Dua sosok asing memasuki desa Spira dengan langkah tegas. Mereka adalah Syilfie, seorang necromancer dengan aura misterius, dan Rion, murid sekaligus anak angkatnya yang berasal dari ras beastman. Kedatangan mereka bertepatan dengan momen penting bagi Anna, yang baru saja resmi menjadi petualang sah. Nao, sang ayah sekaligus mentor Anna, duduk di meja sambil memerhatikan kedua tamu itu dengan tatapan skeptis.
“Itu semua tergantung bayaran yang akan kamu kasih, Nyonya Syilfie,” ujar Nao dengan suara datar, sambil menyilangkan tangannya di dada.
Rion, yang berdiri di belakang Syilfie, langsung merespons dengan nada kesal. “Huh? Kau berani ngomong guruku seperti itu! Kau benar-benar akan ku—”
“Hentikan, Rion!” Syilfie memotong dengan suara tegas. “Dia benar. Kita tidak bisa asal meminta bantuan tanpa ada timbal baliknya.”
Anna, yang duduk di sebelah Nao, menatap ayahnya dengan mata berbinar. “Ayah, kenapa ayah tidak langsung mengambil permintaan mereka? Bukankah ini kesempatan bagus untuk aku menunjukkan skillku?”
Nao menghela napas. “Aku tidak bisa asal mengambil permintaan orang tanpa mereka memasukkan quest mereka ke dalam guild.”
“Alasannya kenapa?” tanya Anna penasaran.
“Aku bisa dianggap melakukan quest ilegal oleh guild dan mendapatkan pelanggaran. Jika sampai tiga kali, lisensi petualangku akan dicabut, dan aku akan diasingkan,” jelas Nao dengan serius.
Anna mengangguk, lalu menoleh ke Syilfie. “Kalau begitu, kenapa nona Syilfie tidak memasang questnya ke papan quest saja? Lalu kita ambil quest tersebut.”
Syilfie menghela napas. “Awalnya aku ingin melakukannya, tapi kami tidak punya cukup uang untuk membayar petualang dengan hadiah yang setimpal.”
Anna berpikir sejenak. “Kalau begitu, bagaimana kalian pasang questnya sekarang dengan bayaran yang berbeda?”
Syilfie mengerutkan kening. “Emangnya guild memperbolehkan bayaran secara berbeda?”
---
Percakapan mereka terhenti ketika Airis, petugas guild, mendekati meja mereka. Setelah mendengar penjelasan Syilfie, Airis menawarkan solusi.
“Kamu boleh pasang quest di papan quest dengan bayaran seadanya dulu, sisanya bisa dibayar nanti,” ujar Airis dengan ramah.
Nao mengangkat alis. “Jadi mereka boleh mengutang ke guild untuk membuat questnya?”
Airis mengangguk. “Iya, kadang-kadang ada warga desa yang melakukan hal serupa. Untungnya, mereka selalu melunasi.”
Nao menghela napas, lalu berpikir dalam hati. *Pantas saja hadiah quest di desa ini tidak terlalu besar. Tidak heran petualang jarang datang ke sini.*
Syilfie menatap Nao dengan harap. “Kalau begitu, Tuan Hunter, kami mohon tolong bantu kami menyelamatkan teman kami!”
Nao mengangguk perlahan. “Baiklah, akan kuambil quest kalian. Lagipula, aku sedang punya banyak waktu luang.”
Anna langsung melompat dari kursinya dengan semangat. “Yeah! Aku sudah tidak sabar untuk pertama kalinya melakukan misi sebagai petualang. Ayo, ayah, kita lakukan bersama!”
Nao tersenyum kecil. “Oh iya, apa quest yang kau berikan tidak ada pembatasan rank?”
Syilfie menggeleng. “Tidak ada pembatasan rank. Putrimu bisa ikut dalam quest ini.”
“Oke, kami akan ambil questnya sekarang untuk menyelamatkan temanmu,” ujar Nao dengan tegas.
Syilfie tersenyum lega. “Terima kasih banyak, Tuan Hunter.”
“Panggil aku Nao saja, Syilfie,” ujarnya sambil berdiri.
“Baiklah, Nao. Ayo kita pergi sekarang,” ujar Syilfie.
Nao menoleh ke Anna. “Aku akan mempersiapkan peralatan dulu. Anna, tolong bantu aku.”
“Siap, ayah! Akan aku bantu semuanya,” jawab Anna dengan semangat.
---
Setelah persiapan selesai, Syilfie memberikan kertas quest kepada Airis untuk distempel logo guild. Quest resmi pun dimulai. Mereka berempat Nao, Anna, Syilfie, dan Rion mulai mempersiapkan barang-barang yang akan dibawa ke dalam kereta kuda. Perjalanan mereka dimulai dengan tujuan menyelamatkan teman Syilfie yang ditangkap oleh para bandit.
“Jadi, kita akan ke mana, Syilfie? Apa kamu tahu lokasi mereka?” tanya Nao sambil memegang tali kuda.
Syilfie mengeluarkan peta dari tas kecilnya. “Tentu saja. Dia berada di kota Elana, di gua pembuangan air. Tempat itu biasanya digunakan untuk evakuasi saat serangan monster.”
Anna yang duduk di sebelah Syilfie terlihat kagum. “Wow! Kamu dapat informasi ini dari mana, nona Syilfie?”
Syilfie tersenyum. “Aku menggunakan sihir necromancer untuk menciptakan hewan tikus yang sudah mati sebagai alat pengintaian.”
Anna mengangguk penuh rasa ingin tahu. “Jadi, nona Syilfie pernah menghidupkan orang yang sudah mati?”
Syilfie menggeleng. “Sayangnya tidak. Sihirku hanya bisa digunakan pada hewan. Menghidupkan orang membutuhkan bertahun-tahun latihan, dan hasilnya hanya mayat hidup tanpa jiwa.”
Anna menghela napas. “Oh, aku mengerti,” ujarnya dengan wajah sedih.
---
Selama perjalanan, Syilfie meminta Nao dan Anna bercerita tentang diri mereka. Nao menceritakan kisahnya mulai dari kehancuran desa Charcol, menjadi petualang, hingga bertemu Anna. Anna pun berbagi cerita tentang pelariannya dari bandit dan bagaimana Nao menyelamatkannya.
Setiba di kota Elana, mereka disambut pemandangan menakjubkan. Kota ini adalah rumah bagi ras mermaid.
“Akhirnya kita sampai di kota Elana. Tempat tinggal para mermaid,” ujar Syilfie sambil menatap kejauhan.
Anna melompat dari kereta kuda dengan semangat. “Ras mermaid? Berarti kita akan bertemu banyak dari mereka di sini.”
Nao mengamati sekeliling dengan kagum. “Kota Elana... Ini pertama kalinya aku ke sini. Tempat ini sangat menakjubkan.”
Syilfie tersenyum. “Baiklah, ayo cari penginapan dulu. Besok kita mulai ekspedisi untuk mencari Misbel.”
Nao mengangguk. “Sebelum itu, siapa sebenarnya Misbel? Apa hubungannya denganmu, Syilfie?”
Syilfie menatap Nao dengan tatapan serius. “Dia adalah Misbel, Birawati kota Elana. Dia adalah teman masa kecilku dari panti asuhan. Kami sangat dekat seperti saudari.”
Nao mengerutkan kening. “Jadi, kenapa dia bisa diculik? Bukankah dia orang penting dengan pengawal?”
Syilfie menggeleng. “Aku tidak tahu pasti. Aku dan Rion sedang tidak di kota ini saat kejadian. Aku tahu dia hilang karena pendeta kota mengirim surat padaku.”
Nao mengangguk. “Lalu kenapa kau meminta bantuanku? Bukankah sihirmu lebih kuat dariku?”
Syilfie tersenyum kecut. “Sihirku butuh waktu lama untuk dirapal. Aku tidak bisa terus mengandalkan Rion. Aku mendengar tentangmu dari seorang Bard yang menyanyikan lagu tentang Nao, sang petualang hebat.”
Nao terkejut. “Seorang Bard?”
Anna tersenyum bangga. “Wah! Ayah sangat terkenal sampai dinyanyikan lagu!”
Rion yang selama ini diam akhirnya angkat bicara. “Tapi orang yang kita cari tidak sesuai ekspektasi. Aku tidak yakin kau sekuat itu.”
Anna langsung marah. “Hey! Jangan sembarangan ngomong seperti itu! Ayahku kuat! Dia bahkan bisa mengalahkan Crazy Bear dengan sekali tusukan!”
Rion membalas dengan nada kesal. “Apa katamu? Makhluk rendahan! Aku akan—”
“Cukup, Rion!” Syilfie memotong dengan suara tegas. “Jangan merusak hubungan ini.”
Nao terkejut. “Tunggu... Ibu? Syilfie, kau...”
Syilfie menghela napas. “Ya, Rion adalah anak angkatku. Aku merawatnya sejak dia kecil.”
Nao mengangguk. “Aku paham. Jadi, kita mulai ekspedisi besok pukul berapa?”
Syilfie tersenyum. “Besok pukul 9 pagi. Kita akan mulai dari gerbang menuju gua pembuangan air.”
Nao mengangguk. “Baiklah, ayo cari penginapan dulu untuk beristirahat.”
---
Sementara itu, di gua pembuangan air, sekelompok bandit sedang merencanakan sesuatu. Pemimpin mereka, dengan sihir gelap, mengendalikan Misbel, sang Birawati mermaid, seperti boneka.
"Jadi rencana kita sudah siap boss?!" Tanya Bandit perempuan itu.
“Dengan ini, kita akan kaya mendadak. Wanita ini akan menjadi budak kita semua. Ayo, kita bersulang!” ujar pemimpin bandit dengan suara lantang.
Para bandit bersorak, merayakan rencana jahat mereka. Di belakang mereka, Misbel berdiam diri, tak berdaya di bawah kendali sihir gelap.
BERSAMBUNG...
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 42 Episodes
Comments