19.

...♨♨♨...

Sepeda Bass ada di luar, terkena hujan.

Anggi terkekeh saat Bass lari dari ruang tengah dan berhenti sejenak untuk memasang sendal di teras. Hujan semakin deras kala itu dan Bass tidak mungkin pergi sendirian dengan aur mengalir membasahi tubuhnya. Yang ada akan membuat Anggi semakin ribet.

"Tunggu!" cegat Anggi.

Bass menatapnya sebelum melangkah, "Apa?"

Anggi meraih satu buah payung besar yang ada di keranjang dekat pintu. Dari segala jenis payung, Anggi meraih yang paling besar, agar Bass tidak kehujanan. "Gue ikut!"

Bass mengernyit heran karena tidak paham soal apa yang dimaksud oleh Anggi. Sedang Anggi membuka payung itu, dia langsung mendekat ke arah Bass dan memakai sendalnya.

"Ayo!" ujarnya.

Lelaki itu mengikut saja, dia tidak peduli karena yang penting adalah sepeda pamannya yang sekarang malang sekali. Kalau Helen tahu ini, pasti semua bisa menjadi gawat.

Sesampainya di depan gerbang, Bass menuntun sepeda milik Helen itu dengan Anggi yang masih memayunginya. Walaupun sebenarnya Anggi kesusahan untuk memayungi lelaki yang lebih tinggi darinya. Ya entah kenapa Bass diciptakan tinggi begitu.

"Kenapa sepeda gue ga dipayungin?" Bass bertanya dengan jenaka.

"Payungnya cukup buat berdua." kata Anggi menjawab, nada jutek masih tersisa di tenggorokannya.

"Berarti ga boleh ada orang ketiga iya kan?" Bass tertawa kecil.

Anggi menoleh pada Bass saat mereka menyusuri halaman, "Orang ketiga itu setan."

"Setan bukan orang."

Gadis itu memilih diam sampai mereka berdua sampai di teras. Bass mengangkat sepeda itu sampai lantai teras Oma kotor, padahal sebelumnya tidak pernah sekotor itu. Sedang Anggi meletakkan patung yang dia biarkan terbuka di teras, kemudian berjalan ke dapur dengan cepat.

Anggi menarik sebuah lap bersih dari lemari dapur, lalu berjalan lagi menuju teras dimana ada Bass sedang mengatur letak sepedanya. Entah kenapa Anggi malah peduli dengan dia. Tidak tahu peduli pada Bass atau hanya pada sepeda itu saja karena dia sebentar lagi punya sepeda juga.

"Ini!" Anggi menyerahkan lap itu.

Bass hanya heran saja kenapa Anggi tiba-tiba peduli begini padanya. Apa dia sudah berhasil membuat Anggi percaya kalau dirinya bukan titisan setan? Kalau iya, syukurlah. Dia segera mengeringkan sepeda dengan lap itu.

"Kenapa lo peduli gini?" tanya Bass, membuat Anggi mengerutkan dahi.

"Salah ya baik sama orang?"

"Baik sih iya, tapi lo ga sekedar baik tapi peduli." Bass bangkit sembari mendirikan sepedanya. "Lo udah ubah persepsi tentang gue?"

"Ha?" Anggi tidak mengerti.

Bass menghela napas, "Gue Bass, dan gue bukan kaya orang yang kaya lo pikirin. Mungkin lo bingung ke apa gue suka ngejahilin orang, tapi lo harus tau di balik itu ada alasannya. Lo yang bilang kan kalau setiap orang itu ada sisi baiknya?"

Gadis itu tertegun dengan tatapan kosong ke arah Bass, dia pikir kalau lelaki itu sedang curhat padanya. Dari kata-kata komplit dari Bass namun penuh teka-teki uang mungkin dia sengajakan agar Anggi bertanya lagi. Namun dia berusaha tidak peduli, kata hatinya: Siapa peduli? Mau lo nakal dari lahir, atau dari setahun lalu, bodoamat!

"Iya." jawabnya singkat.

Bass mengangguk, "Untunglah lo paham."

"Kalau gitu gue bisa minta lap itu sekarang? Gue rendem dulu." kata Anggi.

Bass menyerahkan lap itu pada Anggi, kemudian ikut masuk ke dalam saat gadis itu masuk pertama. "Gue tunggu disini ya!" ujarnya saat tiba di ruang tengah.

Anggi menghiraukan perkataan Bass dan berjalan cepat menuju kamar mandi untuk merendam lap yang sudah dipakai oleh Bass. Sebenarnya dia juga heran kenapa dia malah tergerak hatinya untuk melakukan ini. Walaupun dia jelas membenci Sebastian, tapi dia tahu kalau Bass juga bisa bersifat baik.

Selesai merendam lap itu, Anggi langsung pergi menemui Bass yang mungkin menunggu. Ternyata dia sudah bersama Oma bercakap-cakap di ruang tengah. Mereka berdua itu sudah seperti sahabat karib bagi Anggi. Lihat saja dari cara mereka tertawa bersama, itu menandakan kalau Bass pasti memiliki point khusus untuk membuat Oma bahagia.

"Anggi! Ayo duduk!" kata Oma saat menyadari kalau gadis itu berdiri tak jauh dari mereka.

Anggi senyum kepada Oma, "Iya Oma!"

"Jadi ceritanya Anggi ga bakal mandi sampai nanti siang, Oma?" tanya Bass seolah-olah dia menyindir Anggi yang masih berpakaian seperti itu.

"Kamu ini, Bass! Nyindir aja."

Anggi menahan tawanya, "Aku mandi dulu kalau gitu?"

"Nanti aja!" Bass setengah berteriak ketika Anggi beranjak dari kursinya.

Oma dan Anggi menatapnya bingung.

"Dingin Oma, nanti dia sakit!" lanjutnya.

"Ya udah tungguin ujannya reda." Oma beralih pada Anggi.

Anggi mengiyakan dan segera ikut duduk bersama mereka kembali.

Oma masih sibuk dengan rajutannnya ketika mereka berkumpul, sedang Anggi dan Bass diam seribu bahasa karena tidak tahu harus bilang apa. Walau begitu, di dalam hati hati mereka memiliki banyak celotehan yang membuat keduanya hanyut dalam lamunan.

Anggi masih berpikir soal Bass, kebapa dia bisa bersifat sok perhatian pada lelaki itu. Padahal dia benci, atau bisa dibilang kalau Anggi mengumpat lelaki itu sepanjang waktu di hatinya. Dia ingin Bass pulang ke kota dan tidak kembali. Tapi di sisi lain, dia merasa kalau semua orang kembali pada hatinya sendiri.

Setiap orang punya sisi baik masing-masing. Kata-kata ini didapat Anggi ketika Endy mengantarnya ke sekolah suatu hari. Anggi menceritakan soal seseorang yang selalu menyinyir soal Anggi ketika masih duduk di SMP. Dan saat Anggi sabar menghadapi orang itu karena perkataan Endy menaunginya, ternyata semua terasa lebih baik.

Baik pada Bass, Anggi ingin mencoba melihat apa sisi baik dari Sebastian. Ini penting untuk keamanan Glad kalau memang Bass ingin balas dendam pada Anggi atau Gladys. Setidaknya Anggi tidak perlu takut lagi karena lelaki itu nyatanya hanya dihukum, bukan untuk meneror Anggi.

Bass juga masih di dalam lamunannya. Pikirannya terbagi empat sama rata, dua puluh lima persen tiap bagian. Yang pertama soal Sarah, dia merindukan wanita itu dengan sangat-sangat. Kedua ialah, Bagas. Selain karena kesal, dia juga khawatir kalau-kalau pria itu sudah menelepon Helen. Ketiga, Bass memikirkan sahabatnya yang belum dia kabari pagi ini. Terakhir, Bass memikirkan Anggi.

Bagi Bass Anggi adalah perahu yang siap dia rakit untuk kembali menuju kota dan berkumpul dengan sahabat-sahabatnya. Dia beruntung memiliki Anggi untuk dimanfaatkan seperti itu, tapi di balik akal otaknya, ada keraguan di hati. Keraguannya muncul ketika tahu bahwa Anggi benar-benar tidak menyukainya. Gadis itu menunjukkan sikap yang menyatakan kebencian terang-terangan.

Dipandangnya Anggi sejenak, perempuan itu sedang memainkan kakinya sendiri dengan sudut meja. Mereka benar-benar diam dalam suara riuk-piuk hujan yang membuat telinga sedikit terganggu, walau hujan sudah mulai mereda.

Kembali pada Anggi, gadis itu menoleh pada Bass dan mendapati mata lelaki itu juga menatap ke arahnya. Keduanya sama-sama terkejut dan saling mengalihkan pandangan.

"Oma, Anggi mandi dulu ya? Kan udah mau reda hujannya." kata Anggi minta izin pada Oma.

Wanita tua itu mengangguk, "Jangan lama-lama ya Anggi. Nanti kamu sakit."

Anggi mengiyakan kemudian pergi berjalan menuju kamarnya. Di dalam, dia menarik napas frustasi karena apa yang dia pikirkan sesaat setelah dia menatap Bass.

...***...

Bass mengintip dari celah jendela dan memastikan kalau hujan sudah reda beberapa menit setelah Anggi beranjak. Memang masih ada rintik gerimis, tapi kalau Bass tidak segera pergi, pasti hujan turun lagi ddan dia tidak jadi pulang. Kalau Bagas tahu Bass keluyuran —walaupun sebenarnya tidak—, maka Bass harus siap menerima makanan ocehan dari ayahnya.

Dia pamitan pada Oma dan wanita itu mengantarnya ke luar rumah. Waktu itu pukul sembilan dan matahari masih enggan untuk bersinar, membuat Oma khawatir kalau hujan rintik ini bisa membuat Bass sakit nantinya.

"Bass ga kenapa-napa masih hujan?" tanya Oma.

"Engga kenapa-napa Oma, lagian nanti Tante Helen nyariin. Bass tadi udah janji buat nolongin Tante beresin rumah." dusta Bass agar Oma membiarkannya pergi. Walau sebenarnya dia masih ingin berlama-lama di rumah itu.

"Oh gitu, yaudah hati-hati!" Oma menyahut saliman tangan lelaki itu.

Bass tersenyum kemudian menuntun sepdanya yang sudah kering menuju halaman dan sampai ke depan gerbang. Dia segera mengayuh dan membelok, sampai ke depan rumahnya. Benar-benar rute yang singkat di desa.

Bass jadi penasaran dengan desa yang katanya banyak di sekitaran ini. Apa memang sedingin ini? Apa juga masih sepi kendaraan? Bingung Bagas kenapa dia harus ditempatkan kesini. Dan walaupun Bagas menempatkannya di luar negeri, Bass tetap bilang tidak. Alasannya satu, sahabatnya tidak akan bisa dia lepas.

Nyatanya, sama saja. Bagas membuatnya tinggal di desa, dia jauh dari sahabatnya, juga dengan Sarah. Dia membayangkan bagaimana Fariz membuat lelucon kala mereka berkumpul, bagaimana Dio bersiul ketika seorang gadis lewat, dan bagaimana Jhon menatap orang-orang dengan sangar.

"Bass!" panggil Helen yang menunggunya di ambang pintu.

Bass merasa tidak enak. Bisa ditebaklah apa maksudnya. "Iya Tante?"

"Darimana aja kamu?" Helen menghadap ke Bass. Baru kali itu Helen menjadi tegas walaupun wajahnya penuh dengan kasih sayang.

"Dari rumah Oma, emang kemana lagi? Dimana Bass bisa dapat ketenangan di desa ini?"

"Bass!" Helen menekankan suarnya.

Cleo muncul, mengintip dari jendela yang menghadap ke luar.

"Apa?" Bass mulai jengkel, dan ini kali pertama dia jengkel pada Helen. Apa Helen berhasil dihasut oleh Bagas? Kalau iya, maka Helen akan dianggap Bass sebagai orang paling aneh selain ayahnya.

"Sopan Bass! Sopan!" Cleo mendelik.

Bass menoleh pada Cleo, dia ingat. Helen baik padanya dan dia harus baik pada Helen. "Maaf Tante!"

"Bass! Tante bukan mau jahat begini sama kamu, Tante hanya mau kamu itu ngerti sama Papa. Dia hanya mau kamu berubah, dan jangan pernah bikin dia marah."

"Emang Papa bilang apa?" tanya Bass pada Helen.

Wanita itu menarik napas, "Papa marah besar sama kamu.

...♨♨♨...

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!