Jam 04:00 santri dan santriwati sudah bangun dari tidur, karena peraturan pondok pesantren mereka wajib shalat tahajud berjamaah di masjid.
Adiba sudah terbiasa melakukan semua yang ada di pondok, dan perkembangan Adiba juga semakin baik, bahkan selama 3 bulan ini Adiba sudah bisa membaca ayat-ayat Al Quran meskipun masih terbata-bata, tetapi tidak membuat Adiba malu atau minder.
Kedekatan Adiba dengan keluarga pak kyai semakin dekat, apalagi kedekatan Adiba dengan Zayyan dan Syila seperti anak dan ibu kandung.
Bagaimana dengan Gus Adnan apakah mereka dekat? Maka jawabannya adalah yes, mereka memang dekat tapi tidak ada yang tahu, baik Gus Adnan maupun Adiba tidak menunjukkan kedekatan mereka di luar, akan tetapi berbeda ketika mereka bersama dengan Zayyan dan Syila.
Saat ini liburan tengah semester, para santri dan santriwati pulang kampung, sehingga kondisi di pondok pesantren sangat sepi.
Adiba memilih untuk tidak pulang, karena Adiba juga tidak memiliki keluarga atau lebih tepatnya tidak dianggap.
Sekarang Adiba berada di ndalem. Adiba dan umi Ayu memasak bersama. "Terima kasih ya nak Adiba kamu mau membantu umi untuk memasak."
Adiba tersenyum lembut. "Aku yang harus berterima kasih kepada Umi dan yang lainnya karena mau menerima Adiba dengan baik, dan tulus menyayangi Adiba yang hanya orang luar." Adiba memotong sayur-sayuran dan mencucinya.
"Kamu tidak perlu mengucapkan terima kasih, kami ikhlas dan bahagia dengan kehadiran kamu, apalagi Zayyan dan Syila sangat dekat dengan kamu. Seharusnya umi yang harus berterima kasih kepada kamu nak, karena mau dipanggil umi oleh cucu umi." Umi ayu sedang memasukkan bahan sayuran ke dalam panci.
Saat sedang asyik berbicara, tiba-tiba ada yang datang dan memeluknya kaki Adiba. Adiba melihat kebawah dan ternyata ada Syila. "Kenapa sayang?"
Syila tersenyum manis. "Umi nanti kita pergi jalan-jalan ya bersama Abang Zayyan, Abi dan Aunty Kinan."
"Hmmm… bagaimana ya, sebenarnya umi hari ini sibuk, umi akan pergi bersama nenek," Adiba menjahili Syila .
Raut wajah Syila terlihat sedih tidak seperti tadi saat mengatakan keinginannya dengan ceria. "Baiklah kalau begitu Syila sama Abang dirumah saja tidak jadi jalan-jalan.
Sebenarnya Adiba hanya bercanda saja, akan tetapi anak itu tidak mengetahuinya. "Hmmm… bagaimana nenek apakah kita pergi jalan-jalan saja bersama."
Mendengarkan ucapan Adiba, tiba-tiba Syila menatap sang nenek dengan penuh harap dan mengedipkan matanya, Melihat Syila seperti itu Iya terlihat semakin imut. "Baiklah kita pergi jalan-jalan saja atau bila perlu kita pergi liburan ke pantai."
Mendengar jawaban sang nenek Syila berlari ke luar untuk memberitahu kepada yang lain, dengan semangat dan tersenyum lebar.
Adiba memandang umi. "Bagaimana umi kita juga buat bekal untuk makan bersama di sana, seperti orang yang piknik gitu." Adiba sangat antusias karena ini yang Adiba inginkan, yaitu pergi bersama orang yang dia sayangi begitu juga sebaliknya.
Umi Ayu tersenyum lembut dan mengusap lembut kepala Adiba. "Baiklah kita akan pergi bersama, dan juga kita akan menginap satu malam."
***
Sedangkan di ruang keluarga ada Abi Hamza, Gus Adnan, Ning Kinan, dan Zayyan, mareka sedang duduk santai sambil memperhatikan acara tv bagi Zayyan dan Ning Kinan, sedangkan Gus Adnan sedang memeriksa laporkan dari usaha yang Gus Adnan punya dan Abi Hamza beliau sedang membaca Kitab.
Mareka sibuk dengan aktivitas masing-masing.
Zayyan yang tidak melihat sang adik tidak ada, maka iya bertanya kepada Sang Ayah. "Ayah dimana Syila?"
Gus Adnan menghentikan pekerjaannya dan menatap sang anak. "Mungkin adik kamu sekarang berada di dapur."
Sebelum Zayyan bertanya kembali, Syila datang dengan wajah yang berseri dan tersenyum lebar. "Hello semuanya Syila ada kabar bahagia, apakah itu?"
"Dik kamu jangan bertele-tele, cepat katakan ada apa, sepertinya kamu terlihat sangat bahagia,"
"Hehehe… Syila cuma mau bilang, nanti setelah makan umi dan nenek akan mengajak Syila pergi ke pantai, kalian tidak diajak?" ucap Syila menyebalkan.
Zayyan menatap Syila dengan tajam. "Tidak bisa begitu dong, aku juga harus ikut, masa cuma kamu yang diajak sama umi, kamu pasti berbohong, Abang kenal dengan sifat kamu." Mata Zayyan terlihat berkaca-kaca.
Syila hanya cengengesan mendengar ucapan Zayyan, begitu juga yang lain mereka menahan tawanya, bagaimana mana tidak, wajah yang imut ini berusaha untuk terlihat tajam.
Syila tertawa terbahak bahak melihat raut wajah Zayyan yang ditekuk dan menghentakkan kakinya lantai. "Abang jangan marah dong, adik cuma bercanda saja, kata nenek kita akan pergi bersama setelah selesai makan kita langsung berangkat."
Sekarang mereka sudah berada di dalam mobil, perjalan menuju ke pantai sekitar satu jam tiga puluh menit. Selama di perjalanan mereka ditemani dengan suara nyanyian dari Syila.
Rombongan pak kyai dan keluarga telah sampai di pantai, Adiba dan umi pergi mencari penginapan sedangkan yang lain hanya menunggu di dalam mobil.
Setelah meletakkan perlengkapan dan mengganti baju, mereka pergi ke pinggir pantai, Zayyan dan Syila tidak berhenti tersenyum bahkan sekarang mereka mencari kerang ditemani dengan Gus Adnan dan Adiba.
Sebaliknya Pak kyai dan Bu nyai hanya duduk seraya meminum air kelapa, dan untuk Ning Kinan, iya sibuk dengan kegiatannya sendiri.
"Apakah kamu bahagia sekarang?" tanya Gus Adnan.
Adiba tersenyum lembut, pandangannya tidak lepas dari Zayyan dan Syila. "Aku bahagia sekarang, bahkan aku sekarang sudah seperti mempunyai keluarga sendiri."
Gus Adnan dan Adiba duduk di pinggir pantai. "Alhamdulillah apabila kamu bahagia, aku senang mendengarnya dan terima kasih kamu sudah mau menyayangi anak-anak aku dengan tulus."
"Aku bahagia melakukan itu, aku suka dengan senyum bahagia Zayyan dan Syila, apalagi tingkah mereka sangat lucu dan gemas." ucap Adiba.
"Adiba," panggil Gus Adnan.
"Ada apa?" Adiba menyipitkan matanya.
"Boleh aku bertanya," Gus Adnan terlihat sangat gugup.
"Apa?"
"Apabila ada yang melamar kamu, apakah akan kamu terima?"
"Bisa iya bisa tidak," jawab Adiba acuh.
"Kenapa jawaban kamu begitu, apakah kamu tidak mau menikah nanti?" Gus Adnan ingin rasanya berteriak mendengar jawaban Adiba yang tidak pasti.
"Suatu saat nanti aku juga ingin menikah Abang, ada satu hal yang membuat aku ragu yaitu tentang kepercayaan, aku sulit untuk percaya kepada orang, karena keluarga, teman dekat bahkan kakek yang dulunya peduli dengan aku juga ikut membenci aku, sehingga membuat aku trauma." Air mata Adiba mengalir membasahi pipinya.
"Perlahan-lahan lepaskan lah segala hal yang membuat kamu sakit, dan bangkitlah untuk menjadi lebih baik, aku tahu kamu adalah orang yang kuat, sejak pertama kali kita bertemu hingga kita bertemu kembali kamu tetap bisa menjalani hidup yang menyakitkan itu,"
Adiba yang mendengarkan ucapan Gus Adnan, hatinya kembali berharap. "Andai kamu bukan anak Pak Kyai mungkin aku akan mengejar kamu, aku sudah jatuh cinta kepada kamu saat pada pandangan pertama." batin Adiba.
Mereka berdua hening tidak ada yang berbicara selama 10 menit. Adiba terkejut dengan perkataan yang baru saja diucapkan Gus Adnan…
Bersambung
Hello semua…. Silahkan like comment and vote dan beri rating 5 kakak ❤️🥰🥰
Salam kenal semua…
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 76 Episodes
Comments