Nao bangkit, menatap lawannya yang tiba-tiba tergantikan oleh Misbel, seorang budak setia Isla dan sahabat Syilfie. Pedang Nao masih tertancap di lantai, sedangkan ia berdiri siap menghadapi ancaman baru. "Nyawa ini hampir terenggut saat tadi. Para bandit selalu punya trik untuk menang," pikir Nao, merenungi situasinya. "Perisai terlepas dari tanganku. Jadi, sekarang dia menjadi lawanku? Aku kira kita akan duel satu lawan satu. Yang bisa kumainkan sekarang hanya mengulur waktu."
Isla bersiap, "Saatnya pertarungan dimulai lagi! Misbel, bersihkan dia!" Misbel menurut, "Dimengerti, master." Misbel maju, melepaskan serangan sihir airnya. Nao dengan waspada mencari tempat sembunyi dan menemukan tiang besar yang roboh. Ia berlari menuju tiang itu, bersembunyi di baliknya. "Water Arrows!" teriak Misbel, menghasilkan ledakan besar dan asap tebal. Dalam kebingungan asap, sebilah pisau terbang meluncur menuju Misbel. Nao muncul dari asap dan Misbel membentuk dinding es sebagai tameng.
Nao, menghindari serangan zig-zag, berpikir, "Benar-benar merepotkan dia, sama sekali tak perlu merapalkan sihir untuk menyerang. Kalau begitu, aku harus lebih cepat!" Nao menangkap tangan kanan Misbel, membelakangi, dan menjedotkan kepala Misbel ke lantai.
Isla menerjang, meninju Nao pada helm sebelah kiri. "Ugh...!" Nao terpental beberapa sentimeter. "Ugh! Sial, serangan tadi sangat menyakitkan." Nao berlutut, menyentuh helmnya. "Penyok?! Bila aku menggunakan helm standar, pasti hancur berkeping-keping. Serangan mematikan, harus berhati-hati."
Isla, sambil membantu Misbel berdiri, menyatakan, "Ohya! Ternyata masih bisa hidup dari serangan mematikan gw. Gw sangat terkesan melihat itu." Nao menegaskan, "Kau tidak semudah itu membunuhku dengan satu serangan. Tapi kelihatannya sekarang menjadi 2 lawan 1. Kau begitu kuat, tapi malah butuh bantuan dari seorang wanita untuk mengalahkanku. Aku harus tetap berada di benang merah, hanya sebagai pengalihan."
Isla tertawa, "Hahaha! Ya ampun, apa itu cuma alasan belaka, lu? Ini wilayah gw, dan aturannya gw. Jadi terserah gw untuk ikut bertarung atau tidak. Mengerti!" Nao menantang, "Kalo begitu, aku juga bakal bertarung dengan cara ku sendiri untuk mengalahkan mu!" Nao mengeluarkan pisau kombat dari sarungnya dan bersiap bertarung.
Di tempat lain, Syilfie dan Rion mengecek ruangan yang disarankan oleh Nao. Syilfie bingung, tapi Rion mencium bau mencurigakan. "Gentong ini, isinya bubuk mesiu!" ungkap Rion setelah mendekati gentong. Syilfie heran, "Bubuk mesiu? Kenapa ada di ruangan ini? Dan kenapa Nao tahu tempat ini?"
Rion menyadari, "Tunggu! Ibu, boleh aku lihat peta-nya lagi?" Setelah memeriksa peta, Rion menyimpulkan posisi mereka.
"Jadi posisi kita sekarang berada di kanan bawah, dan di atasnya kayaknya ruangan tahanan. Ruangan paling atas sepertinya ruangan tuan kaleng yang dituju," jelas Rion. Syilfie bertanya, "Kalo gitu, Nao menyuruh aku menggunakan sihir api dan angin untuk..." "Untuk meledakkan tembok buat jalan keluar para sandera," sambung Rion.
Syilfie khawatir, "Jadi dia sudah tahu bahwa bakal ada alat seperti ini. Kira-kira semua alat ini buat apa?" Rion memahami, "Keliatannya ini semua buat penyerangan kota Elana? Dan mereka juga menggunakan kekuatan nona gila beast tamer untuk mengendalikan para monster." Syilfie prihatin, "Aku semakin khawatir dengan Misbel. Apa dia akan baik-baik saja?"
Rion optimis, "Mungkin dia akan baik-baik saja. Kelihatannya dia sudah menunggu kita di ruang penjara." Syilfie bersiap, "Kalo begitu, ayo kita lakukan sekarang!" Rion setuju, "Baiklah, aku akan mengecek dulu apakah mereka ada di belakang tembok ini." Rion menggunakan sihirnya, "Earth Resonant!" Setelah merasakan seluruh aura di balik tembok, Rion menyimpulkan, "Mereka tidak ada di belakang tembok ini, jadi kita aman untuk meledakkan tembok." Rion menyusun gentong bubuk mesiu dekat tembok.
Syilfie mempersiapkan sihirnya, "Baiklah, kita mulai sekarang!" Dia membuka buku sihirnya dan merapalkan mantra, "Oh Dewa Api dan Dewi Angin, gabungkan kekuatan kalian untuk menciptakan kekuatan besar yang menghanguskan semua musuh yang menghalangi kita, Flame Burst!"
Rion keluar dari ruangan, melihat Syilfie membakar seluruh ruangan. Gentong bubuk mesiu meledak, membuat tembok bolong. Suara ledakan sampai ke tempat Nao dan Isla. Isla terkejut, "Suara apa itu?" Nao merenung, "Kelihatannya mereka berhasil."
Anna, yang selesai menghadapi bandit di ruangan lain, mendengar ledakan, "Sudah dimulai ya! Aku harus cepat ke tempat ayah sekarang." Anna berlari menuju tempat Nao.
Dampak ledakan membuat dinding gentong bubuk mesiu bolong, menyelamatkan para sandera. Syilfie dan Rion mengamankan mereka.
Syilfie bertanya kepada penduduk, "Apa kalian baik-baik saja?" Penduduk bersyukur, "Para petualang kita selamat!" Penduduk lain berseru, "Oh Dewi air! Terima kasih sudah mendengar doa kami."
Snowy, suami Sera, bersyukur, "Petualang! Istri-ku, tolong selamatkan dia!" Snowy berlari dan memegang pundak Syilfie. "Oh! Apa kamu Snowy? Tenang aja, istri kamu sudah kami bawa ke guild petualang." Syilfie memberi kabar. Snowy bersyukur, "Begitu ya! Syukurlah. Kau sudah menyelamatkan Sera dan anak ku. Aku sangat berterima kasih banyak." Syilfie sederhana, "Itu sudah tugas kami." Rion menyarankan, "Sebaiknya kita cepat keluar sebelum para bandit datang kesini." Syilfie setuju, "Ah, iya. Ayo semua kita keluar dari sini!" Akhirnya, Syilfie dan Rion berhasil menyelamatkan seluruh sandera dan mengatasi para bandit yang menghalangi mereka. Sementara Anna menuju tempat Nao untuk membantu. Apakah Nao masih memiliki kekuatan untuk menahan serangan Isla dan menyelamatkan Misbel dari kendali Isla?
BERSAMBUNG....
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 42 Episodes
Comments