Galen memarkirnya motornya setelah sampai dirumah sakit, Galen terlihat begitu senang sampai bersiul riang.
"Moga Tante cantik suka, biasanya cewek kan sukanya coklat sama bunga. Apalagi kalau bunga bank." Katanya pada diri sendiri, "Eh, Tapikan Tante cantik punya semua," Galen hanya menghela napas.
"Resiko kalau suka sama wanita yang lebih dewasa, sudah mapan," Gumam Galen yang akhirnya masuk kedalam untuk menemui Sani diruang perawatan.
Saat membuka pintu senyum Galen sudah dipasang begitu lebar tapi saat tiba-tiba senyum Itu pudar saat melihat ranjang pasien kosong, bahkan ruangan itu sedang dibersihkan oleh petugas kebersihan.
"Maaf Mas cari siapa?" Tanya petugas kebersihan yang melihat Galen berdiri diambang pintu dengan wajah bingungnya.
Galen menatap pria yang usianya tak jauh darinya itu, tapi wajahnya terlihat lebih tua karena sepertinya seorang pekerja keras.
"Pasien di ruangan ini, apa sudah pulang?" tanya Galen yang sempat bingung karena tidak ada Sani didalam sana.
"Oh, sudah mas, baru dua jam yang lalu."
Galen mendesahh kasar, "Dia kan belum boleh pulang. Siapa yang sudah nekat membawanya pulang." Gumamnya dengan wajah kecewa karena tidak bisa bertemu dengan Tante cantik.
*
*
Di kediaman Xalendra, sejak tadi Sani hanya duduk dan berbaring di atas ranjang sambil menonton acara televisi.
Wanita itu bingung harus menghabiskan waktunya dengan apa, laptop disita jelas dirinya tidak bisa bekerja.
Mau turun ke bawah pun tubuhnya masih terasa lemas.
"Membosankan." Kesalnya yang merasa bosan didalam kamar.
Mengambil ponselnya untuk menghilangkan kebosanan, kok malah tiba-tiba berdering membuat Sani mengerutkan kening karena nomor baru.
"Siapa sih, males amat." Sani melemparnya begitu saja di atas kasur ia duduk sambil menggonta-ganti Chanel acara televisi tapi tetap saja tidak ada yang bagus.
"Ish, ngeselin banget sih." Geramnya karena sejak tadi ponselnya terus berbunyi.
Saat tangannya ingin kembali meraih deringan ponselnya sudah mati, tapi ada sebuah pesan yang membuat Sani penasaran.
"Siapa sih,"
"Tante cantik angkat dong?"
Sani kembali mengerutkan keningnya 'tante cantik' dia ingat panggilan itu.
Tak lama ponselnya kembali berdering, Sani mengangkatnya karena penasaran ada apa pemuda itu menghubunginya.
"Halo.."
"Tante cantik lama sekali angkat telponnya, apa Tante cantik tidak tahu kalau pangeran mu ini terlalu lama menunggu." Cerocos Galen dari seberang telepon.
Sani memutar bola matanya malas, ia pikir ada apa tapi malah mendengar ocehan yang tak berfaedah.
"Ada apa!"
Tanya Sani ketus dengan wajah datarnya.
Sani mendengar jika pemuda di seberang sana berdecak kesal.
"Tante aku didepan rumahmu, tapi aku takut kalau bertemu camer yang galak, ish.." Ucap Galen lagi dengan nada gelisah.
Sani mengerutkan keningnya, "Kamu salah alamat, pulang saja." Katanya yang merasa tidak mungkin jika pemuda itu tahu alamat rumahnya.
"Tante keluar dulu, Emm coba ke balkon deh. Kalau aku salah aku akan pulang, sok mangga." Pinta Galen dengan suara grasak-grusuk.
"Tapi kan-"
"Tante pliss deh, gak kasihan apa?" Suara Galen tiba-tiba memelas di telepon.
Sani menghembuskan napas kasar, wanita itu perlahan bangkit dari ranjang menuju balkon kamarnya.
"Tante pelan-pelan aja, nanti jatuh. Kalau mau jatuh nunggu Aa Galen aja biar bisa tolongin." Suara Galen begitu manis di tambah dengan cekikikan yang membuat Sani diam-diam mengulum senyum sambil geleng kepala.
Cukup perjuangan agar sampai di balkon, Sani mengedarkan pandangannya dan matanya menangkap sosok pemuda dengan motornya berdiri didepan pintu gerbangnya.
"Kamu ngapain? pulang aja sana!" usir Sani lagi dari telepon, Sani memerhatikan pemuda itu yang sepertinya membawa sesuatu.
"Tante sudah baikan, kenapa pulang? kan harus dirawat, padahal aa Galen tadi datang jenguk bawa coklat sama bunga, bunga Kamboja tapi bukan bunga bank." Ocehnya lagi sambil mendongak ke atas, di mana ia bisa melihat 'tante cantik'nya berdiri di balkon kamar.
"Kamu pikir aku sudah mati, kamu bawain bunga Kamboja!" seru Sani yang menjadi jengkel mendengar bunga Kamboja yang kebanyakan di tanam di kuburan.
"Eh, apa iya. Ini bunga apa ya Tante, aku gak tau namanya. Tapi kok cantik banget kayak Tante."
Kata Galen sambil mengulum senyum.
"Tante aku titipin pak satpam deh, Kalau gak suka Tante buang aja. oke."
Galen mengedipkan matanya sebelah saat Sani sedang menatap kearahnya, membuat mata Sani mendelik dan mematikan sambungan teleponnya.
Sani kembali naik ke atas rajang, ia duduk sambil bersandar di bahu ranjang, dan tak lama pintu kamarnya di ketuk bersamaan dengan bunyi pesan masuk ke ponselnya.
"Masuk!"
Sani membuka pesan foto yang masuk.
"Tante cantik cepat sembuh ya.. biar terus mekar dan cantik seperti bunga ini.. hehehe."
Sani menutup mulutnya agar tidak tertawan menyembur, melihat foto Galen bersama bunga yang baru saja di antar oleh pelayan.
Di dalam foto, wajah Galen tertutup oleh bunga dengan kedua jari telunjuk dan ibu jari yang tertaut membentuk love.
"Fotonya minta tolong pak satpam, xixixix."
"Ada-ada aja deh, kayak gini dibilang Kamboja." Sani menatap dua buket bunga dan beberapa coklat di dalam kantung kertas, membuat hanya bisa tersenyum.
*
*
Kamboja bunga kuburan ya Len 🤣
*Ini pose ala Aa Galen 🤭
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 63 Episodes
Comments
antha mom
Galen Galen bawa bunga kok bunga Kamboja 😄😄😄🤣
2025-03-21
0
Mamah Kekey
bisa aja galen 😂
2024-08-15
0
Alivaaaa
ya ampyuuun Galen, kamu bener² manis dan menggemaskan, tapi bikin aku ngakak juga 🤣🤣🤣🤣
2024-02-24
4