11

Fatur menghentikan serangan pada Miranti begitu mendengar suara Pak Cik. Sekarang dia beralih pada Pak Cik dengan tatapan bengis. Dada bocah itu naik turun karena dipenuhi emosi.

Tubuh Fatur seperti melayang ke arah Pak Cik, hendak menyerang pria paruh baya yang merupakan adik kandung dari neneknya tersebut.

Pak Cik komat kamit untuk menghadang serangan tersebut. Tubuh Fatur terpental ke sudut ruangan.

"Pak Cik, hentikan!" teriak Miranti yang merasa khawatir melihat keadaan Fatur.

Miranti berusaha bangun untuk menolong Fatur.

"Miranti, jangan mendekat!" teriak Pak Cik mengingatkan Miranti.

Namun Miranti tidak menghiraukan teriakan Pak Cik. Miranti terus mengejar Fatur.

"Miranti! Dia bukan Fatur!" seru Pak Cik.

Miranti tetap tak peduli, dia berusaha memeluk Fatur.

Fatur malah mencekik leher Miranti tanpa belas kasih.

"Akh!" Miranti mengerang kesakitan. Dia kesulitan bernapas. Kedua tangannya berusaha melepaskan cekikan Fatur, tapi sia-sia.

Melihat itu, Azka berlari menolong Miranti, berusaha melepaskan cengkeraman tangan Fatur dari leher mamanya, tetapi juga sia-sia.

Bahkan Fatur memindahkan salah satu tangannya ke leher Azka, hingga Azka pun tercekik.

Kedua ibu dan anak itu meronta kesakitan, tubuh Azka bahkan menggelepar karena tidak kuat menahan napas.

Pak Cik semakin cepat membaca mantra demi menolong mereka. Suaranya lebih dikeraskan hingga menggema ke seluruh ruangan.

Fatur mengerang kesakitan, tubuhnya bergetar. Seketika Pak Cik mendekat untuk menyiraminya dengan serbuk yang sudah dipersiapkan.

Cengkeraman tangan Fatur terlepas dari leher Miranti dan Azka. Tubuhnya terduduk di lantai, tapi masih berusaha untuk bangun dan menyerang Pak Cik.

Sementara Miranti dan Azka terperanyak di lantai sambil memegangi leher yang cidera dan sakit.

Pak Cik menangkis serangan dengan kembali melemparkan serbuk ke arah Fatur, membuat tubuh Fatur kembali terpental. Fatur tergeletak tak berdaya di lantai.

"Fatur!" teriak Miranti yang melihat Fatur tak bergerak.

Miranti ingin mendekati Fatur, tapi terhenti karena mendengar jeritan seorang bocah perempuan. Miranti dan Azka berpelukan dalam ketakutan. Jeritan itu akhirnya hilang berganti suara lolongan anjing yang saling bersahutan.

Perlahan suasana mulai tenang, lampu yang tadi redup kembali terang. Tampaklah pemandangan ruangan yang sangat berantakan dan kacau balau.

Miranti segera menggendong tubuh Fatur, sementara Pak Cik berusaha membangunkan Mirna.

"Mama!" seru Miranti sambil berlari ke arah Mirna dengan tetap menggendong Fatur.

Pak Cik membacakan sesuatu lalu meniup ubun-ubun Mirna, tidak berapa lama Mirna terbangun.

Pak Cik menemani Miranti hingga Subuh, karena khawatir jika makhluk tak kasat mata itu kembali lagi.

☕☕☕

Bu Min menjerit ketika melihat sebuah jasad mengambang di dalam air. Sekonyong-konyong Bu Min berlari mencari pertolongan.

"Ada apa Bu?" tanya Rangga yang melihat Bu Min terengah-engah sambil berteriak minta tolong.

"Itu! Ada mayat!" teriak Bu Min di sela napas yang tersengal.

"Ada Mayat?" tanya Rangga mengulangi ucapan Bu Min. Bu Min mengangguk cepat sambil menunjuk ke laut.

Bola mata Rangga mengikuti arah telunjuk Bu Min. Laki-laki muda itu bergegas ke arah yang ditunjukkan oleh Bu Min.

Seketika mata Rangga terbelalak ketika melihat sesosok jasad yang mengapung di dalam air. Jasad itu terjepit di antara tiang jembatan sehingga tidak bisa terbawa ombak.

Rangga segera meminta pertolongan pada karyawan yang lain. Dan terjadilah kehebohan di Restoran Dapur Miranti pagi itu.

Polisi pun segera ditelpon untuk menangani keadaan, dan Tim SAR pun didatangkan untuk membantu evakuasi.

☕☕☕

Amanda mengendarai mobil dengan pelan. Pagi itu jalanan sangat ramai, karena banyak pengendara yang juga berpacu dengan waktu untuk menuju ke tempat kerja masing-masing.

Amanda berangkat kerja agak terlambat, karena kondisinya yang masih belum terlalu baik. Tadinya, Amanda masih ingin beristirahat, tetapi dia merasa tidak enak dengan Miranti.

Tiba-tiba handphone-nya berdering, ada panggilan dari Nina.

"Ya, Na," sahut Amanda dari telepon genggamnya.

"Kakak di mana?" tanya Nina dari seberang sana.

"Ini lagi di jalan," jawab Amanda.

"Owh kirain kakak ngga masuk," balas Nina.

"Ada apa?" tanya Amanda lagi.

"Kakak buruan, ada kejadian mengerikan?" seru Nina.

"Apa? Kejadian apa?" Amanda mengecilkan volume musik demi bisa mendengar dengan jelas.

"Ada mayat, kak." Ucapan Nina membuat Amanda terkejut tapi masih tidak percaya dengan apa yang didengarnya.

"Maksud kamu?" tanya Amanda sambil memperbesar volume telepon. Kali ini Amanda menepikan mobil dan berhenti. Karena menyetir dengan satu tangan membuatnya kesulitan.

"Kaaak, ada mayat ditemukan di laut, deket jembatan." Nina berusaha menjelaskan. Tiba-tiba telepon terputus.

Tanpa berusaha menelpon kembali, Amanda menancap gas menuju restoran.

Di lain tempat, Nina marah pada Meta, teman kerjanya. Karena ketika sedang menelpon Amanda tadi, tiba-tiba Meta datang dan menamparnya dengan keras hingga handphone-nya terlepas dan jatuh ke lantai, dan menyebabkan sambungan teleponnya dengan Amanda terputus.

"Kamu apa-apaan sih? Nampar saya! Emang saya salah apa?" maki Nina penuh emosi.

Meta tidak menjawab, hanya berdiri kaku di hadapan Nina, dengan ekspresi wajah yang dingin. Nina segera menyadari ada yang tidak beres dengan Meta. Dia yang tadinya berniat ingin membalas Meta, langsung mengurungkan.

Nina hanya terpana ketika melihat Meta berbalik pergi dan meninggalkan dirinya begitu saja.

Nina semakin yakin bahwa yang baru saja menamparnya bukanlah Meta. Karena ketika Nina pergi ke halaman belakang restoran untuk melihat proses evakuasi, dia berpapasan dengan Meta yang menyapanya dengan hangat.

"Nin, Kak Amanda sudah datang?" tanya Meta seperti tidak terjadi apa-apa antara dirinya dengan Nina.

Nina yang masih bingung menjadi gugup. "Ha? Apa?" tanyanya.

Nina menatap lekat-lekat ke wajah Meta, sehingga membuat Meta salah tingkah.

"Kamu kenapa?" tanya Meta sedikit grogi. Meta langsung menilik beberapa bagian dari tubuhnya, barangkali ada sesuatu yang aneh.

"Kamu tadi pergi ke garasi?" tanya Nina agak terbata-bata.

Kening Meta berkerut, karena tidak paham dengan maksud Nina.

"Engga," ujar Meta.

Jantung Nina berpacu, dia semakin yakin kalau yang menamparnya tadi bukanlah Meta.

"Ada apa, Nin?" buru Meta penasaran.

Nina menggeleng. Gadis yang biasanya judes dan pemberani itu seketika kehilangan nyali.

"Kamu baik-baik saja, kan?" tanya Meta gusar, karena melihat perubahan raut Nina yang tiba-tiba menjadi pucat.

Terpopuler

Comments

𝓚ˢᵍⁿ🍁ᗰᗩᕼᗴՏ ʷᵃʳᶦ ❣️

𝓚ˢᵍⁿ🍁ᗰᗩᕼᗴՏ ʷᵃʳᶦ ❣️

ini para makhluk astral knp malah nambahin banyak korban?

2024-02-25

1

neng ade

neng ade

si Meta yg "lain" itu sengaja menampar Nina agar dia tak kasih tau Amanda..

2024-02-09

1

Syahrudin Denilo

Syahrudin Denilo

waduh setan nya sadis nih

2024-01-21

1

lihat semua

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!