17

2 tahun yang lalu...

Rangga langsung menyusul bapak yang baru turun dari mobil travel. Dilihatnya wajah orang tua itu sangat murung.

Bapak baru saja kembali dari menyusul Bu Mala dan Mayang ke Dapur Miranti, tetapi sesampai di sana, bapak tidak bertemu dengan mereka. Karena menurut Miranti, Bu Mala dan Mayang sudah pulang kampung sejak 4 bulan yang lalu.

Belum sempat bapak masuk ke dalam rumah, Rangga sudah menyerbunya dengan pertanyaan.

"Gimana, Pak? Ketemu dengan ibu dan Mayang?" tanyanya penuh harap.

Bapak menggeleng lemah. "Tidak," jawabnya.

"Hmmm?" timpal Rangga tidak paham.

"Kata Bu Miranti dan orang-orang di sana, ibu pulang kampung sejak beberapa bulan yang lalu. Pulangnya juga mendadak, naik travel malam. Begitu kata Bu Miranti," terang Bapak.

Rangga langsung tidak karuan. Perasaannya sungguh tidak enak. Bermacam pikiran negatif langsung menyerang benaknya.

"Pak, apa yang terjadi dengan ibu dan Mayang?" Rangga tidak mampu lagi menahan tangis.

Rangga yang sudah beberapa tahun ini pergi merantau, terpaksa pulang karena mendapat berita dari bapak tentang ibu dan Mayang yang tidak pernah pulang sejak beberapa bulan ini, bahkan mengirim surat pun tidak.

Setelah berembuk dengan anggota keluarga yang lain, akhirnya diputuskan agar bapak menyusul ibu dan Mayang. Namun, hasil yang diperoleh malah di luar dugaan mereka.

Arni, kakak sulung Rangga memapah bapak ke dalam. Setelah mendudukkan bapak di kursi, Arni menyuguhkan secangkir teh panas pada bapak.

"Lalu apa yang harus kita lakukan? Kira-kira ibu dan Mayang ke mana?" ungkap Arni tak kalah sedih.

"Aku akan mencoba melapor ke polisi," usul Rangga cepat.

"Jangan," pintas Arni menolak.

"Kenapa?" tanya Rangga heran.

"Kita tidak punya uang untuk berurusan dengan polisi. Percuma. Palingan cuma akan dibuatkan berita kehilangan saja," jelas Arni pilu.

Rangga terpaksa diam. Benar yang dikatakan Arni. Tanpa uang, urusan ini hanya akan menjadi catatan kehilangan saja di kepolisian.

"Kata Bu Miranti, ibu dan Mayang pulang kampung sekitar beberapa bulan yang lalu. Apa jangan-jangan, mobil yang ditumpangi ibu mengalami kecelakaan?" tanya Rangga berspekulasi.

Semua mata memandang Rangga. Pikiran Arni dan bapak nyaris membenarkan ucapan Rangga.

"Kalau begitu, bapak akan berusaha cari informasi," imbuh bapak.

"Aku juga akan cari informasi," sambung Rangga.

☕☕☕

Bapak dan Rangga mulai mencari informasi tentang ada atau tidaknya mobil travel yang mengalami kecelakaan sejak 4 bulan ke belakang.

Ternyata jawaban yang diperoleh adalah tidak ada kecelakaan yang terjadi selama 4 bulan ini. Keluarga Rangga semakin gelisah atas hilangnya Bu Mala dan Mayang secara misterius.

Lalu mereka meminta pertolongan pada seorang dukun, yang sering dipanggil Ayek.

"Kalau menurut penerawanganku, Mala dan Mayang itu tidak pernah pulang ke sini," ungkap Ayek.

Rangga, bapak beserta Arni terkejut luar biasa. Sangat tidak percaya atas apa yang disampaikan oleh Ayek, tapi mau tidak mau mereka harus menerima pendapat itu. Karena selama ini, Ayek tidak pernah salah dalam melakukan penerawangan.

"Ya, kalau mereka pulang, pasti sudah sampai di rumah sejak dulu," sahut bapak membenarkan Ayek.

"Tapi, kemana dan ada di mana mereka ,Yek? Soalnya Bu Miranti mengatakan kalau mereka berpamitan untuk pulang." Rangga benar-benar tidak habis pikir dengan kejadian ini.

Lalu perempuan tua itu kembali memejamkan mata, dan komat kamit membaca sesuatu. Sesekali tangannya menambahkan butiran kemenyan ke dalam wadah pembakaran, seketika aroma menyengat menusuk penciuman semua orang yang ada di situ.

Selang beberapa menit, Ayek membuka mata lalu menatap bapak dengan wajah sedih.

"Wandi." Ayek memanggil bapak dengan suara lirih.

Bapak balas menatap Ayek, menunggu keterangan darinya.

"Apa yang terjadi, Yek?" tanya bapak sudah tidak sabar.

Rangga dan Arni juga ikut menatap Ayek dengan dada berdebar. Mereka juga menunggu berita dari wanita tua itu.

"Aku harap, kalian bersabar," lanjut Ayek sedih.

Perasaan Rangga dan keluarga langsung tidak nyaman mendengar pernyataan Ayek tersebut.

"Ada apa, Yek? Tolong katakan," desak bapak.

"Mala dan Mayang...." Ayek ragu untuk menyampaikan, tapi beritahu itu tetap harus disampaikan meskipun pahit, apalagi bapak terus mendesaknya.

"Kenapa dengan istri dan anakku, Yek?"

"Mereka sudah meninggal," jawab Ayek sungguh mengejutkan.

Arni langsung menangis tersedu-sedu begitu mendengar berita bahwa ibu dan adik bungsunya sudah meninggal.

"Bagaimana bisa, Yek? Meninggal bagaimana? Di mana? Dan mana jasadnya?" bapak terus mencecar Ayek dengan pertanyaan.

"Sepertinya, ada yang tidak beres dengan pengusaha itu," jelas Ayek.

Sejak itu, bapak berubah menjadi pemurung. Seperti kehilangan semangat hidup. Bapak menyalahkan dirinya atas kematian Bu Mala dan Mayang. Dia merasa menjadi laki-laki yang tidak berguna.

"Andai saja aku tidak mengijinkan mereka untuk bekerja di sana, semua ini tidak akan terjadi," sesal bapak pada dirinya.

Bapak selalu menangis, tidak mau makan, hingga akhirnya jatuh sakit.

Melihat kondisi bapak, Rangga kembali berkonsultasi dengan Ayek, tentang apa yang sebaiknya dilakukan.

Lalu Ayek menyuruh Rangga untuk ikut bekerja di tempat Miranti.

"Mereka tidak mengenalimu, kan?" tanya Ayek memastikan.

"Tidak," jawab Rangga seraya menggeleng cepat.

"Bagus. Jangan pernah bercerita pada siapapun kalau kamu adalah anaknya Mala." Ayek mengingatkan Rangga.

"Lalu apa yang harus kulakukan di sana, Yek?" tanya Rangga masih belum paham maksud Ayek menyuruhnya bekerja di sana.

"Kamu cari barang bukti di sana. Ibu dan adikmu dulu tinggal di sana, kan?" tanya Ayek.

"Kata bapak dan Arni, iya. Ibu dan Mayang tinggal bersama Bu Miranti, di lantai dua restoran," terang Rangga.

"Kalau begitu, pasti barang-barang ibu dan adikmu masih tertinggal di sana. Itu akan membuktikan kalau mereka berdua tidak pernah pulang." Ayek menjelaskan.

"Tapi, bisa saja barang-barang itu sudah dibuang." Rangga sedikit ragu dengan pendapat Ayek.

"Setidaknya, kamu bisa menyelidiki tentang siapa majikan ibumu. Nanti, kalau kamu sudah memperoleh informasi tentang Miranti itu, lekas beri tahu aku. Dan jika kamu menemukan barang milik ibu atau adikmu, tolong bawa kepadaku. Tidak perlu semuanya, satu helai pakaian pun cukup." Ayek berucap sungguh-sungguh.

"Untuk apa, Yek?" tanya Rangga tidak mengerti.

"Dari barang-barang itu, aku akan bisa melihat apa penyebab mereka meninggal." Akhirnya Rangga paham maksud ucapan Ayek.

☕☕☕

Terpopuler

Comments

neng ade

neng ade

kasihan bu Maka dan Mayang jadi korban tumbal Miranti

2024-02-14

1

Syahrudin Denilo

Syahrudin Denilo

lanjutkan makin seru nih

2024-01-25

1

Anonymous

Anonymous

next❤️

2023-10-25

1

lihat semua

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!