Perkenalkan nama saya Katyusha dan aku adalah seekor elf. Karena elf adalah termasuk bangsa demi-human. Jadi kita tidak dianggap sebagai manusia. daripada seorang manusia, kita lebih dianggap sebagai hewan. Maka dari itu aku adalah seekor elf. Walaupun begitu tapi tentu saja elf tidak memiliki ekor, sama seperti kebanyakan ras manusia pada umumnya. Perbedaan antara kami dan manusia hanyalah telinga kami yang runcing dan fisik kami yang awet muda dan berumur panjang.
Pada awalnya aku hanya gadis biasa yang kesehariannya adalah membantu ibu mengambil air di sumur, Membantu memasak, membersihkan rumah, bermain dengan teman-teman, dan merawat kebun ketika masa panen dan masa tanam.
Namun sejujurnya aku sendiri tidak sering berada di kebun. Ayah bilang, “kebun adalah tempat suci dan harus ditangani dengan hati-hati. Jadi Katyusha gak boleh main di sana kalo gak disuruh bantu-bantu”.
Kurang lebih menurut kita para elf kebun adalah kumpulan roh tanaman yang berbaik hati mau memberikan kita makanan dengan gratis jika kita merawat mereka dengan baik. Meskipun begitu selalu kita masih butuh tenaga lebih untuk bagian panen dan menanam di kebun.
Biasanya kita hanya menanam beberapa buah dan sayur yang sering tumbuh di hutan dan beberapa tanaman obat. Namun aku tidak pernah tau mereka menanam beras, gandum, atau ubi dan kentang.
Aku kadang juga pergi ke sungai dan hutan bersama teman-teman untuk mengambil beberapa jamur dan tanaman obat. Beberapa lainya juga mengambil kayu bakar. Kadang teman-teman memancing ikan di sungai untuk makan siang ketika pergi bermain bersama mereka. Namun meskipun disebut hutan tapi sebenarnya itu hanyalah wilayah pinggiran desa yang biasa di lalui orang.
Desaku juga terkadang dilalui oleh para pedagang keliling dan petualang yang menjaga mereka. Terkadang ada juga petualang yang memang sengaja mengembara dan sekedar lewat. Karena itu di desaku juga banyak penginapan murah dan beberapa rumah makan.
Ya walaupun begitu sepertinya makanan kita kurang begitu dinikmati karena kebanyakan hanya terdiri dari buah sayur dan rempah-rempah. Jarang sekali kita menyajikan daging. Apalagi di hutan ini, garam adalah barang mewah.
Oh iya, terkadang aku juga sering membantu ibu di penginapan untuk bersih-bersih. Ibu selalu mengusap kepalaku sebagai bentuk terima kasihnya. Penginapan itu sebenarnya milik paman yang hidup di sebelah rumahku. Namun ibu sering juga membantu di sana saat ramai dengan sistem pembayaran bagi hasil kamar yang dibersihkan.
Semuanya berlangsung indah sampai akhirnya para pasukan itu datang. Mereka pasukan pemburu budak datang. Mereka membakar rumahku, rumah paman, rumah kepala desa, dan rumah semua orang.
Ladang yang kita anggap suci pun juga dibakar oleh mereka. Aku yakin jika mereka membakar ladang itu kita akan kelaparan besok.
Mereka jahat, mereka memukuli orang-orang desa. Sepertinya paman pemilik penginapan juga dipukuli oleh mereka. Pak kepala desa dan ayah berusaha melawan mereka. Namun mesipun begitu aku ingat sihir mereka tidak banyak berpengaruh.
Aku ingat waktu itu banyak laki-laki yang dibunuh dan mayatnya dikumpulkan jadi satu untuk dibakar. Bahkan aku tidak bisa menemukan dimana ayahku. Aku menangis dan berharap ayahku masih hidup. Namun, melihat tumpukan mayat para pria di desa dibakar habis oleh para prajurit aku hanya bisa menangis. Bahkan aku tidak bisa berharap bahwa ayah masih hidup.
“Dimana ayah?” kataku sambil menangis.
Aku lalu berlari mencari ibuku. Aku menemukanya terbaring terlentang di atas lantai ruang makan penginapan dengan wajah kaku dengan ekspresi ketakutan. Ibu terbaring di lantai yang penuh darah dengan tangan tertancap pisau dan baju yang sudah robek-robek.
“Ibuuuuuu!”
Aku menangis dan berteriak sekeras-kerasnya lalu para prajurit itu membawaku pergi. Aku tidak tahu apa yang terjadi setelahnya namun aku tiba-tiba tersadar dan berada di dalam kurungan di dalam tenda. Aku awalnya diikat namun sejenak aku dikeluarkan dari kandang.
Dia lalu mendatangiku menyentuh pipiku dengan tatapan yang membuatku takut. Dia lalu mengambil pisau dan aku berteriak. Namun tanpa memperdulikanya dia mengiris jari telunjuku dan membiarkan darahnya menetes ke mangkuk. Dia sendiri juga melakukan hal yang sama di mangkuk itu.
Lalu kemudian aku lihat dia menuangkan cairan seperti tinta ke wadah itu dan ia melukis-ku dengan simbol aneh tepat di tubuhku. Sekilas rasanya terasa perih setelah simbol itu bersinar. Aku menangis dan mencoba melawan tapi itu hanya membuat tubuhku merasa sakit secara tiba-tiba.
Kemudian pria tua gendut itu menunjukan wajahnya yang buruk rupa sembari mencium pipiku lalu berkata, “Perkenalkan namaku Don Nikolas dan mulai sekarang kau akan menjadi budak-ku. Kau akan beruntung bisa melayaniku setiap malam”.
Tidak lama aku akhirnya masuk kembali ke dalam kurungan dan waktu pun berlalu. Aku juga tidak tahu siang dan malam. Aku juga tidak tahu dimana aku. Makanan disini juga tidak enak.
...***...
Aku ingat suatu hari aku dilepaskan dari kurungan-ku dan diantar ke dekat sebuah sumur. Tubuhku disiram air dingin dari sumur lalu tubuhku dibersihkan dengan sikat. Aku pun diberikan pakaian bagus terus disuruh berdandan.
Ini nampak aneh soalnya aku biasanya selalu diperlakukan buruk di sini. Teman-teman sesama budak elf pun tidak pernah menceritakan hal seperti ini. Apakah aku yang pertama? Kenapa aku diperlakukan spesial? Aku merasakan hal buruk akan terjadi padaku.
Setelah berdandan sebisaku, malamnya aku bertamu ke rumah megah dan mewah. Rumah itu memiliki halaman yang luas dan bangunan rumah yang lumayan tinggi. Sepertinya ini mirip rumah bangsawan atau orang kaya.
Aku mulai didudukan di sebuah ruangan seperti kamar tidur. Aku gemetaran dan khawatir apa yang akan terjadi padaku. Tidak mungkin ada hal baik yang terjadi padaku setelah semua yang aku lalui.
Dan kecurigaan-ku benar. Pria tua, gendut, dan buruk rupa itu masuk ke kamar dengan tatapan menakutkan. Itu bukan tatapan mengancam nyawa seperti yang aku lihat ketika para pasukan itu datang. Itu adalah tatapan yang lain. Pria itu tersenyum ke arahku namun aku tidak merasa nyaman sama sekali. Aku ingin berteriak namun sepertinya tidak ada orang di sini.
“Kemarilah cantik, mari kubantu membuka ini,” katanya memaksaku.
“Nggak, gak mau, aku mau pergi,” kataku sambil menangis.
Dia memegang tanganku dan mendorongku ke kasur sambil menarik bajuku. Namun beberapa detik kemudian secara ajaib aku terselamatkan.
Muncul seseorang berbaju hitam melompat dan mengayunkan pisaunya. Seketika itu juga darah menciprat dan kepala orang tua itu lepas dari badannya. Lalu pada ayunan kedua dia memotong bagian tubuh yang aku tidak tahu apa itu, namun itu terletak di bagian bawah perutnya.
"Kyaaaaaaaah!!! Apa yang kau inginkan? Ampuni aku," teriaku ketakutan
"Ssttt, tidak apa-apa. Semua sudah beres. Tolong pakai bajumu lagi dan pergi dari sini sejauh mungkin kamu bisa. Jika memungkinkan ajak sebanyak mungkin orang keluar dari kota ini," pria itu berusaha menenangkan diriku ku. Sekilas dia terlihat keren sekali.
“Terima kasih telah menyelamatkanku,” aku memeluknya karena senang.
“Baiklah segera kabur dari sini,” pintanya sembari menghapus air mataku.
Aku tidak tahu siapa dia. Tapi dia benar-benar keren. Dialah malaikat penyelamatku.
Tidak lama kemudian aku kabur dari rumah itu setelah merapikan pakaianku. Rupanya seluruh penjaga di rumah itu juga telah terbunuh.
Aku mencoba lari ke semak-semak dan menuju hutan malam itu. aku bermalam di sana dan bertahan dengan makan buah-buahan dan beberapa tanaman herbal yang aku kenali. Namun suatu saat aku mendengar para petualang yang lewat dengan wajah sangat mirip dengan berkata bahwa sepertinya banyak para elf yang tiba-tiba dibebaskan dari segel budaknya.
Aku memberanikan diri dan masuk bar tempat para petualang itu, dan benar saja. Beberapa wajah yang kukenal ada di sana, beberapa para elf yang tertangkap bersamaku telah bebas. Bahkan mereka sekarang telah menjadi petualang.
Di sana guild petualang itu aku juga mendengar bahwa seorang petualang mencoba membangun kampung kecil di daerah para budak dan mengubahnya menjadi tempat wisata dengan banyak rumah makan dan caffe yang dijalankan oleh para elf tanpa segel budak.
Aku dengar pemimpin mereka adalah petualang pemula bernama Leon. Jadi aku mencari tahu siapa Leon ini. namun sebelum itu aku mencoba untuk bergabung sebagai petualang. Aku di yakinkan oleh beberapa elf yang lebih dewasa bahwa itu tidak masalah asalkan kau tetap menyembunyikan telingamu. Jadi aku memutuskan mendengarkan saran mereka.
Aku memutuskan menjadi petualang dan setelah beberapa kali menerima misi dan menjual tanaman herbal kepada guild. Akhirnya aku bisa tinggal di penginapan yang lebih hangat.
Aku juga tidak lupa untuk mencari tahu siapa Leon ini. namun kenyataan membuat hatiku bergetar setelah melihat si Leon ini dari dekat.
Aku melihatnya keluar dari kantor pengurus guild untuk menerima misi khusus dan aku melihatnya lewat waktu itu. Aku sangat terkejut bahwa dialah sang penyelamatku.
Aku tidak cukup keberanian untuk menyapa sang penyelamatku. Namun aku mencoba untuk datang di kampung yang ia bangun dan tanpa di duga mereka menyambut-ku dengan sangat hangat. Mereka semua hampir sama sepertiku, yaitu mantan budak. Bahkan beberapa ada ras lain juga seperti beastman tipe kelinci dan tipe kucing.
Selain itu tidak kuduga di sana juga sangat bersih. Tidak seperti pemukiman para budak yang biasanya digambarkan. Lagi pula baik mereka maupun aku juga bukan lagi budak sekarang.
Untuk sementara ini aku punya tempat yang bis aku sebut desa. Walaupun aku belum cukup dekat dengan mereka. Namun setidaknya mereka baik. Bahkan para manusia juga ramah.
Aku di sana cukup lama, setidaknya cukup lama untuk bisa naik level menjadi assassins. Kakak petugas guild bilang ini adalah tipe job paling berbahaya karena kekaisaran akan dengan seenaknya membunuhku tanpa sebab. Namun aku memiliki alasan kuat untuk bisa menjadi seperti kak Leon.
Aku juga telah beberapa kali melihat jalur perburuan mereka dan kemana mereka pergi dan dimana mereka mengumpulkan para budak, tapi aku tidak pernah mendekat. Aku hanya mengumpulkan informasi untuk digunakan di lain waktu. Lagi pula aku belum sekuat kak Leon yang menyelamatkanku.
Ngomong-ngomong sepertinya kekaisaran tidak menyukai apa yang kita lakukan di sini karena masalah ras kita yang seharusnya tidak dibolehkan para budak hidup layak seperti apa yang kami lakukan disini. Kita dianggap memberontak dan sepertinya akan dibunuh atau dibakar. Mungkin nasibnya akan sama seperti ayah, ibu dan penduduk desaku yang mati dibakar, dibunuh dan diculik sebagai budak di sini.
Sebagai respon sepertinya kita akan pergi ke suatu desa di hutan elfrida aku tidak tahu dimana itu tapi sepertinya mereka para pemimpin tahu kemana itu. rencananya pak marko sebagai perwakilan para elf akan memimpin rombongan. Dengan beberapa rombongan kecil akan keluar dari desa secara bertahap. Lalu kak Leon akan menjadi yang paling terakhir memastikan semua orang telah pergi lolos.
Aku sebenarnya ingin pergi terakhir menemani kak Leon tapi banyak orang menentangnya. Aku tidak di izinkan tinggal jadi aku berangkat dahulu.
Setelah sampai sepertinya itu desa elf yang cukup aman dan mirip seperti desaku dulu. Hanya saja disini tidak ada ayah dan ibu. Teman-temanku dari desa juga tidak ada. Meskipun begitu, tempat ini membuatku nostalgia.
Aku sering menjelajah hutan di sekitar desa dan melihat di mana aku berada. Aku ingin tahu apakah mereka juga akan datang ke mari.
Rombongan datang silih berganti dan selalu saja aku melihat orang baru datang, dan kebanyakan adalah elf. Kurasa populasi elf budak lumayan banyak. Namun meskipun begitu aku tidak melihat tanda-tanda dari kak Leon sampai akhirnya aku melihatnya datang dalam keadaan tak terduga.
Aku melihat sosok perempuan berambut hitam berpakaian ala petualang ahli pedang melakukan teleportasi bersama para manusia yang bersamanya, dan salah satu sosok yang bersamanya adalah kak Leon.
Kulihat kak Leon sepertinya dalam keadaan pingsan. Ini membuatku kecewa sekaligus khawatir. Dengan keadaan seperti itu, tidak mungkin aku datang untuk memperkenalkan diriku maupun untuk berterima kasih. Aku juga khawatir, apa yang terjadi padanya? Apakah dia akan selamat? Apakah dia akan sembuh? Kak Leon cepat sembuh yah, aku khawatir.
Namun sepertinya para wanita itu mengejutkanku. Si pengguna pedang berambut hitam nampaknya sangat dekat dengan kak Leon. Bahkan ia sempat memeluk dan menggendong kak Leon. Sungguh itu membuatku iri. Si pengguna sihir berambut biru itu juga nampak dekat dengan kak Leon. Dia sepertinya sangat menikmati merawat kak Leon.
Aku juga berharap bisa dekat dengan kak Leon seperti mereka. Aku tidak boleh kalah, kalo ada waktu yang tepat aku harus terima kasih sama kakak dengan benar.
...***...
ilustrasi karakter Katyusha :
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 35 Episodes
Comments