chapter 5 : debutku di arena pertarungan

Karena aku baru-baru ini hanya menguasai sihir elemen air. Jadi kupikir tidak ada salahnya jika aku mencoba untuk mempelajari sihir tingkat dasar dari elemen lainya. Dari informasi yang aku kelola dari skill analyst yang aku miliki. Di dunia ini ada 4 sihir elemental yaitu api, angin, air, dan tanah. Lalu ditambah lagi dengan 2 elemental khusus yaitu cahaya dan kegelapan. Cahaya dan kegelapan ini termasuk elemental yang sangat langka didapatkan jadi kupikir aku hanya akan mencoba mendapatkan 3 sisanya yaitu angin, tanah, dan api. Setidaknya ini yang dikatakan Yuna.

Ngomong-ngomong harusnya ada juga sihir non-elemental mungkin seperti sihir penyembuh atau pengendali pikiran atau sihir bayangan atau mungkin sihir untuk memperkuat senjata. namun sepertinya untuk saat ini aku belum ahu banyak soal ini.

Lagi pula sepertinya keempat sihir elemental mewakili bentuk-bentuk unsur alam seperti tanah untuk benda padat, sihir angin untuk gas, sihir air untuk benda cair dan sihir api dan listrik untuk plasma. Aku yakin masih banyak elemen sihir lainya yang belum diketahui.

Kupikir Yuna mungkin juga memiliki sihir angin juga, jadi mungkin aku akan mencoba memintanya mengajariku. Aku mungkin juga akan meminta beberapa petualang lain untuk mengajariku atau setidaknya menunjukan dan melemparkan sihirnya kepadaku. Ya mungkin jika itu sihir api mungkin akan terasa menyakitkan. Namun ini cara paling efektif untuk menyalin teknik yang mereka miliki.

Sehingga akhirnya aku memutuskan untuk menemui mereka untuk belajar sihir atau minimal aku bisa menerima serangan sihir mereka untuk bisa menyalin elemen sihir yang mereka miliki.

Ngomong-ngomong cara kerja menyalin element sihir sendiri yaitu skill analist-ku menganalisa dan mengurai informasi dari data yang kudapatkan dari indraku baik mata ataupun kulit. Lebih baik jika aku mendapatkan informasi dari melihat dan merasakan serangan. Lalu dengan informasi yang aku dapatkan aku mencoba menganalisa bagaimana cara agar tubuhku dapat mengolah materi sihir menjadi element yang sama. Ini membutuhkan perpaduan antara skill analyst dan skill mind acceleration-ku.

Sebenarnya tidak mudah untuk menganalisa dan menirukan suatu hal yang baru saja kau ketahui. Namun karena skill mind accleration,  jadi proses itu tidak membutuhkan waktu lama karena  proses berfikir dan menganalisaku tidak terikat ruang dan waktu. Sehingga dalam sekejab aku bisa memahami konsepnya dan mengatur tubuhku agar terbiasa dengan teknik itu. Sebenarnya hal tersebut lumayan melelahkan. Jadi kupikir aku harus lebih banyak makan setelah belajar untuk meningkatkan energi-ku. Aku juga mulai belajar menyerap materi sihir tersebar di alam jadi kupikir itu juga akan membantu.

...***...

Pagi itu aku pergi ke cafe seperti biasa dan meminta Yuna untuk mengajariku. Pengguna sihir berambut biru itu sepertinya sangat senang karena dia akan berdua saja denganku. Namun sepertinya subaru dan Cabal terlihat iri dengan itu, namun mereka juga tidak punya alasan untuk menolak. Lagipula kita juga sering menjelajah labirin bawah tanah bersama. Jadi kupikir mereka seharusnya tidak dirugikan dalam hal ini.

Yuna kemudian menuju tempat yang agak lapang untuk mengajariku. Dia menjelaskan mulai dari awal. Awalnya energi sihir di dapatkan dari semacam materi sihir yang didapat di alam di sekitar udara kita. Materi ini hanya bisa diolah dengan menyerapnya ke dalam jiwa sehingga butuh konsentrasi untuk menggunakannya. Namun sebenarnya manusia bisa menghasilkannya sendiri dalam jumlah terbatas dan sedikit ketika kita memproses makanan. Namun karena jumlah sedikit jadi itu cukup untuk digunakan.

Menurut Yuna, sihir elemen sendiri berasal dari cara jiwa merubah materi sihir menjadi suatu element alam dan menggunakannya untuk menyerang atau kebutuhan lain yang kita butuhkan. Mungkin kurang lebih seperti itu yang dia katakan.

“Baiklah kita mulai, ikuti aku yah!” Seru Yuna.

“Baik,” jawabku.

“... vayu ,”Yuna mulai mengucapkan mantra sihir angin tingkat dasar dengan kata kunci “vayu” lalu muncul angin sepoi-sepoi dari tangannya.

lalu yuna juga menyebutkan mantra air dan mulai muncul air. Ia berteriak “... tirta” dan muncullah air di tangannya. Ia bilang jika menggunakan tongkat ia bisa menggunakan sihir lebih besar.

Sebenarnya aku kurang paham bagaimana mantra yang dia ucapkan, tapi setidaknya aku berusaha mengingat kata kunci dan bagaimana cara memunculkanya. Ngomong-ngomong kata kunci untuk api adalah “agni” dan “bhumi” untuk sihir tanah. Yah, bagaimanapun aku tetap harus berterima kasih kepada Yuna.

“Baiklah aku paham Yuna-sensei. Terima kasih atas pengajaranmu,” aku mengunggkapkan rasa terima kasihku padanya. Namun meskipun begitu, sepertinya dia malah berlagak agak sombong.

“hump hump hump, baiklah murid terpercayaku. Kau belajar dengan sangat cepat,” Yuna berbicara dengan nada sombong sembari membusungkan dadanya.

Sesaat kemudian akhirnya Yuna kembali ke kelompoknya untuk menjalankan misi namun aku meminta izin kepada Cabal untuk tidak ikut mereka dalam misi dan ingin fokus berlatih. Sepertinya mereka kurang peduli dengan alsanku namun mereka membiarkanku berlibur sebentar untuk latihan.

...***...

Aku mencari orang yang mau mengajariku element lainya namun sepertinya agak susah untuk meminta petualang tidak dikenal untuk mengajari kita suatu teknik. Aku juga tidak bisa bertanya kepada Subaru, Kazuma maupun Cabal karena sepertinya mereka sedang sibuk. Sepertinya Aisyah juga sama, bahkan aku tidak melihatnya pagi ini. Sebagai hasilnya aku mencoba mengikuti turnamen amatir skala kecil untuk mencari petarung dengan sihir api dan tanah.

Rencananya aku akan mencoba mengalahkan musuhku secepat mungkin jika dia tidak memiliki banyak kemampuan yang bisa disalin. Namun aku akan berusaha bertarung selama mungkin jika aku merasa dia mempunyai sihir tanah atau api. Lagi pula aku tidak ada niat untuk menjuarai turnamen kecil ini.

Turnamen sepertinya berlangsung selama seminggu jadi aku kira mencoba untuk menjadi juara hanya menghabiskan waktuku karena aku berencana untuk kalah sesaat setelah aku mendapatkan apa yang aku cari.

Lagi pula disaat inilah aku bisa menunjukan bagaimana kekuatan dari mind acceleration. Aku bisa memprediksi serangan musuh 10 detik sebelum ia bergerak. Lagi pula dengan bekal pelatihan dari kakek dahulu kupikir aku juga tau apa yang harus kulakukan untuk mengatasinya.

Ngomong-ngomong arena pertarungan tempatku berdiri semacam kandang sapi di dalam peternakan yang penuh dengan orang dan penonton. Kurang lebih tempat ini seperti arena adu manusia layaknya kolosium namun versi buruknya.

Bau keringat dan alkohol tercium dimana-mana dan teriakan berisik para penonton selalu terdengar. Arenanya sendiri berbentuk lingkaran dengan pagar kayu dan beralaskan pasir. Arenanya sendiri berbau amis bekas darah para penantang yang berceceran di lantai pasir arena.

Ngomong-ngomong pertarungan pertamaku tidaklah spesial. Analisaku menyebutkan musuhku tidak memiliki kemampuan spesial yang bisa aku salin. Lagi pula ida juga bukan petarung kelas berat. Sehingga aku memutuskan mengalahkannya dalam satu tebasan pedang pendeku. Karena seluruh gerakannya terbaca jadi aku tidak repot-repot untuk bertarung sengit dengannya.

Pertarungan singkat itu membuat penonton bersorak tetapi ada juga yang kecewa karena kalah taruhan. Lalu pertarungan selanjutnya berlangsung sekitar 1 jam lagi dan kemungkinan musuhku memiliki element tanah jadi inilah waktu yang aku tunggu.

“Baiklah pertarungan dimulai,” teriak sang wasit.

Lawanku adalah seorang pria tinggi besar berotot dengan berwajah dengan rambut bergaya mohawk. Ia berpakaian kasar ala barbarian membuatnya terlihat seperti preman. Ia bersenjatakan dua palu untuk mendukung sihir buminya.

Sepertinya skill mind acceleration-ku bekerja cukup baik dalam pertarungan seperti ini. aku memprediksi dia akan menjepitku dengan elemen tanah lalu melempariku dengan batu dan memukulku dengan palu. Ada kemungkinan jika aku menghindar dia akan menyemburkan pasir untuk mengahalangiku. Jadi kupikir aku harus waspada dan menentukan serangan mana yang harus aku terima dan mana yang harus aku hindari. Aku juga butuh menang agar bisa bertarung lagi dengan petarung yang berelemen api. Jadi aku memutuskan segera bergerak dan terhindar dari himpitan tanah miliknya.

Aku lalu melompat dan menerima serangan hembusan pasir yang menggangguku, aku sendiri sengaja menerima serangan itu untuk mempelajarinya. Aku juga mencoba menahan serangan lemparan batu dan jebakan lumpur miliknya. Aku diam ditempat seolah terjebak lumpur dan menahan setiap batu yang mengarah padaku dengan kedua lengan melindungi wajahku. Namun ketika ia mencoba menyerang dengan palu aku melompat dan membuatnya kaget.

“Kukira cukup sampai disini, sekarang giliranku!” Teriaku.

“Diam dan menyerahlah anak kecil. Kau hanya akan melukai dirimu sendiri,” jawabnya.

“Kau banyak bicara, lihatlah ini!” aku membalas ocehanya.

Aku melompat dan menghilang lalu mengalahkanya dalam satu tebasan. Tebasanku hanya membuatnya pingsan karena aku menggunakan sisi lain dari pisauku. Namun itu cukup untuk membuatku menang. Ngomong-ngomong aku mengalami memar di sekujur tubuhku dan aku sedikit terjatuh setelah pernyataan kemenanganku. Namun aku mengatakan pada wasit untuk tetap lanjut.

Sepertinya sihir lumpur juga bisa membuatku untuk bersembunyi dalam tanah membuat serangan kejutan. Jadi kupikir akan mencobanya lain waktu tapi sepertinya tidak kali ini karena aku sudah lelah. Lagi pula di pertandingan selanjutnya aku merencakan untuk menyerah tepat setelah aku merasa cukup puas dalam menyalin teknik musuh. Lagi pula aku masih pemula dan badanku sakit semua, aku butuh istirahat untuk besok jadi kuharap aku mendapatkan sedikit bayaran dari arena ini atau setidaknya bagaian dari taruhan yang penonton pasang untukku.

Lagi pula pada dasarnya arena kecil seperti ini adalah arena tidak resmi, ilegal dan banyak perjudian. Namun menurutku tempat seperti inilah yang cocok untuk mencoba kekuatan seseorang atau lebih tepatnya mencuri teknik  seseorang.

Sepertinya jika kupikir-pikir, teknik bertarungku bukan teknik yang bisa digunakan untuk bertarung dalam jangka panjang. Namun ini adalah teknik bertahan dengan menggunakan tenaga seminimal mungkin. Sementara teknik tebasanku adalah teknik ninja yang digunakan untuk melumpuhkan musuh dalam sekali serang, jadi mungkin penonton bisa saja kecewa pada penampilanku. Karena pertarunganku selalu berlangsung dengan cepat.

Setelah lelah bertarung aku masuk kembali ke ruang tunggu peserta untuk beristirahat. Beruntung tidak ada yang datang ke ruanganku sehingga aku bisa santai. Satu jam kemudian aku siap untuk bertarung lagi. Sesuai dugaanku sepertinya lawanku memiliki sihir api jadi mungkin aku kali ini beruntung. Namun disisi lain aku juga mulai ngeri membayangkan besok  aku merasakan tubuku yang terbakar dan memar.

Lalu setelah sekitar satu setengah jam istirahat. Ini waktuku bertarung lagi dalam arena itu. Musuhku ada seorang pria muda dengan tubuh ramping namun sedikit berotot dengan rambut berwarna hitam. Dengan raut muka yang sekilas terlihat keren dan serius.

“Baiklah, bersiap dan mulai!” Teriak wasit memulai pertandingan kami.

Gerakan pria itu sangat cepat dan dia tidak banyak berbicara selain mengucapkan mantra api. Dari yang kudengar sepertinya agni adalah kata yang digunakan untuk segala macam sihir api.

Gerakanya cepat sehingga aku hanya bisa memprediksi beberapa detik sebelum dia menembakan apinya sehingga aku hanya bisa menghindar. Dia mengeluarkan api dari kepalan tanganya dan menyerang menggunakan tinju dan tendanganya yang senantiasa mengeluarkan api. Mendekati dia dan bertarung jarak dekat tidaklah mudah tetapi jika aku bisa melakukanya aku yakin kita seimbang.

Jika kita bisa bertukar pukulan kurasa ini akan menjadi turnamen bela diri yang sesungguhnya. Saling jual beli serangan dengan berbagai jurus yang keluar dari masing-masing pihak akan terlihat asyik. Namun sayangnya saat ini aku hanya bisa lari menghindar.

Aku juga tidak bisa begitu saja menerima semua serangan dan menerima semua luka bakar. Setidaknya aku ingin menunjukan sedikit perlawanan. Yah, setidaknya aku ingin tahu bagaimana gerakan bela diri yang ia gunakan. Ia sering menggunakan tendangan samping untuk mengincar kepalaku, tendangan berputar, tendangan rendah untuk menjatuhkan-ku. Kuda-kuda dia juga cukup kuat dan sangat rendah sehingga dia menunjukan kekuatan dan kelincahan, namun dalam hal tinju sepertinya ia fokus menggunakan tinjunya untuk mengeluarkan api.

Setelah berputar-putar menghindari serangan dan dan mencoba mendekat sesekali. Kupikir aku sudah sedikit memahami bagaimana pola seranganya dan teknik pukulannya. Jadi kupikir sepertinya ini saat tepat untuk menyerah dan menerima serangan api itu. Ini pasti akan menyakitkan tapi aku harus melakukanya jika ingin dengan instan mendapatkan teknik sihir element api itu.

“Blazing agni,” pria itu meneriakan mantranya dan mengarahkan tinjunya kepadaku dan membuat apinya menyentuhku. Kulitku terkena luka bakar itu namun tidak lama karena aku segera melapisi diriku dengan air dan tanah.

“Baiklah aku menyerah,” aku mengangkat tanganku kepada wasit dan wasit menyatakan pria itu sebagai pemenangnya.

Sepertinya tidak ada perawatan medis disini namun aku mendapatkan uang dari hasil bertarungku. Sepertinya uangnyapun lumayan. Sekitar 100 keping perak dari 2 orang yang aku kalahkan sebelumnya.

...***...

Terpopuler

Comments

Ajna dillah

Ajna dillah

/Casual/

2024-01-24

1

lihat semua
Episodes
Episodes

Updated 35 Episodes

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!