Pagi itu aku bangun setelah semalaman kurang tidur, ini pertama kalinya aku melakukan pembunuhan. Tanganku gemetar terasa penuh dengan darah meskipun kenyataanya tanganku telah bersih dari noda apapun. bahkan aku sudah mencuci tanganku berkali-kali namun masih saja itu terasa tidak nyaman. Tidurku juga terasa tidak nyenyak karena rasa bersalah yang kadang datang.
Ngomon-ngomong aku juga harus pergi ke guild pagi ini dan mengecek bagaimana misiku, mengambil bayaranku, dan mengecek apakah aku masih aman atau telah terhitung sebagai buronan.
“Sial! malam ini aku gak bisa tidur nyenyak. oh f*ck! aku lupa betapa baunya tempat ini, sesegera mungkin. senggaknya mungkin aku harus mengolah tai-tai itu jadi uang.” Omel-ku ketika bangun pagi.
beginilah pagi hariku. pagi hari yang diawali dengan Omelan dan keluhan. pembunuhan pertamaku benar-benar membuatku mimpi buruk dan begitupula tempat ini.
Setelah bangun akhirnya aku membersihkan diri dengan sabun dan sihir airku dan segera menuju guild untuk membeli sarapan dan mengambil imbalan-ku.
“Selamat pagi Leon, sepertinya misi pertamamu sebagai assasin berhasil?” Kakak resepsionis guild cantik itu mencoba menanyaiku dengan ramah sembari aku mengecek hasil misi-ku menggunakan alat sihir dan ID petualang-ku.
“Sepertinya lancar, tapi misi itu membuatku tidak bisa tidur untuk pembunuhan pertamaku,” aku membalas.
"Pasti berat yah kalo pertama kali," kakak itu menjawab ramah.
"Ngomong-ngomong, apakah aku akan menjadi buronan setelah ini?" Aku bertanya kepadanya.
"Tenang aja, gak masalah kok. Karena nama orang itu sudah masuk ke daftar resmi guild jadi itu tidak masalah. Setidaknya namamu juga masih aman," jawab resepsionis guild.
"... Tapi kau harus berhati-hati dengan para budak kau tahu. Membunuh pemilik budak itu sama seperti membebaskan para budak. Hal itu bisa membuat para bangsawan mencurigai kamu tau," dia lanjut menjawab sembari mengingatkan konsekuensi yang aku lakukan.
"Baiklah, ngomong-ngomong apakah ada target lagi yang bisa aku ambil?" Balasku.
"Kau bisa melihatnya sendiri di berkas-berkas ini. Tapi ingat, semakin tinggi bayarannya itu akan semakin menaikan tingkat bahaya-mu. Itu akan membuatmu menjadi buronan," kata kakak resepsionis.
"Kau juga bisa mengecek beberapa latar belakangnya, kau tahu negeri ini sangat sensitif tentang banyaknya budak yang dibebaskan jika sang target ternyata memiliki banyak budak," ucap kakak resepsionis.
"Ngomong-ngomong ini bayaran-mu," kakak itu memberikanku bayaran-ku setelah menjelaskan panjang lebar.
"Terima kasih," balasku.
Kakak resepsionis itu mengingatkanku tentang resiko memilih target dan menjelaskan panjang lebar mengenai akibat yang bisa aku terima. Sepertinya para bangsawan sangat sensitif tentang membebaskan budak.
Ngomong-ngomong aku mendapatkan 2 keping emas yang berarti ini setara dengan 200 keping perak. Artinya 1 keping emas setara dengan 100 perak. 1 perak sama dengan 100 perunggu. Jadi mungkin buronan targetku setara dengan 2000 keping perunggu.
"Ngomong-ngomong nama kakak siapa?" Tanyaku.
"Namaku Irina. Baiklah mulai sekarang panggil aku Irina yah," jawabnya
"Ok kak Irina," aku tersenyum sambil mengacungkan jempolku sembari menjawabnya.
Dan akhirnya setelah beberapa lama akhirnya akupun pulang dan setelah aku lihat-lihat sepertinya beberapa orang di sekitar tempatku telah kehilangan tanda budaknya terutama para elf. Ini artinya mereka telah bebas tapi sekaligus mereka kehilangan pekerjaan. Jadi esok harinya aku mengumpulkan mereka untuk suatu pekerja.
Aku mengumpulkan mereka untuk mengambil kotoran-kotoran yang dibuang sembarangan oleh orang-orang karena rendahnya sanitasi di sekitar sini dan tidak ada saluran pembuangan. Lalu kotoran itu akan kita kelola bersama dan menjualnya pada para petani. Kupikir mungkin para petani miskin mungkin mau membelinya jika lebih murah atau setidaknya kita membuat penawaran mengenai pembagian hasil panen atau tukar tambah dengan hasil panen mereka.
...***...
"Ayo semuanya kita mulai!" Ku berteriak pada semua orang.
"Yoooo...!!!" Jawab semua orang.
Kita mulai membersihkan dan mengumpulkan kotoran seperti yang aku rencanakan dan mengumpulkan benda itu pada satu tempat.
Pada akhirnya benda itupun telah terkumpul pada satu tempat dan kegiatan itu setidaknya berlangsung hingga siang hari.
Nah, pada waktu seperti inilah sabun-ku akan berguna. dan tentu saja, mereka terkesan dengan karyaku.
By the way aku mulai memanggil para pegawai-ku dan para mantan budak dengan sebutan kamerad mulai hari ini. Ini aku gunakan untuk menunjukan kesetaraan di antara kami. Aku menjelaskan pada mereka bahwa Kamerad adalah sebutan untuk teman seperjuangan, karena kita adalah teman seperjuangan.
"Baiklah kamerad semuanya, waktunya kita istirahat," seruku ketika waktu istirahat tiba.
"siap kamerad Leon"
"Okay"
"Huuft, akhirnya istirahat juga"
Seru mereka pada siang ini. Kebanyakan mereka lebih semangat ketika istirahat dimulai.
"Baiklah semua, aku punya sesuatu untuk kalian," aku mencoba menjelaskan mengenai penggunaan sabun pada mereka sembari membagikan makan siang.
Tidak lama setelah itu aku juga membagikan sabun pada mereka dan mengajari mereka untuk mencuci tangan.
"Wah hebat, tanganku bersih"
"Wah tanganku jadi wangi"
"Anda hebat Kamerad Leon"
"Mereka tampak menyukainya, terutama para perempuan. Yah tentu saja membagikan sabun seperti ini akan merugikan. Tapi setidaknya aku ingin hidungku tidak tersiksa lagi," gumam-ku.
Tidak lama setelah makan kami melanjutkan pekerjaan itu sampai sore, selanjutnya aku akan berencana untuk membuat perjanjian dengan para petani di pinggiran kota untuk menukar kotoran ini dengan buah dan sayur yang mereka miliki.
Kurasa pupuk dari kotoran sudah umum dipakai, namun sepertinya orang miskin masih tidak mampu untuk membelinya. Jikapun ia ingin membuat sendiri itu Takan cukup untuk seluruh lahannya.
Dan begitulah cerita bagaimana aku membersihkan tempat kumuh itu dari kotoran itu dan mengubahnya menjadi uang dan makanan.
Kebanyakan petani membayar pupuk itu dengan buah dan sayuran dan aku memutuskan untuk menyimpannya dan membagikan kepada orang-orang ditempat ini.
Dan gara-gara itu juga kamerad Leon sepertinya menjadi julukan baru bagiku. Secara tidak sadar aku mulai memimpin para budak dan para petani miskin di pinggiran ibu kota ini. Jadi kuharap aku bisa menjadikan tempat ini menjadi lebih baik apapun ras mereka.
...*** ...
“Tuan Leon terima kasih atas bantuan anda, aku tidak menyangka tempat ini bisa tampak begitu indah seperti tempat-tempat selainya,” ucap seorang pria elf.
“waduh nggak kok, kita kan melakukannya bersama-sama, sangat tidak adil jika hanya aku yang diberikan ucapan terima kasih,” balasku.
“Lagi pula sepertinya Kau terlalu formal tau. Bersikaplah biasa saja kamerad. Kita semua teman disini. Panggil saja aku kamerad Leon,” ucapku.
“Tidak tuan, anda sangat berjasa untuk kami, jasa anda akan saya balas suatu hari nanti. Jadi ehm... terima kasih kamerad Leon,” ucap sang elf.
“Baiklah sama-sama kamerad,” balasku.
Seorang pria elf itu duduk disebelahku ketika aku mencoba duduk sebentar. Dia sepertinya salah satu mantan budak yang tidak sengaja aku bebaskan karena tuan mereka yang aku bunuh. Rupanya dia sangat segan denganku karena ia menganggap aku penyelamat dan bahkan rela membersihkan lingkungan mereka.
Padahal mereka gak tau aja kalo sebenarnya aku cuman terganggu sama bau tai di daerah sini. Lagi pula dengan pengaturan seperti ini tidak hanya lingkungan yang bersih, namun hal itu juga bisa menguntungkan. Industri ini juga akan meningkatkan penjualan sabun-ku.
By the way sepertinya pria elf itu bernama Marko. Aku tidak tahu banyak tentangnya kecuali dia juga merupakan salah satu mantan budak yang memilih tetap tinggal di sini. Namun sepertinya dia lumayan dihormati di antara teman-temanya.
Ngomong-ngomong untuk para mantan budak yang baru saja aku bebaskan aku menyarankan mereka untuk menjadi petualang, termasuk si Marko tadi. Kuharap mereka banyak mengambil peran untuk melindungi wilayah para petani sehingga panen kali ini akan banyak dan kita mungkin saja mendapatkan bagian dari panen itu.
Aku tau mengatur semua ini adalah tugas para bangsawan dan aku telah lancang mengatur hal-hal yang sebenarnya bukan urusanku. Namun jika para bangsawan itu benar-benar peduli. Mereka tidak akan kelaparan seperti ini. para bangsawan tidaklah beda dengan para lintah yang hanya memeras tenaga para petani, rakyat dan para budak lalu menikmati hasil kerja mereka.
Sementara para bangsawan dan penipu lainya menikmati kekayaan. Orang-orang terutama petani dan budak harus hidup di kelilingi oleh kotoran dan tanah. Tidak jauh beda dari hewan ternak. Bahkan mungkin lebih rendah jika kita bandingkan dengan para anjing yang hidup nyaman dalam rumah mewah.
Bahkan untuk peran keamanan pun kebanyakan dilakukan oleh para petualang yang sepertinya tidak ada hubungannya dengan para bangsawan kotor itu.
Jadi aku berharap keputusanku ini adalah keputusan yang tepat. Agar para petani miskin mendapatkan panen lebih banyak dan mantan budak mendapatkan pekerjaan. Sementara orang-orang yang masih berstatus budak dan tinggal di wilayah ini setidaknya memiliki lingkungan lebih bersih dan sehat. Kuharap ini tidak akan membuat aku terbunuh atau apapun.
Semoga saja.
...*** ...
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 35 Episodes
Comments