinar matahari yang menyinari kamarnya, Adiba menghela nafasnya. "Aku harus kuat, kamu harus bisa Adiba jangan takut lagi, hadapi mereka dengan cara elegan," batin Adiba.
Tok… tok… tok… pintu kamar Adiba diketuk, nona Adiba ini bibi." Membuka pintu kamar Adiba dengan pelan.
"Ada apa bibi?" tanya Adiba.
"Nona dipanggil tuan untuk makan bersama," jawab bibi.
"Baiklah aku akan kesana nanti." Adiba berjalan ke kamar mandi untuk membersihkan diri.
15 menit Adiba selesai mandi dan memakai pakaiannya, Adiba pergi ke ruang makan, ternyata mereka semua sudah berkumpul, hanya Adiba yang terlambat datang.
"Kamu kemana saja, kenapa baru datang, kami disini kelaparan hanya menunggu anak tak tahu diri seperti kamu," bentak Kenzi.
Adiba tidak memperdulikan perkataan Sang Abang, iya hanya diam tanpa ekspresi dan duduk di kursi yang kosong.
"Makan," tegur Kepala keluarga.
Mereka makan dengan diam, suasana di meja makan terasa sepi, karena tidak ada yang berani berbicara, apalagi Adiba yang biasa nya banyak berbicara sekarang malah diam.
Setelah selesai makan, Mereka pergi ke ruang keluarga, sedangkan Adiba pergi ke kamar tanpa menyapa mereka.
"Kenapa Adiba berubah setelah keluar dari rumah sakit." Sang mama memandang Adiba dengan tatapan sulit diartikan.
Sedangkan yang lain mereka hanya biasa saja, mereka senang karena sekarang Adiba tidak mengganggu mereka lagi.
Mereka bercanda, tertawa bersama, tanpa memperdulikan Adiba, saat mereka asyik bermain, mereka mendengar orang yang berjalan itu adalah Adiba.
"Mau kemana kamu?" tanya Sang ayah.
"Aku Hanya ingin keluar saja," jawab Adiba tenang.
"Sekarang kamu sudah berani berbicara seperti itu kepada ayah?" Ucap Kenzi kesal.
Adiba tidak memperdulikan mereka, iya terus berjalan saat sampai di depan pintu Adiba mendengar suara yang begitu menyakitkan…
Deg…
Deg…
Deg…
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 76 Episodes
Comments
Erika Solis
Perasaan campur aduk. 🤔
2023-09-02
1