Part 9

Please! jangan tabung bab ya, Author double up☺️

______________

"Pria? Siapa dia?" Ustaz Aiman bertanya, sembari melihat ke arah Masyitah, yang duduk dalam keadaan menundukkan kepalanya.

Melihat Ustaz Aiman, yang terus bertanya. Akhirnya, Masyitah memilih untuk menceritakan tentang pria itu kepada sang kakak. Ustaz Aiman, nampak terkejut dengan pernyataan sang adik, Masyitah juga terlihat begitu ketakutan di saat menceritakan tentang hal itu.

"Kamu tidak perlu takut, aku akan selalu di sini, tidak akan kemana-mana. Kita akan menghadapi pria itu sama-sama,"tukas sang kakak, Masyitah nampak lega setelah memberitahukan semua itu kepada Ustaz Aiman.

"Bagaimana hubungan kakak dengan Maryam? Bukankah, kalian berdua sangat dekat? Kapan kakak berencana untuk ta'aruf?" Tanya Masyitah, raut wajah Aiman langsung berubah kala mengingat bagaimana dirinya di hajar oleh pria yang membawa Maryam pergi waktu itu. Ustaz Aiman, nampak terdiam dan tak memberi jawaban atas pertanyaan sang adik.

"Malam ini, kakak ada pertemuan di sebuah restoran, kakak pergi dulu ingin menyiapkan sebuah berkas untuk kerja sama, nanti."Ujar Aiman, serta berlalu pergi meninggalkan ruang tamu.

Namun, melihat cucunya yang pergi begitu saja, Marlina bertanya kepada cucu perempuannya yang masih duduk di sofa ruang tamu.

"Siapa wanita itu? Apa dia sudah pernah datang ke sini?"Tanya Marlina, Masyitah menggelengkan kepalanya. Karena, Masyitah tahu Fairuz dan Marlina tidak menyukai orang dari luar Indonesia.

Di tempat lain, di House Hyde Park milik Jordan, saat ini Carolin sedang berada di dapur. Melihat Jordan dan Maryam yang sudah pulang wanita tua ini pergi menemui sang cucu.

"Dari mana saja kalian? Kenapa baru pulang?Bukankah, Neo menyuruhmu ke kantor pagi tadi? Kenapa baru pulang sore hari? Kemana kamu pergi waktu pagi hari?"Berbagai macam pertanyaan Carolin lontarkan untuk sang cucu laki-laki, sementara Maryam lebih dulu pamit pergi ke kamar. Begitu juga dengan Neo, yang pergi untuk mempersiapkan diri karena nanti malam harus menyiapkan sebuah perjamuan untuk Jordan dan Masyitah.

"Pertanyaan begitu banyak, aku harus menjawab yang mana dulu?"Tanya Jordan, yang sembari tersenyum khasnya membuat Carolin mendekat, lalu mengajak sang cucu laki-laki untuk mengobrol di ruang tamu.

"Kamu boleh menjawab semuanya. Tetapi, aku akan bertanya hal yang jauh lebih penting dari pertanyaanku sebelumnya."Carolin tersenyum, membuat Jordan memicingkan netranya menatap sang nenek.

"Daddymu, memintaku untuk mencarikan kamu seorang gadis untuk menikah denganmu, karena mereka meminta kamu untuk mengambil alih perusahaan Lucifer yang ada di Italia."Ungkap Carolin, Jordan menghela nafasnya lalu kembali tersenyum.

"Karena, orang tuamu menginginkan kamu segera menikah,"lanjut Carolin, Jordan kembali terkejut dan kali ini tertawa kecil, membuat Carolin heran akan perangai sang cucunya.

"Waw, itu bagus."Sahut Jordan memberi jawaban atas pernyataan Carolin barusan membuat Carolin mengerutkan keningnya. Karena, Jordan tak menolak saran orang tuanya untuk menyuruh dia menikah, sebelum itu Jordan pernah menolak sekali waktu di Italia.

"Pagi ini, aku pergi dengan tujuan yang sama. Aku pergi untuk melihat seseorang yang akan ku nikahi di masa depan, itu artinya aku sudah menemukan calon istriku, Oma."Ungkap Jordan, sembari mencubit kedua pipi Carolin dengan gemas, wanita tua itu nampak terkejut dan membelalakkan netranya.

"Apa maksud dari ucapanmu itu?"Carolin masih bingung dengan semua jawaban yang Jordan berikan, wanita tua ini belum bisa menebak apa isi kepala dari cucu laki-lakinya itu.

"Sudah ku katakan, aku mencintai seseorang."Lanjut Jordan, Carolin membulatkan matanya sempurna mendengar jawaban sang cucu. Bagaimana itu bisa terjadi? Jordan baru beberapa hari di Indonesia, tetapi sudah mengenali seorang perempuan.

"Oma, aku akan menikahinya. Aku butuh restumu, tolong katakan pada Daddy aku menginginkan wanita itu dalam hidupku,"tukas Jordan, kali ini memegang tangan Carolin, sembari memohon agar wanita tua itu memberi restu untuknya.

"Who's he?"

Neo, datang dengan membawakan sebuah bingkai besar yang baru saja di kirim oleh kurir ke tempat tinggal mereka.

"Itu dia!"Jordan menunjuk ke arah Neo, membuat Carolin menoleh, melihat gambar seorang gadis yang ada di dalam bingkai yang dibawa oleh Neo barusan.

"Ini gadis yang mana?Ini bukan gadis yang di kirim foto oleh orang tuamu?"Tanya Carolin, yang bingung. Lalu, Jordan berdiri dari tempat duduknya serta tertawa kecil berjalan ke arah Neo.

Jordan, mengelus bingkai foto itu dengan raut wajah yang bahagia.

"Dia adalah calon istriku, aku akan segera menikahinya. Oma, aku takkan menikahi gadis manapun kecuali dia!"Ucap Jordan dengan tegas sembari menggerakkan satu hari telunjuk ke arah Carolin.

"Siapa dia? Apa pekerjaan orang tuanya?Bagaimana penduduk setempat mengenalnya? Apa dia berasal dari keluarga kaya juga?"Tanya Carolin, mendengar pertanyaan itu, Jordan mengubah ekspresinya mejadi datar. Jordan tidak senang dengan pertanyaan Carolin.

"Sudah ku katakan, dia calon istriku. Aku keluarganya, tentu saja derajat kami akan sama setelah menikah. Oma, beritahu Mommy sama Daddy, aku hanya akan menikahi gadis itu saja!" Setelah mengatakan itu, Jordan pergi membawa bingkai foto Masyitah bersama dengannya, Jordan akan menempelkan foto itu di dinding kamarnya.

Carolin yang mendengarkan itu, syok. Dia tidak menyangka jika cucunya akan sama seperti anaknya, menentang keluarga demi seorang wanita. Carolin, terduduk di sofa, Neo hanya berdiri dengan diam, tidak mengatakan apapun terhadap Carolin.

_________________________

Saat ini, Jordan berada di dalam mobilnya, datang untuk menjemput Masyitah. Tetapi, wanita itu tak menunggunya di depan rumah. Tidak ada Aiman ataupun Fairuz, di rumah saat ini. Hanya ada Marlina dan Masyitah.

Ponsel Masyitah berdering, begitu Masyitah melihatnya itu panggilan masuk dari nomor baru, Masyitah langsung mengangkatnya.

"Assalamualaikum,"ucap Masyitah, begitu panggilannya terhubung. Tetapi, orang di seberang sana nampak tersenyum mendengar suara Masyitah.

"Waalaikumsalam,"tetapi malah sebaliknya, begitu mendengar jawaban salam, Masyitah malah terkejut, serta membelalakkan matanya, dia tahu jika itu adalah suara Jordan.

"Aku datang menjemputmu, turunlah kebawah. Tanpa memberitahu siapapun orang rumah."Tukas Jordan, Masyitah terlihat takut, di saat mendengar perintah Jordan.

"Kamu!"Masyitah berdiri dari tempat duduknya, sembari melihat ke arah jendela dari kamarnya, benar saja di luar ada Jordan bersama dengan pengawalnya.

"Tidak perlu takut, turunlah kebawah. Aku hanya ingin berbicara denganmu. Jangan biarkan aku menunggu terlalu lama, aku tak sesabar itu, ku beri kamu waktu lima menit, jika dalam waktu lima menit kamu tidak keluar. Jangan salahkan aku menjemputmu ke dalam, mungkin akan terjadi keributan lagi,"panggilan terputus, Masyitah terlihat syok. Tetapi dia segera keluar dari kamarnya dan bertemu dengan Marlina di ruang tamu.

Marlina memanggil Masyitah, di saat melihat wanita itu melewati ruang tamu.

"Apa yang terjadi? Kenapa kamu terburu-buru?"

"Oma, pria itu datang lagi. Aku harus berbicara dengannya, aku akan menghentikan semua ini, aku tidak akan membuat dia datang dan membuat keributan lagi besok!"Ucap Masyitah dengan tegas, tetapi Marlina tak membiarkan Masyitah keluar dia takut jika terjadi sesuatu dengan cucunya.

"Sayang, kamu tidak boleh menemukannya seorang diri. Bagaimanapun dia lelaki yang berbahaya, aku akan menghubungi kakakmu,"

"Tidak apa-apa, Oma. Aku akan baik-baik saja."

Masyitah dengan mengumpulkan keberanian pergi menemui Jordan di luar rumah. Tetapi, Marlina segera menghubungi Aiman yang saat ini berada di luar rumah, untuk memberitahu perihal masalah Jordan yang datang menganggu adiknya lagi.

Masyitah, membuka pintu gerbang rumahnya. Di luar sudah ada Jordan yang berdiri di depan mobil. Mengetahui Masyitah telah keluar pria ini menatap Masyitah yang berjalan ke arahnya.

Jordan tak berkedip barang satu detik pun. Pria ini terpesona dengan hanya melihat netra Masyitah saja, padahal Jordan tidak pernah tahu bagaimana wajah Masyitah di balik cadarnya itu?.

Semakin lama langkah itu semakin dekat, Jordan tersenyum di saat Masyitah telah tiba sampai ke mobilnya. Seakan Jordan berkata kepada dunia, jika dia telah di butakan oleh cintanya terhadap Masyitah.

'MasyaAllah'

Terpopuler

Comments

Yani

Yani

Gimana reaksinya Aiman

2023-09-16

0

Neulis Saja

Neulis Saja

i agree you that Jordan married Masyitoh so that your attitude will be good👍

2023-09-08

0

Mentari

Mentari

pasti syok ustadz aiman kl tau siapa yg di temui adeknya

2023-09-08

1

lihat semua

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!