Mencarikan jodoh

"Mau apa lagi!" Sani berdiri didepan Galen dengan tangan terlipat didada, wajah wanita itu tampak kesal.

Galen tersenyum saat melihat wanita yang dia tunggu sejak satu jam lalu akhirnya muncul.

"Jangan galak-galak Tante, nanti aku bukanya takut malah makin cinta." Kata Galen dengan wajah cengengesan.

Sani memutar bola matanya malas, ia benar-benar tidak habis pikir dengan pemuda yang berdiri didepannya ini, tampan memang. Tapi Sani bukan wanita pencinta brondong.

"Sudah sana pergi, pulang minum susu, cuci kaki cuci muka terus tidur." Omel Sani yang malah membuat Galen semakin tersenyum hingga lesung pipinya terlihat jelas, sangat manis sampai Sani membuang wajah sebentar.

"Tante udah kayak Mama aku, biasanya Mama juga begitu ngomelnya, tapi di tambah pakai sun di sini -" Galen menunjuk pipinya dengan jari telunjuk, "Jadi perintah Tante tadi kurang kiss." Ucapnya lagi sambil menunjuk-nunjuk pipinya.

"Tante minta kiss dong!" Ucap Galen yang melihat Sani hanya melotot padanya.

Sani semakin geram, ia membuka tasnya lalu megambil satu permen yang dia bawa.

Plak

"Makan tuh kiss!!" Ucap Sani sambil menempelkan permen di pipi Galen membuat Galen tersentak.

"Lah, Tante minta kiss, bukan permen kiss-me." Seru Galen dengan wajah cemberut.

"Sinting! awas!!" Sani mendorong bahu Galen agar pemuda itu menyingkir dari pintu mobilnya, dan Sani pun masuk kedalam mobil di ikuti Fani dari posisi sebelah.

"Sayang kali tantenya cantik, kakak ngak duh-" Galen menggaruk kepalanya yang tidak gatal, ia juga tidak tahu kenapa suka sekali mencari Tante cantik panggilanya itu.

*

*

"Mbak, ngak suka brondong ya?" Tanya Fani saat di dalam mobil.

Sani melirik asistennya itu sekilas, "Suka, tapi berbentuk makanan, tau kan brondong itu pop corn." Ucap Sani dengan nada sebal.

Fani hanya mengangguk tanpa bertanya lagi, karena bos-nya akan sewot kalau bahas brondong tadi.

Mobil yang dikemudikan supir lebih dulu mengantar Sani kekediaman Xalendra, wanita itu turun dan menyuruh supir untuk mengantar Fani pulang.

Dengan langkah kaki gontai Sani masuk kerumah orang tuanya yang tampak sepi, tidak ada keramaian didalam rumah sebesar ini, padahal Sani berharap hubungannya dengan Nick akan jauh lebih baik sehingga bisa membina rumah tangga dan memiliki anak agar rumah kedua orang tuanya lebih hidup.

"Baru pulang Sayang."

Sani menoleh pada sofa depan televisi, ternyata papanya sedang duduk disana.

"Iya pah, Mama mana?" Tanya Sani yang duduk disamping papanya.

"Di kamar, bagaimana projek barunya lancar?" Tanya Arsen lagi sambil menaruh majalah bisnis yang tadi ia baca keatas meja.

"Hm, lancar Pah." Sani tersenyum kecil, wajahnya tampak lelah.

Arsen merangkul putrinya membuat Sani bersandar di dada hangat sang ayah.

Sani melingkarkan tangannya di perut Arsen merasakan pelukan hangat ayahnya yang membuatnya sangat nyaman.

"Mau papa carikan jodoh." ucap Arsen tiba-tiba.

Sani yang sedang memejamkan matanya langsung mendongak dan membuka matanya, ia menatap wajah ayahnya yang juga menatapnya.

"Apa papa ingin sekali aku menikah?" Tanya Sani dengan tatapan mata jernihnya.

Arsen tersenyum tanganya mengusap lengan putrinya.

"Siapa yang tidak ingin orang tua melihat putrinya menikah dan bahagia dengan pasangannya, Arsen pun sangat Ingin melihat anak-anaknya mendapatkan kehidupan yang bahagia, membina rumah tangga yang harmonis.

"Semua orang tua pasti menginginkan anaknya menikah, bahagia dengan rumah tangganya dan miliki anak-anak yang sehat, kamu sudah dewasa sayang usiamu sudah hampir kepala tiga." Tutur Arsen dengan suara lembut, ia memang tidak pernah kasar dengan putrinya begitu juga dengan istrinya selama menikah.

"Tapi semua laki-laki sama Pah, tidak ada yang tulus mencintai seperti papa mencintai Mama." Lirih Sani dengan sendu.

Sudah beberapa kali dirinya berusaha berdekatan dengan seorang pria, tapi semuanya sama saja, membuatnya memiliki rasa trauma untuk menjalin hubungan.

"Tidak semua sayang, hanya saja kamu belum menemukan laki-laki itu."

Arsen mengerti dengan perasaan putrinya beberapa kali dikhianati pasti menciptakan rasa trauma sendiri untuk Sani.

"Papa kenalkan kamu dengan anak rekan papa, tidak usah buru-buru, jika cocok kamu bisa lanjutkan, semua keputusan ada ditangan kamu papa tidak memaksa."

Sani hanya mengangguk, ia tidak akan membuat papanya kecewa ataupun sedih, baginya kedua orang tuanya adalah segalanya.

Terpopuler

Comments

Berdo'a saja

Berdo'a saja

nanti akan kembali juga sama si brondong

2023-10-18

3

Riana

Riana

berondong semakin di depan

2023-10-15

0

Kikan dwi

Kikan dwi

dulu berharap nya Antonio, eh ternyata dapat nya berondong playboy hadeuh...

2023-09-11

0

lihat semua

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!