"Selamat pagi semuanya." Sapa guru bahasa Indonesia ketika memasuki kelas dengan tersenyum ramah. Semua murid balik menyapa dengan antusias, kemudian duduk di bangkunya masing-masing.
Di kelas Reno, sedang ada pelajaran olahraga. Reno dan yang lain sudah berganti pakaian dan berkumpul di lapangan basket. Baik siswa atau siswi, hari ini akan berlatih olahraga basket untuk persiapan pertandingan basket Minggu depan melawan sekolah lain. Reno terlihat bersemangat mendribble bola kesana kemari, kemudian memasukannya ke dalam ring bola basket.
Sudah beberapa kali Reno berhasil memasukan bola ke dalam ring basket hingga membuat beberapa siswi yang menyaksikan berteriak histeris.
"Reno yang semangat ya! Nanti kalo menang dapet Alanda." Teriak salah satu siswi yang menyukai Reno sama Alanda.
"Hus, kamu itu ya, kalo ngomong nggak di filter dulu! Di labrak sama Keisya baru tahu rasa kamu." Tegur teman disampingnya.
Reno yang mendengar nama Alanda disebut, terlihat tersenyum malu. Ia jadi teringat tadi pagi saat bangun tidur, Alanda masih tertidur dengan memeluk dirinya seperti sedang memeluk guling.
"Lah kenapa kamu yang sewot? Reno aja malah senyum-senyum tuh." Ucap siswi yang berteriak menyebut nama Alanda.
Jam istirahat pertama.
"Bentar ya, aku mau ke toilet dulu. Kalian ke kantin duluan aja!" Ucap Alanda melangkah keluar kelas.
"Aku mau disini aja fan, kamu ke kantin sendiri aja ya!" Ucap Keisya pada Fani yang sedang ingin menyendiri di dalam kelas.
"Yasudah kalo begitu, nanti aku bawakan makanan kesini." Balas Fani, yang kemudian mengikuti Alanda secara diam-diam.
Fani yang punya misi mau menanyakan soal panggilan keluar atas nama Reno ke Alanda langsung mengiyakan kemauan Keisya.
Sebenarnya tujuan Alanda bukan untuk ke Toilet tapi untuk menemui Reno, karna ada yang ingin ia bicarakan. Sebelum itu ia sempatkan dulu ke toilet, sekedar untuk mencuci muka dengan sedikit Air. Kemudian Alanda keluar lagi.
Fani yang hampir sampai ke toilet melihat Alanda keluar dari toilet, tapi bukannya mengarah ke kantin, Alanda malah mengarah menunju kelas Reno. Fani merasa penasaran, kemudian ia mengikuti Alanda secara diam-diam.
Di dalam kelas Reno, terlihat ada empat siswa yang sedang pada ngobrol dan bercanda. Salah satunya adalah Reno.
Reno yang melihat Alanda berada diluar sebelah pintu langsung keluar untuk menemui Alanda. Dengan suara sedikit berbisik Alanda mengajak Reno untuk bicara di rooftop sekolah.
Fani melihat Alanda didepan kelas Reno yang kemudian melangkah menuju rooftop dengan di ikuti Reno dibelakangnya, membuat Fani jadi semakin penasaran.
"Apa yang sudah Kakak lakukan pada Keisya? sampai Keisya menangis tadi pagi?" Tanya Alanda setelah sampai di rooftop.
"Aku cuma ngomong seadanya, di mananya yang salah? Kalo dia nangis, ya mungkin dia lagi PMS kali jadi gampang baper." Jawab Reno tanpa merasa bersalah.
Fani yang mengintip dari kejauhan tidak bisa mendengarkan apa yang dibicarakan Reno sama Alanda, hingga ia mencoba untuk mengintip lebih dekat lagi.
"Pokoknya aku nggak mau tahu, kakak harus minta maaf sama Keisya dan buat Keisya kembali tersenyum! Kakak harus sempatkan waktu buat ajak Keisya jalan-jalan!" Ucap Alanda sedikit mengancam tapi sebenarnya ia merasakan sesak di dadanya. Bagaimanapun, saat ini Reno sudah menjadi suaminya. Istri mana yang tidak sakit hati, jika tahu suaminya jalan sama perempuan lain. Tapi Alanda merasa Keisya lah yang berhak atas Reno. Ia hanya orang ketiga yang menjadi pengganggu hubungan mereka.
Reno hanya diam saja, berdiri menatap pohon-pohon di belakang sekolah, dengan posisi tangannya bertumpu pada pagar tembok rooftop.
Reno merasa miris dengan kenyataan, Bisa-bisanya istri yang sangat dicintainya menyuruhnya untuk mengajak jalan perempuan lain, sedangkan Reno memegang prinsip setia hanya pada satu wanita. Sejak menikahi Alanda Reno sudah berusaha mengurangi komunikasinya dengan Keisya dan berencana memutuskan hubungannya dengan Keisya diwaktu yang tepat, tapi Alanda malah berusaha sebaliknya.
Saat keduanya sama-sama terdiam dengan pikirannya masing-masing tiba-tiba terdengar suara seperti benda jatuh di pintu rooftop.
Alanda dan Reno sama-sama terkejut dan langsung memeriksa apa yang terjadi.
"Fani." Ucap Alanda merasa terkejut melihat Fani sudah terduduk dilantai, sedang berusaha mendorong lemari kecil yang hampir menimpanya.
Tanpa pikir panjang Alanda berusaha membantu Fani menyingkirkan lemari tersebut, begitu juga dengan Reno.
"Kamu nggak papa Fan? Ada yang sakit nggak?" Tanya Alanda khawatir.
"Nggak Al aku nggak papa, oh ya kalian ngapain disini berdua? Aku tadi nggak sengaja lihat kalian kesini, makanya aku diam-diam mengikuti kalian. Maaf kalo aku kepo, soalnya aku penasaran." Ucap Fani jujur.
"Kita lagi ngomongin soal kerjaan fan. Aku baru tahu kalo ternyata kak Reno itu klien bos aku." Ucap Alanda berbohong sambil melirik Reno supaya mendukung ucapannya. Dalam hati Alanda, ia merasa sudah pantas mendapat piala penghargaan sebagai tukang bohong nomor satu.
"Aku juga habis marahin kak Reno karna tadi dia udah bikin sahabat kita menangis." Sambung Alanda lagi sambil merangkul lengan Fani, mengajaknya untuk turun dari rooftop.
Beberapa jam kemudian bel tanda pulang berdering nyaring. Anak-anak bersorak ria sembari memasukan buku dan alat tulis kedalam tas masing-masing. Alanda, Fani dan Keisya keluar kelas bersama sambil bercanda. Perasaan Keisya sudah lebih baik setelah Alanda memberi tahu kalo nanti siang Reno akan mengajaknya jalan-jalan.
"Al kok sekarang kamu nggak pernah bawa motor lagi?" Tanya Fani ingin tahu.
"Iya soalnya sejak aku tinggal di rumah bos aku, dia nggak mengizinkan aku naik motor lagi. Kebetulan didepan rumah bos aku ada halte, jadi lebih gampang naik bus aja." Jawab Alanda tidak mau menyebutkan apartemen tapi rumah.
"Kalo kita main ke sana, bos kamu kasih izin nggak Al?" Ucap Keisya bertanya.
"Belum tahu sih, nanti ya kapan-kapan aku tanya." Balas Alanda dengan tersenyum.
Dari kejauhan terlihat Reno lagi berdiri di depan mobil miliknya. Ketiganya langsung buru-buru menghampirinya.
"Cie lagi nunggu ayang ya? Jadi jalan-jalan nih, ceritanya." Ucap Alanda berusaha tegar untuk menghibur Keisya.
Reno merasakan sesak di dadanya, mendengar ucapan Alanda. Sedangkan Keisya, ia tersenyum malu-malu.
"Awas ya Reno! Kalo sampai bikin Keisya nangis lagi, kita berdua nggak akan tinggal diam." Ancam Fani pada Reno.
Reno hanya diam saja dengan wajah datar tanpa ekspresi, kemudian membuka pintu mobil dan mengisyaratkan Keisya untuk segera masuk ke dalam mobil. Setelahnya, Reno masuk ke dalam mobil bagian kemudi dan melajukan mobilnya dengan pelan-pelan.
"Keisya ada-ada saja ya Al? Pake nangisin cowok model gitu. Wajahnya emang ganteng sih, kekayaan juga berlimpah, tapi sikapnya itu lho, udah kayak patung Pancoran. Cuma diem mulu." Ucap Fani berceloteh panjang lebar, merasa gregetan sama duo pasangan yang menurutnya sama-sama aneh. Alanda hanya bisa nyengir, enggan untuk berkomentar. Sebab ia sendiri juga sempat menangisi Reno kemarin.
Pulang dari sekolah, Alanda langsung pergi menuju Kafe tempatnya bekerja. Ina menyambutnya dengan senyum ramah, sedang Mega menanggapi kedatangan Alanda dengan wajah jutek seperti kemarin.
Manager kafe menghampiri Alanda yang lagi mengelap piring dan gelas.
"Al, nanti habis Maghrib kan mau ada meeting di ruang VIP." Jadi tolong kamu bersihkan dulu ya tempatnya! Soalnya karyawan yang biasanya bertugas bersih-bersih, belum bisa datang hari ini." Ucap manager kafe pada Alanda.
"Baik mbak." Jawab Alanda dengan senyum ramah dan patuh.
Setelah mbak KIA sang manager kafe kembali ke ruangannya. Mega mendekati Alanda dan lagi-lagi memberi peringatan pada Alanda.
"Dengar baik-baik ya! Yang mau meeting nanti malam, salah satunya adalah pemilik kafe ini. Kamu harus ingat, jangan pernah coba-coba untuk menggodanya! Ingat itu!" Ancam Mega yang merasa angkuh karna sudah mengenal sang pemilik kafe beserta keluarganya sejak lama, dan ia juga sangat terobsesi ingin menjadi istrinya sang pemilik kafe tersebut.
Karna selalu diberi peringatan sama Mega, Alanda jadi merasa penasaran sama pemilik kafe tersebut. Seperti apakah wajahnya? Apakah lebih tampan dari kak Reno? Batin Alanda bertanya-tanya.
"Pemilik kafe ini tuh namanya Pak Putra, dia masih muda banget. Denger-denger sih, dia masih sekolah. Mungkin seumuran kamu. atau lebih tua dikit dari kamu lah. Makanya Mega khawatir takut kalo sampai Pak Putra kecantol sama kamu. Si Mega itu udah lama naksir sama Pak Putra, padahal mah Pak Putra nggak pernah nanggepin dia, tapi dianya sok percaya diri banget kalo Pak Putra bakal naksir sama dia." Ucap mbak Ina menjelaskan pada Alanda saat ia melihat mimik wajah Alanda seperti sedang bingung dan penasaran.
Bersambung..
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 100 Episodes
Comments