Belum sempat Alanda menanggapi ucapan Reno, lelaki yang sudah mendapat gelar suami tersebut sudah menyambar bibir manis Alanda, lalu memagutnya dengan lembut dan mesra.
Tiba-tiba ponsel Reno berdering. Reno melepas pagutannya, dan mengeluarkan ponsel dari saku celananya untuk menonaktifkan ponselnya supaya tidak ada yang mengganggu aktifitasnya.
Tapi sayangnya Alanda sempat melihat nama panggilan yang tertera di layar ponsel Reno.
"Siapa kak yang telfon? Kok nggak di angkat?" Tanya Alanda pura-pura tidak tahu.
"Eum bukan siapa-siapa kok, nggak penting." Jawab Reno mencoba menutupi kebenaran bahwa Keisya yang baru saja ingin menghubungi dirinya.
"Aku mau ke kamar mandi." Ucap Alanda dengan nada dingin sembari mendorong pelan dada suaminya yang akan mencumbunya lagi.
Di dalam kamar mandi Alanda berdiri didepan kaca wastafel, ia mencuci wajahnya dengan sedikit air untuk menyegarkan pikirannya yang mendadak kacau, setelah melihat nama Keisya yang sedang berusaha menghubungi Reno. Bayangan senyum Keisya tadi siang memenuhi pikirannya. Ia menatap bayangan dirinya dalam pantulan kaca.
"Maafkan aku Kei! Aku sudah menjadi sahabat yang berkhianat." Ucap Alanda merasa sangat bersalah pada Keisya, sebab tadi ia menikmati ciumannya dengan Reno.
Di depan pintu kamar mandi Reno merasa khawatir karna sedari tadi Alanda tak kunjung keluar dari dalam kamar mandi.
"Al Kamu ngapain di dalam? Kenapa lama sekali? Kamu nggak kenapa-kenapa kan?" Teriak Reno sembari mengetuk pintu kamar mandi dengan rasa khawatir. Kemudian Alanda membuka pintu kamar mandi dengan mata sembab.
"Aku ngantuk kak, aku mau tidur." Ucap Alanda ketika keluar dari dalam kamar mandi.
Reno yang melihat perubahan raut wajah istrinya sejak ada panggilan dari Keisya, mulai merasa paham dan menebak Alanda sebenernya sudah tahu bahwa Keisya yang sudah mencoba menghubunginya tadi.
Pagi harinya saat bangun tidur, Alanda tidak melihat Reno disampingnya. Mungkin sudah bangun duluan pikirnya.
Setelah melakukan rutinitas bangun tidur, Alanda keluar dari kamar. Tujuannya akan ke dapur dan memasak untuk sarapan.
Saat melewati ruang keluarga, perhatiannya berpusat pada sofa ruang keluarga.
"Kak Reno kok tidur disini?" Batin Alanda melihat suaminya tidur di sofa, sudah dengan bantal dan selimut. Kemudian ia membangunkan sang suami, khawatir akan kesiangan.
"Kak bangun, sudah siang!" Ucap Alanda dengan sedikit menggoyangkan lengan lelaki yang berstatus suaminya tersebut.
Setelah Reno membuka matanya dan merubah posisinya menjadi duduk, Alanda langsung pergi menuju dapur tanpa mengucap sepatah kata pun.
Setelah selesai sarapan, Alanda iseng bertanya buat sekedar basa-basi. Sebab sedari tadi suaminya juga hanya diam saja.
"Kenapa semalam Kakak tidur di sofa? Kenapa nggak di kamar seperti saat masih di rumahku? Apa kakak marah sama aku gara-gara semalam aku tidak memenuhi keinginan kakak?" Tanya Alanda sembari membereskan bekas sarapan.
"Nggak kok, cuma lagi pengen tidur di sofa aja, biasanya sebelum ada kamu juga tidurnya di sofa." Kilah Reno dengan berbohong untuk menutupi kebenarannya bahwa sebenarnya ia tersiksa berada di dekat Alanda tanpa bisa melampiaskan hasratnya.
Sebenernya Alanda paham sama yg dirasakan suaminya, tetapi mau bagaimana lagi, ia juga belum bisa melakukannya lagi jika bayangan Keisya selalu berkeliaran dipikirannya.
"Aku hanya tidak sengaja menikah dengannya, tapi kenapa aku jadi seperti pencuri? Selalu tertekan dan merasa bersalah?" Batin Alanda merasa sedih meratapi nasibnya.
Siang hari sepulang sekolah, Alanda pergi ke rumah nya yang sederhana tapi sangat berharga untuknya. Sebab rumah tersebut tersimpan banyak kenangan bersama ke dua orang tuanya.
Selain untuk melepas rindu dengan rumahnya, ia juga punya tujuan untuk menemui Tia. Sebab dari kemarin Alanda belum sempat bercerita atau berpamitan sama Tia, teman baiknya sejak kecil.
"Ada yang nyariin aku nggak, selama aku nggak ada?" Tanya Alanda sambil mengelap kaca figura foto kedua orang tuanya.
"Ada Al, kamu pasti kaget kalo aku ceritain" jawab Tia dengan misterius.
"Ooh ya siapa? Laki laki apa perempuan?" Tanya Alanda penasaran.
"Mantan kamu Al. Dia baru pulang dari kota, kayaknya nanti dia mau kuliah disini deh." Jawab Tia sengaja menekankan kata mantan, padahal hanya teman biasa yang suka sama Alanda tapi Alanda biasa saja sama dia.
"Hah mantan aku? Mantan kamu kali." Balas Alanda yang mengerti dengan apa yang dimaksud Tia. Ia merasa tidak terima di bilang mantan.
Tia tertawa puas melihat Alanda memanyunkan bibirnya. Kemudian Tia pamit pulang setelah dirasa sudah terlalu lama main dirumah Alanda. Malam harinya sekitar pukul 19.00 WIB. Alanda pulang ke Apartemen dengan menaiki angkutan umum.
Ditengah perjalanan, Alanda menemukan info lowongan kerja di sebuah kafe, Alanda berencana akan mendatangi kafe tersebut, besok sepulang dari sekolah.
Sesampainya di Apartemen ternyata suaminya belum pulang. Setelah bersih-bersih, Alanda merebahkan tubuh lelahnya di sofa ruang keluarga untuk menunggu kepulangan sang suami.
Waktu sudah menunjukan pukul 22.00 WIB. Tetapi Reno tak kunjung pulang juga, hingga akhirnya Alanda sudah tidak kuat menahan kantuk lagi, jadilah ia tertidur di sofa tersebut.
Tengah malam Alanda terbangun masih dalam posisi tidur di sofa, di lihatnya jam dinding, jarum jam menunjukan pukul 03.00 WIB. Kemudian Alanda teringat Reno, ia berpikir mungkin Reno sudah ada dikamar.
Saat memasuki kamar, ternyata di dalam kamar tidak ada siapa-siapa. Kemudian Alanda memeriksa balkon, ternyata Reno juga tidak ada disana. Alanda mulai merasa cemas, ia masuk lagi dan mengecek kamar mandi serta ruang lainnya tapi ternyata semua kosong tidak ada siapapun.
"Kak kamu dimana?" Ucap Alanda menangis sedih, perasaannya cemas dan khawatir. Kemudian ia teringat sama kejadian semalam.
"Apa Kakak marah sama aku, gara-gara semalam?" Alanda semakin menangis pilu.
Pagi harinya Alanda berangkat sekolah dengan buru-buru, ia berharap bisa menemukan suaminya di sekolah. Ia hanya ingin memastikan suaminya dalam keadaan baik-baik saja. Kalaupun Reno marah dan menginginkan perpisahan, Alanda akan menerimanya dengan ikhlas.
Saat ini yang dikhawatirkan Alanda hanyalah jika Reno mengalami kecelakaan atau menjadi korban kejahatan semacam begal, ia merasa ngeri membayangkan semua itu.
Alanda mengecek kelas Reno tapi ternyata tidak ada Reno disana. Ia ingin bertanya sama salah satu teman sekelas Reno tapi takut menimbulkan kecurigaan.
"Cari siapa Al tumben kesini?" Tanya salah satu siswi yang bernama Mita.
"Eum nggak kok, cuma mau lihat-lihat aja." Jawab Alanda dengan senyum yang dipaksakan.
Tak lama kemudian bel masuk kelas berdering, semua murid masuk ke kelasnya masing-masing. Tetapi Alanda tidak juga melihat batang hidung suaminya. Kemudian Alanda kembali ke kelasnya sendiri, ia akan mencoba mengecek lagi saat istirahat nanti.
"Darimana Al?" Tanya Fani yang tadi sudah ketemu Alanda tapi tiba-tiba menghilang.
"Dari kelas Mita, ada kepentingan" jawab Alanda asal.
"Mita? Bukannya Mita satu kelas sama Reno, terus tadi kamu ketemu Reno nggak?" Keisya yang bertanya.
"Nggak Kei aku nggak liat kak Reno." Jawab Alanda lirih. Pikirannya tidak bisa tenang jika belum mengetahui Kabar dari sang suami.
Bersambung...
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 100 Episodes
Comments