Menjelang sore, Reno memutuskan untuk menemui neneknya di kamar bawah. Baru mau mengetuk pintu ternyata pintu sudah dibuka duluan dari dalam sehingga Reno hampir saja mengetuk dahi neneknya.
"Astaga, Reno bikin kaget nenek saja." Ucap nenek Reno sambil mengelus dadanya.
"Maaf nek, tidak sengaja " Balas Reno dengan tersenyum kikuk. Reno langsung merangkul lengan neneknya, menuntun untuk masuk kedalam kamar.
"Ayo nek sini dulu! Reno mau bicara penting. Reno butuh pendapat nenek." Ucap Reno lagi.
Dengan wajah bingung, nenek menuruti saja keinginan cucunya.
Setelah mendudukkan neneknya di sofa sudut kamar. Reno tidak lupa menutup pintu, khawatir ada yang menguping pembicaraannya dengan sang nenek.
Kemudian Reno menceritakan semua yang Reno ingin ceritakan kepada sang nenek tanpa ada yang ditutupi. Reno butuh pendapat neneknya, karna menurut Reno cuma neneknya yang bisa mengerti perasaan Reno.
"Kalo menurut nenek lebih baik kamu jujur dulu sama Alanda. kamu kasih tau Alanda tentang hubungan Papa kamu sama Ayahnya Alanda. Setelah itu baru kamu bilang soal wasiat dari almarhum Papa kamu dan Ayahnya. Kamu juga harus bisa yakinkan Alanda kalo kamu akan serius berumah tangga dengannya dan akan menjadi suami yang baik, setia dan bertanggung jawab." Ucap nenek Reno memberi pendapat.
Sejenak Reno terdiam dan bingung merasa bingung ingin menjawab apa. Hingga kemudian neneknya berbicara lagi.
"Nenek tahu ini berat Ren, kamu pasti tidak tega menyakiti hati keisya kan? Dan nenek yakin, Alanda pasti juga tidak akan tega menyakiti hati sahabatnya.Tapi kamu harus mencoba dulu berbicara sama Alanda. Urusan keisya biar waktu yang menjawab. Bagaimanapun yang namanya wasiat orang yang sudah meninggal itu harus dijalankan. Apalagi hak waris jatuh ke tangan kamu sama Alanda. Jadi demi masa depan perusahaan, kalian harus bersatu berjuang bersama mempertahankan dan mengembangkan perusahaan yang sudah susah payah dibangun oleh orang tua kalian." Ucap Nenek berusaha memberitahu saran dan menasehati cucu kesayangannya.
Sesaat Reno masih terdiam hingga kemudian ia teringat kehidupan Alanda dan ayahnya yang sederhana.
"Tapi nek, selama ini Alanda dan Om Andi hidup dalam keterbatasan ekonomi. Kalo misal Reno ceritakan semuanya dan mengajak dia menikah. Apa Alanda tidak akan berpikir lain? Maksud Reno, mungkin saja Alanda berpikir bahwa Reno mau menikahinya hanya demi warisan." Ucap Reno merasa tidak percaya diri. Neneknya tersenyum dengan pertanyaan cucunya, lalu memberi nasehat.
"Begini ya Ren, coba tanyakan ke hati kamu! Kamu setuju menikahinya karna apa. Apa karna warisan atau wasiat atau memang ada rasa? Kalo memang hanya demi warisan, lebih baik jangan teruskan. Karna nenek yakin, pasti orang tua kalian juga tidak akan setuju. Tapi kalo memang ada rasa, kamu harus bisa menjelaskan semuanya pada Alanda secara jujur tanpa ada yang ditutupi, termasuk menceritakan sifat mama kamu yang selalu meracuni pikiran Papa kamu untuk menjauhi Ayahnya Alanda."
Setelah menerima pesan dan nasehat dari neneknya. Tidak lama kemudian Reno kembali ke kamarnya, Reno butuh persiapan mental untuk menemui Alanda. Bagaimana pun Reno juga merasa sangat bersalah. Secara tidak langsung, Reno merasa menjadi penyebab kematian Ayahnya Alanda.
Malam harinya dirumah Alanda. Setelah selesai acara pengajian, keisya dan Fani pamit pulang ke rumah masing-masing. Alanda meyakinkan sahabatnya, bahwa ia baik-baik saja. Jadi tidak perlu khawatir! Apalagi masih ada Tia yang akan menemani dan siap siaga membantu Alanda.
Karna merasa sangat lelah, Tia izin untuk tidur duluan. Tidak lama setelah itu terdengar suara pintu di ketuk. Alanda segera membukanya dan ia merasa terkejut melihat kedatangan Reno. Pikirnya kenapa Reno datang ke rumahnya malam-malam begini?
Bersambung..
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 100 Episodes
Comments