Part 3

Jordan masih membayangkan wajah perempuan bercadar merah yang sempat bertemu dengannya di waktu yang tak terduga. Tetapi, justru hal itu membuat Jordan kehilangan muka, Jordan meninggalkan kesan yang kurang baik terhadap wanita itu, bisa saja saat ini wanita tersebut sedang mengutuk Jordan dari jauh.

"Tuan muda, kita telah sampai," ucap Neo, yang telah berhenti di depan sebuah rumah berlantai dua. Rumah itu adalah milik keluarga Xavier. Putri Maryam tak tinggal bersama dengan keluarga Xavier, hanya saja di hari libur dia datang berkunjung ke rumah Adam dan Najwa.

Jordan menghela nafasnya, lalu Neo menahan tangan Jordan di saat pria ini hendak turun. "Sembunyikan senjata Anda lebih dulu, karena jika Maryam melihatnya, dia akan merasa sedih dan marah kepada Anda,"

Mendengar ucapan Neo, terlihat hidung Jordan yang kembang kempis seakan pertanda kalau pria ini menolak saran dari Neo. Jordan menarik paksa tangannya hingga Neo, hanya bisa menghela nafas saja. Neo sudah berusaha untuk memperingati Jordan, tetapi seakan Jordan tuli akan peringatan dari Neo, Jordan tak mengindahkannya.

Jordan, turun lebih dulu lalu barulah Neo menyusul. Jordan menatap rumah bewarna putih dua lantai itu dan dia berdiri sembari berkacak pinggang. Neo, tersenyum melihat suasana di Indonesia meskipun sedikit panas tetapi itu menjadi tempat yang baru untuk mereka berdua.

Bunyi bel rumah yang sejak tadi di tekan oleh Neo, tidak juga pintu rumah kunjung terbuka, hingga membuat Jordan geram dan menendangnya sekali.

"Tuan muda, apa yang kamu lakukan, kamu bisa merusak pintu rumah ini, sabar mungkin orangnya tak ada di rumah," Neo menahan kaki Jordan yang akan menendang pintu itu untuk kedua kalinya.

"Sialan! Untuk apa kesini? Kenapa nggak langsung ke tempat Putri?" Jordan menatap Neo dengan marah, pria ini sungguh tak bisa bersabar barang satu menitpun. Darah Tiger mengalir kental dalam tubuh Jordan, sehingga dua orang itu sangat mirip kepribadiannya, bagaikan saudara kembar, padahal Jordan adalah anak dari Tiger, Mafia Sisilia.

"Maaf, cari siapa?" tanya seseorang, Neo dan Jordan berbalik lalu melihat wanita yang berusia sekitar kurang lebih 70 tahun, memegang tongkat dan berdiri di depan mereka saat ini.

Wanita itu memakai cadar, lalu melirik ke arah Neo dan beralih menatap lama ke arah Jordan.

"Nenek," ucap Jordan, lalu langsung menghampiri wanita tua itu, Jordan memeluk dan mencium tangan wanita tersebut.

"Jordan Lucifer Xander," ucap Wanita tua itu setelah pelukan mereka terlepas, dan wanita itu memegang wajah Jordan, pria ini hanya tersenyum tipis, lalu memegang tangan wanita tua.

"Oma, Najwa?"ucap Jordan, beberapa orang tiba-tiba muncul yang berasal dari taman belakang, lalu melihat Jordan dan Neo telah sampai.

"Kakak!"seru Putri Maryam, yang sedikit berteriak pandangan Jordan langsung teralih ke arah sumber suara itu, Jordan melepas tangan Najwa yang sejak tadi digenggam olehnya. Kini Jordan berlari ke arah Putri Maryam, serta memeluk erat tubuh mungil wanita cadar itu.

"Babyku," ucap Jordan, masih memeluk Putri Maryam, seakan tak ingin melepaskannya. Putri Maryam yang merasa sesak nafas, langsung memukul dada bidang Jordan agar pria itu mau melepas pelukannya.

Jordan sangat menyayangi adiknya, di saat kecil Putri Maryam sering sakit-sakit, sehingga membuat Jordan begitu sayang pada adiknya, hanya saja mereka gak bisa hidup bersama waktu itu, karena banyak yang mengincar anak perempuan Tiger, apalagi musuh Tiger yang begitu banyak. Mengetahui Tiger akan pensiun, banyak orang yang mengambil kesempatan itu, untung saja Neo mengambil alih memimpin mafia sisilia tanpa melibatkan Tiger dan keluarganya.

Namun, siapa sangka jika Jordan berada di samping Neo selama ini, memimpin mafia sisilia, demi tetap menjaga keamanan keluarganya.

Neo, memperkenalkan dirinya kepada keluarga Xavier, di sana ada Victoria istri Malvin, ada Izan anak dari Malvin dan Victoria. Tidak ada Adam, karena saat ini pria tua itu sedang berada di kamarnya.

"Tidak mau masuk dulu?"tawar Victoria, tetapi Jordan menolaknya, tujuan Jordan adalah untuk menjemput Putri Maryam dari tempat itu.

"Tidak Tante, terima kasih. Aku sudah membeli town house yang dekat dengan kampus Putri Maryam," ungkap Jordan, membuat Neo kembali membulatkan matanya.

Neo bertanya, "Tuan muda, kapan Anda membeli itu?"

"Tiga jam yang lalu, sebelum kita mendarat di Indonesia," jawab Jordan dengan raut wajah datarnya. Putri Maryam dan yang lain membulatkan mata mereka, tetapi bagi Neo itu sudah sering terjadi, bahkan mobil yang ada di halaman rumah Xavier baru saja di beli Jordan belum seharian ini.

Melihat wajah mereka yang terkejut, lalu Jordan berjalan ke arah mobil, serta meminta Putri Maryam untuk segera ikut dengannya. Dulu, Putri Maryam hanya tinggal di asrama yang dekat kampusnya. Dia tinggal bersama rekan kampusnya di asrama, dan wanita itu juga satu tingkatan dengan Putri Maryam.

Terpaksa Neo harus pergi dengan menggunakan taxi online. Karena mobil sport hanya muat untuk dua orang saja. Sepanjang perjalanan Putri Maryam hanya sibuk menceritakan kehidupan dia selama tinggal di Indonesia. Tetapi, Jordan dapat melihat jika Putri Maryam sedang memberitahu sang kakak betapa sepinya hidup dia di Indonesia jauh dari orang tuanya.

"Kamu sudah besar, Kakak akan tinggal bersama denganmu di sini," ujar Jordan mengusap lembut kepala sang adik.

Tak lama kemudian, mobil mereka memasuki sebuah halaman town house yang cukup mewah, pagar terbuka hanya menekan remote nya saja. Jordan turun lebih dulu, lalu membuka pintu mobil untuk sang adik. Terlihat Putri Maryam tersenyum begitu bahagia, Jordan senang melihat sang adik yang begitu bahagia.

Beberapa mobil box datang, ternyata mobil tersebut datang bersama dengan Neo, yang sudah membereskan semua barang milik Putri Maryam di asrama.

Ponsel Putri Maryam berdering, membuat raut wajah Jordan berubah seketika ketika sang adik melihat layar ponselnya. Jordan tak ingin perhatian sang adik teralih untuk hal lain.

"Assalamualaikum, ukhti." Ucap Putri Maryam, ketika panggilan itu terjawab. Tetapi, Jordan langsung merebut ponsel di tangan sang adik secara paksa.

"Kakak!"pekik Maryam, yang terkejut tiba-tiba ponselnya di rebut oleh Jordan, ketika Jordan hendak memarahi orang yang menelpon sang adik, tetapi suara Jordan tercekat di tenggorokan kala mendengar suara wanita yang di seberang sana.

[Waalaikumsalam, kenapa ukhti tak memberitahu saya, jika ukhti mau pindah? Harusnya saya bisa membantu Anda bukan?] tukas seseorang di sebrang sana, membuat jantung Jordan berdetak begitu kencang.

[Ukhti Maryam, apa Anda mendengarkan saya?]lanjutnya, Putri Maryam langsung merebut ponsel di tangan Jordan.

"Ma-Maaf ukhti, saya mendengar nanti saya menghubungi Anda lagi, saya tutup dulu ya, Assalamualaikum."

[Waalaikumsalam]

Panggilan terputus, tetapi Jordan terlihat tersenyum sendiri membuat Neo dan Maryam mengerutkan kening mereka.

Terpopuler

Comments

Mama Jihan

Mama Jihan

seperti teman nya putri Maryam itu adalah Masyitah 🤭🤔

2024-05-01

0

Alexandra Juliana

Alexandra Juliana

Apakah teman Putri Maryam adalah Masyitah?

2023-12-09

0

adning iza

adning iza

jordan bkin ketar ketir😁😁😁😁

2023-09-20

1

lihat semua

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!