Nao dan kelompoknya melanjutkan perjalanan mereka masuk lebih dalam di goa gorong reruntuhan kuno untuk menyelamatkan Misbel dan para tahanan lain dari tangan para bandit. Mereka masih ingat bahwa lawan mereka bukanlah bandit sembarangan, karena mereka memiliki magic item untuk mengontrol monster sebagai bawahan mereka. Formasi mereka sekarang, dengan Rion sebagai pemegang peta di depan, diikuti oleh Anna, Syilfie, dan Nao di posisi terbelakang.
Anna berkata, "Tempat ini luas banget, apakah kita sudah sampai? Aku tidak sabar ingin bertarung lagi." Rion menjawab, "Kau banyak mengeluh, kita masih beruntung tidak bertemu dengan Giant Rat selama perjalanan." Ia sambil menatap peta. Anna membalas, "Padahal aku ingin menunjukkan skill berpedangku saat melawan musuh nanti." Syilfie ikut berkomentar, "Anna, sebelumnya sudah menunjukkan skillmu saat melawan Giant Rat tadi." Anna menanggapi, "Itu masih kurang. Aku ingin lebih lagi. Lagipula, yang menyelesaikan tugas itu ayahku." Syilfie mencoba menenangkan, "Tapi tempat ini sangat luas, dan kita tidak bertemu dengan monster sejak tadi." Anna merespon, "Iya, rasanya seperti kita hanya berjalan mutar-mutar. Apa kau bisa membaca peta, Rion?"
Rion menjawab dengan nada tidak sabar, "Iya, aku bisa membaca peta. Apa kau pikir aku bodoh? Kau selalu saja mengganggu konsentrasi aku dengan omongan yang tidak berguna." Anna menyindir, "Hmm, kau juga tadi bertemu dengan Giant Rat hanya diam saja." Rion memarahi, "Bisa tidak kau diam? Kau selalu mengganggu konsentrasi aku. Selalu saja ngoceh hal-hal yang tidak berguna." Rion menyentuh hidung Anna dengan jari telunjuknya. Anna menantang, "Oh, kau merasa bijak sekarang? Mau aku hajar kau sekarang?" Sambil menggerakkan tangannya untuk menepis jari Rion. Rion tertawa, "Sini, aku tidak takut dengan kadal besar." Anna semakin emosional, "Baiklah, jangan menyesal nanti."
Nao memperingatkan, "Pstt! Tunggu! Jangan berisik dulu." Syilfie bertanya, "Ada apa, Nao?" Nao memberi peringatan, "Aku mendengar sesuatu, suara pijakan kaki yang sangat banyak." Rion skeptis, "Kau berbohong ya? Mana mungkin manusia biasa memiliki pendengaran yang sangat bagus." Anna menyela, "Bisa tidak kau ikuti arahan ayahku sekali ini saja?" Rion bersikeras, "Heh, apa istimewanya dia? Dia hanya manusia biasa yang mengenakan armor besi berat karena tahu dirinya lemah." Syilfie mencoba meredakan ketegangan, "Rion, sudah berapa kali aku bilang jangan merendahkan dia? Kita memerlukan mereka untuk menyelamatkan tawanan dari bandit." Nao memutuskan, "Semuanya, sebaiknya kita lari sekarang. Mereka mulai mendekat."
Seketika, gerombolan Giant Rat muncul dari belakang Nao dan kelompoknya. Nao dengan refleks menahan serangan salah satu Giant Rat menggunakan perisainya. Ia segera memberitahu kelompoknya untuk melarikan diri sementara ia menahan serangan tersebut.
Nao berseru, "Kalian lari duluan! Aku akan menyusul." Anna menolak, "Aku tidak bisa meninggalkan ayah sendiri. Aku akan membantumu!" Nao memperingatkan, "Tidak, mereka terlalu banyak. Kita tidak mampu melawan semuanya. Cepat, lari sekarang!" Syilfie bersikeras, "Anna, ayo kita percayakan semuanya kepada Nao." Ia memegang tangan Anna, "Nao, kau harus bisa menyusul kita!" Nao menyetujui, "Tentu saja, cepat!" Syilfie memanggil Rion, "Kau juga, Rion!" Rion masih terkejut, "Huh? Bagaimana dia..." Syilfie menarik tangannya, "Rion!"
Mereka akhirnya berlari, meninggalkan Nao sendirian untuk menahan gerombolan Giant Rat. Nao melihat sekelilingnya dan melihat bahwa para Giant Rat semuanya memiliki gelang budak di kakinya. Dengan hanya cahaya redup dari obor kecil, penglihatan Nao terbatas, dan ia tidak tahu berapa banyak makhluk yang dihadapinya.
Nao berpikir, "Mereka mempersiapkan ini agar kita tidak terlalu jauh masuk ke wilayah mereka." Ia mengambil granat cahaya dari kantong kulitnya.
Gerombolan Giant Rat menyerang bersamaan, dan Nao dengan cepat melemparkan granat cahaya ke lantai sambil menutup mata. Granat itu meledak, memancarkan cahaya terang dan membuat Giant Rat buta sesaat. Nao memanfaatkan kesempatan ini untuk melarikan diri. Nao berpikir, "Untung aku menyiapkan granat cahaya ini. Mata mereka sensitif terhadap cahaya terang, jadi mereka akan buta sekitar 5 menit." Nao berusaha menyusul kelompoknya, berharap mereka dalam keadaan baik.
Namun, Nao tiba-tiba berhenti berlari karena lorong bercabang dua di depannya. Ia bingung harus memilih jalur mana karena petanya dipegang oleh Rion. Sementara itu, gerombolan Giant Rat pulih dari efek granat cahaya dan mulai mengejar Nao lagi. Nao mendengar langkah-langkah mereka mendekati dan tanpa pikir panjang, ia mengambil jalur kiri. Di sisi lain, Anna, Syilfie, dan Rion juga sampai di persimpangan, tetapi mereka mengambil jalur kanan sesuai petanya.
Syilfie bertanya, "Apakah gerombolan monster itu mengejar kita?"Anna menjawab, "Kelihatannya tidak. Aku berharap ayahku baik-baik saja." Syilfie menguatkan keyakinan, "Aku juga berharap begitu, dan dia memilih jalur yang benar." Anna berusaha memastikan, "Hey Rion! Apakah kau yakin jalur kanan ini tepat?" Anna bertanya lagi, "Logo panah? Apa maksudnya?" Syilfie merasa tidak enak, "Firasatku tidak enak mendengar kata-katamu, Rion." Anna berbicara dalam hati, "(Ayah, aku harap kau baik-baik saja.)" Anna merasa khawatir.
Di sisi lain, Nao melanjutkan berlari, menyadari bahwa keputusan yang diambilnya mungkin membawanya pada petualangan yang lebih seru atau bahkan risiko yang lebih tinggi. Namun, dia yakin bahwa keberanian dan ketekunan mereka semua akan membawa mereka melewati ujian ini.
Tetapi, tanpa mereka sadari, kegelapan goa menyimpan rahasia yang lebih dalam, dan Sinestra bersama pasukannya Giant Rat sedang menunggu untuk menghadapi mereka.
Nao melanjutkan larinya, mengejar ketertinggalannya dari gerombolan Giant Rat yang masih mengejarnya. Dalam kegelapan goa yang semakin dalam, ia merenung tentang keputusannya memilih jalur kiri, tanpa tahu apakah itu benar atau salah.
Sementara itu, di jalur kanan, kelompok Anna, Syilfie, dan Rion terus berlari mengikuti jalur yang tertera dalam peta. Meskipun Anna masih merasa khawatir akan keselamatan ayahnya, ia mencoba menjaga semangat dan fokus pada tujuan mereka.
Kembali pada Nao, ia tiba-tiba menginjak sesuatu yang membuatnya menghentikan langkahnya. Sebuah tombol tersembunyi di lantai memicu suatu perangkap. Dari dinding sebelah kiri muncul lubang, melepaskan anak panah yang meluncur menuju Nao.
Nao bereaksi dengan cepat, menghindari anak panah tersebut dengan gerakan lincah. Namun, alih-alih melanjutkan larinya, Nao menyadari bahwa ini bisa menjadi kesempatan untuk mengatasi gerombolan Giant Rat yang masih mengejarnya.
Dengan sigap, Nao memanfaatkan perangkap tersebut untuk menangkap perhatian Giant Rat. Dia berlari menuju lubang yang baru muncul dan memancing serangan mereka. Saat Giant Rat mendekat, Nao dengan tepat melepaskan perangkap lagi, mengirim anak panah tajam yang berhasil mengecoh dan melukai beberapa dari mereka.
Saat Giant Rat terganggu, Nao melanjutkan larinya dengan mantap, meninggalkan gerombolan itu dalam kebingungan. Ini adalah contoh bagaimana kecerdikan Nao membantu mereka melewati situasi sulit.
Beberapa saat kemudian, kelompok Nao tiba di ruangan yang lebih terang. Di tengah kelegaan mereka, lilin-lilin menyala, dan terdengar langkah-langkah mendekat. Ternyata, itu bukan hanya mereka yang merasa lega.
Dari bayang-bayang, sosok familiar muncul. Kelompok Nao terkejut dan bersorak gembira saat melihat bahwa itu adalah Nao yang berhasil menyusul mereka. Pertemuan mereka penuh dengan pelukan dan kegembiraan.
Sementara mereka berbagi cerita dan menguatkan satu sama lain, mereka tidak menyadari bahwa ancaman baru sudah menanti di depan. Wanita misterius dengan gerombolan Giant Ratnya siap untuk menghadapi mereka. Sinestra, Beast Tamer dari kelompok Iron Skull, telah mengintai. Wanita itu menyapa dengan senyuman penuh tantangan, "Jadi, kalian masih selamat sampai saat ini. Aku terkesan dengan kemampuan kalian."
Nao bersiap-siap, memegang pedangnya, dan bertanya, "Siapa kau?" Wanita bernama Sinestra tersenyum angkuh, "Namaku Sinestra, Beast Tamer di kelompok Iron Skull. Aku ditugaskan untuk membunuh kalian di sini." Anna mengejek, "Jadi ini pekerjaan wanita tua itu. Hanya membuat keributan belaka." Sinestra tertawa, "Wanita tua? Hahaha, lelucon yang bagus. Aku selalu menjaga kecantikanku, dan usiaku masih muda." Syilfie bertanya, "Di mana Misbel dan para tahanan?"
Sinestra menjawab dengan senyum menggoda, "Oh, mereka masih hidup, jangan khawatir. Cewek mermaid itu bersama bosku. Aku awalnya ingin membunuhnya, tapi bosku lebih suka memanfaatkannya. Itu membuatku kesal." Syilfie mempertanyakan, "Memanfaatkannya? Apa yang kau inginkan darinya?" Sinestra tersenyum misterius, "Aku sendiri tidak tahu. Kalian bisa tanyakan langsung pada bos. Tapi aku tidak akan membiarkan itu terjadi."
Nao memutuskan, "Ini tidak ada jalan lain. Kita harus melawan di sini." Anna setuju, "Aku setuju dengan ayah. Saatnya aku menunjukkan kemampuanku di sini." Rion bersiap-siap, "Apa boleh buat." Syilfie bersumpah, "Misbel, tunggu. Aku pasti akan menyelamatkanmu."
Sinestra menyapa sambil merendahkan, "Saatnya berpesta, teman-teman manisku. Hidangan kalian sudah di depan mata." Akankah kelompok Nao mampu mengatasi tantangan ini dan menyelamatkan Misbel? Tunggu kelanjutan cerita yang akan datang.
BERSAMBUNG...
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 42 Episodes
Comments