Tante mahal

Sani sudah dipindahkan di ruang rawat VIP, wanita itu belum sadarkan diri dengan selang infus yang menancap di tangannya. Wajahnya tidak sepucat saat Galen bawa tadi, dan kini pria itu duduk di kursi sisi ranjang Sani sambil memandangi wajah cantik wanita itu.

Galen tersenyum saat pikiran konyolnya mulai berkelana, pria itu menatap wajah Sani sambil senyum-senyum sendiri tidak jelas.

"Kalau punya anak, wajahnya mirip siapa ya," Ucap Galen dengan bibir melengkung.

Dalam bayangannya Galen menikahi Sani dan mereka memiliki keluarga kecil, punya anak-anak yang banyak dan pintar-pintar apalagi memiliki istri cantik seperti Sani.

Ini bukan sisi Galen seperti biasa, Galen memang pemuda yang humble pada siapa saja, tapi seorang Galen Bagaswara tidak mengumbar senyum gila seperti saat ini, apalagi melihat seorang wanita, bagi Galen mereka biasa saja tidak ada yang menggetarkan hatinya maupun jiwanya, yang ada Galen hanya biasa saja.

Tapi entah kenapa, melihat wanita yang terbaring saat ini, sejak pertama kali bertemu di pinggir jalan Galen merasa ada sesuatu. Rasa penasaran untuk wanita yang ia temui dulu dan untuk ketiga kalinya mereka dipertemukan kembali.

"Sani Liora Xalendra, kenapa namanya tidak asing," gumam Galen sambil menatap wajah damai nan cantik Sani.

Karena penasaran Galen membuka aplikasi pencarian nama Sani Liora Xalendra di ponselnya, dan munculah beberapa artikel seseorang yang Galen cari, dari seorang wanita karir dan memiliki perusahaan fashion brand sendiri, dan putri dari pemilik perusahaan raksasa di Asia bahkan manca negara.

Membaca artikel itu Galen mengusap wajahnya kasar.

"Busyet, bukan kaleng-kaleng. Tante cantik mahal sekali." katanya sambil geleng kepala.

Mahal yang Galen maksud adalah, sisi materi seorang Sani Liora Xalendra, wanita karir yang memiliki segudang prestasi, bahkan Sani tercatat sebagai wanita yang memiliki karir sukses jajaran sepuluh besar. Galen benar-benar merasa speechless melihat sisi bibit dan bobot seorang Sani Liora Xalendra.

"Butuh waktu berapa lama aku harus berjuang untuk sepadan," Katanya lagi dengan tatapan sendu.

Galen menghela napas, "Tapi kan kalau jodoh gak akan kemana, jadi aku percaya jodoh ku Tante cantik." Katanya dengan wajah cerah.

Tangan Sani bergerak pelan, lenguhan kecil terdengar dari bibirnya dan disusul dengan matanya yang perlahan terbuka.

Galen yang melihat sangat antusias wajahnya langsung berbinar saat membuka matanya yang dilihat Sani adalah dirinya, seolah Galen ini sedang menunggui seorang istri yang tersadar dari koma.

"Emmh," Sani mengerakkan tubuhnya, sambil memegangi kepalanya yang masih terasa sakit.

"Tante, Tante jangan gerak dulu." Galen membantu Sani untuk duduk bersandar, Galen juga mengatur bed ranjang agar nyaman untuk Sani bersandar.

"A-aku di mana?" Tanya Sani dengan suara lemah, tubuhnya begitu lemas seperti tidak bertenaga.

"Minum dulu Tante, tanyanya nanti saja." Galen membantu Sani memberikan minum, Sani tidak menolak karena tenggorokannya memang terasa kering.

Setelah selesai minum, Sani mengehela napas dan memejamkan matanya sebentar, ia kembali membuka matanya dan menatap Galen yang tersenyum, senyum tampan Galen untuk Tante cantiknya.

"Terima kasih," Ucap Sani disertai dengan senyum kecil dibibirnya yang masih pucat.

"Kalau sembuh Tante harus makan teratur, istirahat juga teratur, kalau tidak aku yang akan menjadi alarm untuk Tante!" ucap Galen persis seorang anak yang sangat perhatian kepada ibunya.

Sani yang mendengarnya justru tersenyum merasa lucu.

"Senyum sakit aja cantik, apalagi senyum saat berdiri di pelaminan."

Ucapan Galen sontak membuat Sani mendelikkan matanya, yang malah membuat Galen tersenyum cengengesan.

"Dasar edan." gumam Sani tidak habis pikir.

***Karya ini telah kontrak dengan NovelToon, dilarang membajak karya seperti mencetak ulang tanpa izin.***

***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***