chapter 16 : pembantaian

Aku kembali ke daerah perkampungan kumuh itu dan yang aku lihat hanyalah api membakar bangunan di mana-mana. Mayat-mayat bergelimpangan noda darah mengotori dinding. Hawa panas terasa di kulitku. Bau asap dan daging terbakar tercium dari jauh. Suara langkah prajurit dan suara pedang beradu samar-samar terdengar di telingaku. Sepertinya itu para prajurit pada akhirnya datang menyerang. Pada akhirnya kekaisaran turun tangan untuk menunjukan kekuatannya pada kami.

“Tidak ada yang boleh takut, tidak boleh ada yang nyesal. Bakar! Bakar! Bakar semua rumah jangan ada yang terlewat!” Perintah sang komandan memimpin pasukan untuk membakar desa itu.

Para pasukan berjalan melewati kabut asap. Berjalan keluar ke tempat yang belum terbakar. Mereka mencari siapapun yang selamat dan membunuh mereka.

Beberapa elf yang masih di desa mencoba melawan perajurit untuk melindungi para penduduk desa. Namun mereka kalah jumlah dan tentu saja kalah dalam hal kekuatan. Beberapa elf baru saja menjadi petualang dan kemampuan mereka belum seberapa. Mungkin rata-rata prajurit akan setara dengan petualang tingkat ahli atau mungkin para komandan akan setara dengan tingkat veteran. Namun kebanyakan para elf masihlah petualang tingkat pemula.

Para penduduk desa bahkan lebih parah. Kebanyakan dari mereka yang masih tinggal adalah para orang tua yang tidak mampu lagi bertarung. Jika mereka melawan tentu saja mereka akan langsung dibunuh. Mereka tidak ada jalan lain selain menyerah atau mati.

Mereka adalah para petani yang masih merasa memiliki kesetiaan pada negerinya dan merasa mereka tinggal di kekaisaran Aryan dan akan senantiasa berada di sana. Oleh karena itu mereka tidak mengikuti para pemuda.

Namun apa yang mereka dapat? Mereka hanya mendapati rumah-rumah mereka dibakar. Hasil panen mereka dirampok dan mereka tidak ada pilihan lain selain menyerah dan menjadi budak untuk tetap hidup.

Namun melihat umur mereka menjadi budak pun itu sama saja dengan bunuh diri. Mereka tidak akan sanggup dengan pekerjaan kasar yang mereka terima dan akan mati kelelahan. Sebenarnya dari apa yang Irina katakan, manusia harunya tidak bisa menjadi budak di kekaisaran Aryan. Namun kerajaan masih bisa memasang segel budak kepada para kriminal, pemberontak, atau musuh negara. Biasannya hanya kriminal atau mata-mata dari Republik Romawi saja yang mendapatkan segel budak dari kekaisaran. Namun ini sepertinya pengecualian.

Biasanya juga tidak ada hal-hal seperti apa yang dianggap seperti pemberontakan. Namun sepertinya ini pengecualian. Bahkan harusnya mereka juga tidak memberontak. Mereka hanya mengembangkan kampung mereka senyaman mungkin dan memenuhi kebutuhan mereka sendiri sebisa mungkin. Mereka hanya ingin meningkatkan kehidupan mereka dengan bantuanku. Namun sepertinya mereka menganggap itu sebagai pemberontakan.

Mungkin bisa jadi ini memang salahku karena aku tidak mengetahui bagaimana masyarakat di dunia ini bekerja. Aku tidak tahu bagaimana kelas sosial disini hadir. Namun yang ku tahu sepertinya mereka ingin semua orang mudah dikendalikan. Namun dengan bantuan yang aku berikan kepada mereka. Para warga itu menjadi cukup mandiri untuk tidak bergantung pada kekaisaran.

Di samping itu, tentu saja masalah wilayah itu menjadi sarang para budak yang memberontak menjadi masalah utama. Statusku sebagai buronan mungkin juga berpengaruh. Namun aku masih tidak yakin apakah mereka telah menemukan hubungan antara kasus pembunuhan dengan apa yang aku lakukan disini. Karena sepertinya otaku masih belum menemukan bahaya.

Lagi pula kemampuanku untuk berfikir tanpa batas dan kemampuan analisa dan pengumpulan informasi juga masih lemah. Aku bukan tuhan dan aku tidak tahu segalanya. Yah, terkadang aku masih bergantung pada Irina untuk masalah informasi. Mungkin bisa jadi lewat irina juga aku dituduh sebagai mata-mata atau agen asing.

Yah aku tidak tahu agen mana yang dimaksud. Apalah republik Romawi atau para ketua suku elf. Yah sebenaranya pada awalnya aku tidak peduli dan hanya menjalankan misi. Lagi pula tidak ada salahnya membebaskan para budak dan membunuh sang bangsawan karena banyak orang terbantu. Namun meski begitu banyak orang juga membenciku. Aku mengacaukan negeri ini secara tidak langsung. Jadi tentu saja secara tidak langsung akulah yang menjadi alasan terbunuhnya mereka. Akulah yang mengajak mereka bekerja sama dan menyebabkan mereka berhadapan dengan kejamnya para prajurit kekaisaran.

Jadi aku akan menebusnya dengan menghadapi para prajurit itu dan menyelamatkan orang sebisaku. Lagipula aku tidak sendiri, karna dan kawan-kawanya bersamaku. Tidak peduli di dunia mana aku berasal. Para penguasa akan selalu menyakitiku dan orang-orang yang bersamaku. Mereka tidak akan membiarkan bangsa lain tenang. Selama mereka mendapatkan keuntungan. Tidak peduli itu Amerika, Rusia atau kekaisaran Aryan. Tidak peduli itu orang Jepang, darah campuran, demi human, elf, kucing. Mereka selalu saja berakhir sama, mereka semua dibunuh dan diperbudak, terdiskriminasi. Namun apakah aku juga akan berakhir sama di sini? Lihat saja. Lagi pula dunia mana lagi yang akan aku tuju jika aku akan mati.

...*** ...

Aku mendekati lokasi itu dan bersama-sama mencoba merapal mantra upacara hujan. Namun sepertinya itu tidak banyak membantu. Hanya terjadi mendung dan gerimis dan kapasitas sihir kita juga banyak berkurang percuma. Lagi pula tidak ada di antara kita yang memiliki job mage.

Aku segera merapal kan sihir air tingkat dasar untuk memadamkan api di dekatku untuk membuka jalan dan segera masuk dan berlari. Aku menghilangkan hawa keberadaanku dengan sihir angin seperti biasa. Aku juga meringankan tubuhku dengan sihir gravitasi dari element tanah. Aku lakukan apapun untuk berlari lebih cepat meskipun menguras sihir-ku.

Di belakangku teman-teman lainya mulai berlari masuk dan menghadapi para prajurit meskipun yang aku tahu mereka kalah unggul dari para prajurit itu. lagi pula mereka juga kalah jumlah dengan mereka.

aku melihat karna juga bersiap. Ia merapal mantra asing dan subah cahaya memancar dari tanganya yang seakan bergerak meminta sesuatu. Cahaya itu makin memadat dan terbentuklah sebuah busur panah.

“Sebuah busur panah? Namun dimana anak panahnya?” setidaknya itulah pikirku.

Rupanya sepertinya Karna adalah seorang pengguna busur. Aku tidak tahu apakah dia sniper si penembak jitu ataukah hanya pemanah kelas hunter sang pembasmi monster. Namun sepertinya ia sangat ahli seperti petualang kelas atas.

Ngomong-ngomong Karna adalah pria dengan rambut hitam sepanjang leher dengan tatapan muka yang tajam dan muka serius. Serta suara yang terasa berat.

Seperti ingin mengejutkan aku lagi. Ternyata panah yang Karna gunakan adalah panah sihir. Sehingga cukup menarik tali dari busur panah, sebuah cahaya akan muncul dan membentuk sebuah anak panah. Sepertinya dari analyst ability-ku menjelaskan bahwa jumlah, bentuk kekuatan, dan elemen dari panah yang akan digunakan tergantung dari penggunanya. Dan sepertinya anak panah yang ia gunakan sekarang adalah tipe piercing armor. Tipe panah yang sanggup untuk menembus armor baja para prajurit kekaisaran.

Anak panah itu sepertinya juga memiliki kemampuan untuk memperbanyak dirinya setelah ditembakkan. Mata anak panahnya juga bisa hancur menjadi proyektil kecil setelah menancap di dalam tubuh target sehingga akan menyebabkan luka lebih parah dan sulit dicabut. Namun sepertinya fungsi seperti itu dikendalikan langsung oleh si pengguna. Jadi sepertinya tidak usah repot-repot untuk melakukan pertunjukan selama para prajurit berhasil dikalahkan.

Di sisi lain, aku sendiri menggunakan percepatan pikiran untuk memperlambat gerak semua orang.

Sehingga aku dapat bergerak cepat dan presisi untuk menyayat leher para prajurit yang sudah pasti tidak akan terlindung oleh armor baja itu. ini adalah gerakan yang tidak akan bisa dilakukan jika aku menggunakan pedang yang panjang.

Namun tetap saja kecepatan-ku adalah segalanya disini. Karena tidak mungkin berduel dengan begitu banyak prajurit dengan menggunakan pisau tanto.

Dengan percepatan pikiran aku memperlambat setiap gerakan orang lain yang aku lihat. Sebenarnya gerakanku juga melambat namun aku menggunakan berbagai sihir untuk mempercepat gerakan-ku, sehingga gerakan-ku terlihat seperti dalam kecepatan normal.

Ngomong-ngomong, menusukan pisau ke mata atau tenggorokan mereka juga merupakan salah satu teknik efektif untukmembunuh para prajurit hanya dalam satu serangan. Walaupun tidak akan langsung membunuh mereka namun mereka akan mati perlahan kehabisan darah. Lagi pula lukanya akan cukup dalam hingga menyebabkan kerusakan pada otak.

Lagi pula, mana ada armor yang melindungi pada bagian mata? Tidak akan ada prajurit yang menutupi mata mereka ketika bertarung sehingga mata juga target yang bagus untuk pisau-ku. Serangan pada mata akan membutakan dan tusukan yang dalam akan merusak jaringan otak.

Setidaknya 10, 12, 15, 20, 27, 30, 40, entahlah berapa prajurit yang sudah aku lawan, tapi sepertinya mereka yang aku serang tidak langsung mengalami kematian walaupun mereka seketika jatuh dan mengalami kelumpuhan dan kehabisan darah. Namun ini masih jauh dari cukup. Sepertinya jumlah mereka disini ratusan. Jumlah yang cukup banyak jika dibandingkan jumlah kita yang kurang dari 10 orang.

Warga disini juga kelihatanya tidak berdaya melawan para prajurit. Jadi mungkin aku harus masuk lebih dalam. Masuk ke tengah-tengah api dan kumpulan musuh, berlindung di antara tebalnya kabut asap dan teriakan kesakitan.

Aku masuk semakin jauh dari kawan-kawan dengan harapan aku masih sempat untuk menyelamatkan yang lainya. Mungkin saja aku bisa membebaskan mereka meskipun tidak bisa membatalkan segelnya. Namun aku agak ragu apakah mereka akan membelaku atau justru membela tempat dimana mereka lahir? Aku tidak tahu.

Aku melaju jauh ke dalam ke dalam kumpulan prajurit dan menuju area yang terbakar. Berharap bisa menemukan sesuatu yang mungkin bisa aku selamatkan. Sementara karna dan teman-temanya jauh di belakangku. Bahkan kurasa sebagai pemanah, karena bahkan tidak butuh maju ke depan untuk membantu.

...*** ...

Aku akhirnya menemukan mereka. mereka berkumpul di satu tempat dalam kondisi selamat, namun sepertinya tangan mereka terikat dan aku melihat segel budak telah ditanam di tubuh mereka.

“Mereka telah menjadi budak!” Kataku.

Aku bertekad ingin menyelamatkan mereka namun jawabanku membuatku shock. Menurut mereka mereka tidak ada pilihan selain menyerah jika itu memang yang diinginkan negara mereka.

Bagi mereka jika itu untuk negara mereka, apapun akan mereka berikan. Tidak peduli jika sang penguasa adalah kejam maupun diktator. Bagi mereka jika negara menginginkan apa yang mereka miliki maka akan mereka berikan.

Setidaknya mereka telah berusaha melindungi para penduduk yang tersisa sebisa mereka. Walaupun berakhir pada pembantaian. Lagi pula kebanyakan yang ada disana adalah para orang tua dan beberapa wanita. Jadi tidak banyak para demi human yang jadi korban. Namun meskipun begitu keberadaan mereka cukup untuk menyebabkan kampung kita dibakar.

Jujur aku merasa dikhianati dengan keyakinan mereka yang lebih pro kepada kekaisaran. Namun aku tidak banyak berharap. Mereka adalah orang-orang lemah yang tidak bisa melawan para penguasa. Lagi pula kamilah yang merepotkan mereka sehingga rumah-rumah mereka dibakar.

“Maafkan kami tuan petualang. Kami sudah melindungi mereka sebisa kami walaupun akhirnya gagal,” ujar tetua mereka.

“Namun hanya ini yang bisa kita lakukan. Saya juga minta maaf tidak bisa mengikuti kemauan anda tuan. Sebagai warga negara ini sudah takdir kita untuk menerima nasib seperti ini. jadi biarlah kita disini,” lanjutnya.

“Baiklah, aku menghargai keputusanmu. Maaf kami telah merepotkan kalian,” aku menjawab mereka dengan perasaan bercampur aduk. Merasa kasian, dikhianati, namun juga merasa bersalah.

“Tuan sebaiknya kau segera lari, kita dan seluruh desa sepertinya sengaja di hancurkan untuk menjebak anda masuk dalam perangkap,” kata salah satu warga disana.

Dan tidak lama setelah perkataan orang itu, sang komandan pasukan pun muncul dari belakang ku dan mengayunkan pedangnya kepadaku membuatku langsung terjatuh karena tebasannya. Pasukan segera berkumpul dan mengepungku. Beberapa teman oranng yang datang bersama karna pun ikut diseret bersamaku. Kita dikepung, namun karna sepertinya berhasil lolos.

“Apakah aku akan mati disini?”

“Lalu dimana karna?”

“Apakah dia kabur? Atau justru dia di pihak para prajurit?”

“Entahlah, namun aku berharap dia menyelamatkan dan membawa bantuan”

...*** ...

Episodes
Episodes

Updated 35 Episodes

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!