8

Langit senja mulai tampak temaram ketika mobil yang dikendarai Amanda melaju dengan pelan. Karena kelamaan bercerita dengan Bu Ida, akhirnya Aman jadi terlambat pulang.

Amanda memutar musik untuk menemani perjalanan, sesekali dia ikut bernyanyi untuk membuang rasa letih.

Jalanan tampak sepi, mungkin orang-orang sedang melakukan ibadah sholat Maghrib. Amanda sedang datang bulan saat ini, makanya dia tidak terlalu buru-buru dalam perjalanan.

Amanda terkejut ketika seseorang melintas dengan tiba-tiba. Dengan sigap Amanda banting stir ke arah kanan, beruntung tidak ada mobil lain yang melintas saat itu. Nyaris saja Amanda menabrak bukit yang berada di sisi kanan jalan yang tidak terlalu lebar.

Meskipun merupakan jalan lintas, tetapi hanya bisa untuk dua mobil yang berpapasan. Seandainya tadi ada mobil yang datang dari arah yang berlawanan, pasti sudah terjadi tabrakan.

Amanda buru-buru mengembalikan mobil pada posisi semula, takut jika ada mobil yang datang dari arah yang berlawanan, apalagi tidak jauh dari situ merupakan tikungan.

Amanda benar-benar syok, dan mengucap istighfar berulang-ulang. Setelah mengembalikan mobil ke posisi kiri jalan, Amanda turun untuk mencari tahu siapa orang yang melintas tadi.

Ada resa kesal sekaligus khawatir jika terjadi apa-apa pada orang tersebut. Tetapi dia tidak melihat seorang pun di sana. Lampu jalan yang cukup terang untuk melihat jika ada orang di situ.

"Issssh," desis Amanda kesal.

"Itu orang ga ada empatinya, ya. Orang nyaris celaka gara-gara dia, eh malah menghilang begitu saja," gerutu Amanda sambil kembali ke mobil.

Amanda membanting pintu mobil untuk melepaskan kekesalan. Lalu menghidupkan mesin mobil dan mulai memutar stir untuk mengarahkan mobil kembali ke badan jalan.

Tapi tiba-tiba. "Akhhh!" Sesosok makhluk berambut panjang merayap tepat di depan kaca mobil. Amanda menjerit kaget dan ketakutan. Kakinya reflek menekan gas sehingga mobil berlari dengan kencang, membuat makhluk itu terpental.

Masih beruntung Amanda bisa mengendalikan mobil sehingga tidak terjadi apa-apa.

Jantung Amanda seperti mau lepas karena berdegup sangat kencang. Mulutnya terus melantunkan istighfar.

Amanda menghentikan mobil di depan sebuah ATM yang berada di sebuah pasar. Karena di tempat itu cukup ramai.

Amanda menarik napas dalam berulang kali untuk menenangkan diri. Sambil terus berpikir tentang makhluk tadi.

"Apa itu?" tanyanya.

Amanda masih mengingat jelas, bagaimana makhluk itu merayap sambil mengeluarkan suara tadi. Amanda tidak melihat rupa makhluk itu, tetapi dia hanya melihat kalau makhluk itu memiliki rambut panjang.

Amanda tidak habis pikir, kenapa dia terus-terusan mengalami peristiwa aneh seperti ini? Setiap hari, sejak dia bekerja di Dapur Miranti.

☕☕☕

Amanda membanting pintu depan tanpa sengaja, hingga terdengar oleh Marnita.

"Amanda, kenapa sampai membanting pintu segala? Kan bisa ditutup baik-baik.

Amanda tidak menghiraukan ibunya, debar di dadanya belum hilang. Nenek sempat memperhatikan raut muka Amanda, dan mengetahui ada yang tidak beres dengan cucunya.

Nenek segera menyusul Amanda ke kamar. "Apa yang terjadi?" tanya nenek pada Amanda.

Napas Amanda masih tersengal tapi berusaha menjawab pertanyaan neneknya. Amanda ragu untuk bercerita, tetapi nenek memaksa seolah tahu apa yang baru saja dialami Amanda.

Nenek menuntun Amanda ke tempat tidur, agar bisa duduk dan dapat bercerita dengan nyaman.

"Nek..." Amanda menatap nenek dengan sorotan yang masih dipenuhi ketakutan. Tubuhnya sedikit bergoyang sebagai efek dari menyimpan ketakutan. Napasnya masih naik turun tidak beraturan.

"Kamu bertemu sesuatu?" tanya nenek.

Amanda mengangguk. Amanda mulai menceritakan rangkaian peristiwa yang sudah dialami sejak beberapa hari ini. Termasuk cerita Nina dan Bu Ida.

"Itu bukan suatu kebetulan, nak. Sepertinya memang ada sesuatu yang terjadi," terang nenek.

"Maksud nenek, di restoran Miranti?" tanya Amanda bingung.

"Bisa jadi."

Nenek Amanda sudah menginjak usia 70 tahunan, dan memiliki ilmu turunan dari buyutnya. Tetapi, ilmu yang diwarisi nenek bukanlah ilmu yang hebat, hanya sekedar bisa merasakan kehadiran makhluk tak kasat mata. Apalagi nenek tidak pernah mengasah ilmu yang dimilikinya, karena merasa tidak tertarik dengan itu.

"Jangan-jangan kamu mewarisi ilmu dari buyut nenek juga?" ucap nenek mengagetkan Amanda.

"Maksud nenek?"

"Nenek dulu juga seperti kamu, peka dengan hal-hal seperti itu," lanjut nenek.

"Tapi kenapa baru sekarang? Kenapa ga dari dulu?" tanya Amanda heran.

"Dia akan datang ketika dia tahu kita dalam bahaya." Ucapan nenek membuat Amanda takut.

"Jadi, sekarang aku dalam bahaya?" kalimat itu meluncur begitu saja dari mulut Amanda.

"Yang penting kamu berhati-hati saja. Selagi kita tidak melakukan kesalahan, Allah pasti akan melindungi," tutur nenek menenangkan cucunya.

☕☕☕

Pikiran Amanda mulai terganggu setelah berbicara dengan nenek. "Apa iya dirinya dalam bahaya? Bahaya seperti apa? Apakah makhluk-makhluk itu ingin mencelakainya?"

Berkali-kali Amanda menarik napas dalam demi menenangkan diri, mulutnya tidak berhenti beristighfar demi menyamankan hati, meskipun kepala dipenuhi oleh pikiran-pikiran yang memberatkan.

Amanda merebahkan tubuh yang terasa sangat lelah, sebenarnya lelah karena beban pikiran yang membuatnya terasa berat.

Ada keinginan untuk berhenti bekerja, tapi lagi-lagi kebutuhan keluarga yang memaksa harus tetap bertahan di sana.

Entah berapa lama Amanda berkutat dengan pikirannya, sebelum akhirnya tertidur.

☕☕☕

Amanda berjalan di balkon rumah berlantai dua milik orang tuanya. Udara malam yang sejuk mampu membuat rileks tubuh dan pikiran.

Tangannya menggenggam secangkir teh hangat, yang memang sangat cocok untuk menemani malam ini.

"Amanda." Suara seorang perempuan memanggilnya.

Amanda menoleh. Seorang gadis cantik berdiri di sudut balkon.

"Kamu siapa?" tanya Amanda heran.

"Aku Mayang," jawab gadis itu.

Amanda memperhatikan sejenak tubuh tinggi semampai. Amanda baru menyadari kalau gadis itu menggunakan seragam restoran milik Miranti.

"Kamu kok pakai seragam itu? Itu kan?" Amanda belum selesai bicara, tapi Mayang sudah memotong.

"Tolong aku, ya...." Hanya itu pesan dari Mayang, lalu menghilang dari hadapan Amanda.

Amanda bingung. "Lho, kok?" gumamnya sambil berdiri kaku.

Tiba-tiba seseorang mendorong tubuh Amanda dari belakang, hingga Amanda terlonjak dan nyaris jatuh.

Amanda reflek memutar tubuh dengan cepat untuk melihat siapa yang telah mendorongnya.

"Kalian jahat!" Seorang perempuan berambut panjang yang terurai menutup wajah berteriak ke arahnya. Dari suaranya, perempuan itu sepertinya sudah tidak muda lagi.

Perempuan itu berjalan cepat ke arah Amanda sambil menjulurkan tangan, lalu mencekik Amanda.

Amanda meronta melepaskan diri, dia juga menjerit kesakitan.

"Akh, tolong!" teriak Amanda kepayahan. Amanda kesulitan bernapas, tapi tetap berusaha melepaskan lehernya dari cengkraman tangan perempuan itu.

Setelah berhasil melepaskan cengkraman, secara tidak sengaja Amanda mendorong tubuh perempuan itu hingga tampak dengan jelas wajah hancur dan sudah tidak berbentuk.

Wajah itu sangat hancur seperti habis mendapatkan penganiayaan, bahkan salah satu bola matanya masuk ke dalam dan mengalirkan darah segar.

Amanda ketakutan, tubuhnya menggigil. Perutnya juga mula melihat pemandangan yang menjijikan sekaligus menakutkan.

Tanpa sadar Amanda menangis. "Siapa kamu?" tanyanya.

Perempuan itu menatap penuh kemarahan pada Amanda. "Kalian pembunuh!" teriaknya.

Amanda panik, dan berusaha berlari ke dalam rumah. Tapi tiba-tiba Putri berdiri di hadapannya.

"Pu-Putri!" Amanda semakin ketakutan.

Putri tersenyum, lalu tiba-tiba mukanya berubah menjadi menakutkan. Kedua bola matanya hilang seperti dicongkel, lalu tangan Putri membelah dadanya dan mengeluarkan seluruh organ dalam, hingga organ dalam beserta darah segar berserakan di lantai balkon.

Amanda mual lalu muntah melihat pemandangan mengerikan dan sangat menjijikkan.

Putri tertawa girang layaknya seorang anak kecil yang bahagia karena mendapat mainan.

"Amanda, ini!" Putri menyodorkan hatinya pada Amanda.

Amanda menjerit sekuat tenaga sambil menutupi wajah agar tidak melihatnya.

Entah berapa lama ketegangan itu dialami Amanda, sampai dia tersadar ketika nenek, ibu dan Mikha membangunkannya.

Ternyata, Amanda tergolek di tengah ruangan yang menjadi penghubung antara kamarnya dan kamar Mikha dengan balkon.

☕☕☕

Terpopuler

Comments

𝓚ˢᵍⁿ🍁ᗰᗩᕼᗴՏ ʷᵃʳᶦ ❣️

𝓚ˢᵍⁿ🍁ᗰᗩᕼᗴՏ ʷᵃʳᶦ ❣️

kenapa Amanda yang diteror?

2024-02-25

0

𝓚ˢᵍⁿ🍁ᗰᗩᕼᗴՏ ʷᵃʳᶦ ❣️

𝓚ˢᵍⁿ🍁ᗰᗩᕼᗴՏ ʷᵃʳᶦ ❣️

apa karyawan 2nya juga jd tumbal?

2024-02-25

0

𝓚ˢᵍⁿ🍁ᗰᗩᕼᗴՏ ʷᵃʳᶦ ❣️

𝓚ˢᵍⁿ🍁ᗰᗩᕼᗴՏ ʷᵃʳᶦ ❣️

bahaya apa yang mengancam?

2024-02-25

0

lihat semua

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!