Hari ini bertempat disalah satu hotel mewah milik Tuan Mike. Pesta pernikahan itu digelar sangat mewah. Awalnya Marvin dan Marinka hanya ingin pesta biasa saja dan mengundang orang terdekat saja.
Tapi tidak dengan Tuan Mike. Dia tau perihal keributan yang terjadi beberapa waktu lalu dirumahnya, karna mendapat laporan dari asisten rumah tangga nya bibi Hana. Dia juga tau kalau Dania mengancam Marvin dan Marinka untuk segera mengakhiri pernikahan tersebut jika perusahaan Marinka membaik.
Tentu Tuan Mike takkan membiarkan itu. Maka dari itu dia adakan pesta mewah ini mengundang semua relasi bisnisnya tanpa terkecuali. Sekaligus memperkenalkan bahwa Marinka adalah istri Marvin. Dan akan tetap seperti itu sampai kapanpun.
Terlihat Marinka menghampiri tamu mereka satu persatu dengan senyum mengembang dibibirnya. Ada Leo disampingnya yang selalu setia mengajarinya dalam hal apapun. Bahkan mengajarinya bagaimana dia bersikap jika sedang berbicara dengan orang penting seperti ini. Semua tamu kagum akan kecantikan Marinka. Putri Tuan Louis yang tak pernah muncul kini muncul tiba-tiba membawa berita pernikahannya.
Marinka sangat cantik sekali, dari kejauhan Marvin tak henti mencuri pandangannya. Marinka sesekali tertawa dan berbicara dengan begitu anggunnnya. Mungkin besok Leo harus mendapat bonus yang besar. Pekerjaannya kali ini menjadi guru privat Marinka sepertinya sukses besar.
"Apa yang kau lihat Marvin? ". Goda briyan si dokter tampan yang dari tadi tak bisa menahan lidah nya untuk menggoda temannya itu yang tertangkap sedang mencuri pandang pada Marinka.
" Oh tidak ada ". Jawab Marvin setengah gugup karna menyadari temannya memergokinya. Sontak itu membuat Eric dan briyan terkekeh.
" bukankah waktu itu aku sudah bilang, kalian itu serasi. Tapi ternyata undangan yang kutrima terlambat sebulan". Ucap briyan terkekeh.
"undangan apa briyan? ". Tanya eric bingung. Membuat Marvin jengah pada kedua temannya itu yang selalu menggodanya.
" Diamlah briyan". Gerutu Marvin yang disambut kekehan kedua temannya.
Tak berselang lama Marinka menghampiri Marvin.
"Marvin.... ". Panggil Marinka pelan. Marvin segera mencari sumber suara itu. Didapatinya Marinka yang mulai terlihat kelelahan.
" Ya... Kenapa? Kau lelah? mau istirahat? ". Pertanyaan nya justru menimbulkan gelak tawa kedua sahabat gilanya itu. Membuat Marinka mengernyit tak mengerti.
" iya Marvin aku sangat lelah.. Aku berbicara dan selalu tersenyum dari pagi. Bibirku rasanya kebas sekali. Astaga paman Mike mengundang semua relasi nya. Tanganku pun ikut kebas rasanya ". Jawabnya pelan.
" Tenanglah Marinka setelah ini Marvin akan membantumu melemaskan bibirmu juga tanganmu, kakimu, tapi tentunya akan ada yang mengencang juga ". Kata briyan dengan wajah serius yang dibuat-buat. Perkataan briyan itu langsung mendapat respon tatapan tajam dari Marvin. Eric pun hanya tersenyum tertahan.
" Diamlah briyan, ". Geram Marvin tertahan.
" iya Marinka.. Kau jangan khawatir ". Tambah eric tak kalah serius.
Marinka menatap tak mengerti. Namun tiba-tiba semburat merah terlihat diwajah Marinka, setelah tau arah pembicaraan briyan dan eric Buru-buru dia pamit dari situ.
" Baiklah aku istirahat dulu. Aku sudah pamit pada Papa dan paman Mike ". Kata Marinka gugup. Kemudian berlalu meninggalkan tempat itu.
" Berani bicara sembarangan lagi aku potong lidahmu.. Dasar dokter mesum ". Kata Marvin kesal. Yang akhirnya menimbulkan gelak tawa sahabatnya.
" Astaga Marvin, Marinka itu unik,, cantik,, dia apa adanya".puji Eric tulus. Marvin memelototkan matanya.
"hay.. Kau sadar siapa yang kau bicarakan ". Seru Marvin semakin kesal.
" Iya.. Iya.. Baiklah.. Dia istrimu. Kau puas sekarang. Pelit sekali kau ini. Memuji saja tidak boleh ". Gerutu Eric.
Saat sedang berbincang itulah Dania menghampiri Marvin. Bergelayut manja dilengan Marvin. Membuat ketiga pria itu terkejut. Marvin mencoba melepas pegangan Dania. Namun dia malah semakin menjadi.
" Dania... Apa yang kau lakukan. Lepaskan tanganmu. Tidak baik dilihat orang ". Kata Marvin pelan.
" Memangnya kenapa? Bukankah seharusnya aku yang berada di pelaminan itu ". Kata Dania bergetar. Sedikit lagi airmata nya pasti sudah jatuh.
" Aku hanya tidak ingin orang lain berpikir buruk padamu Dania. Itu saja ". Kata Marvin membujuk.
" benarkah? Hmmmm... Marvin aku ingin ikut menginap disini ". Perkataan Dania itu sontak membuat Eric dan briyan terkejut. Sampai - sampai Eric menyemburkan minuman yang baru saja diteguknya hingga mengotori baju briyan.
"Eric... Apa yang kau lakukan? Kau mengotori bajuku".teriak briyan kesal.
" Maaf briyan aku tak sengaja ". Kata Eric tulus. Sambil milirik tajam kearah Dania.
" Astaga wanita ini, mulutnya tidak punya malu sekali".
Hal yang sama pun ada dipikiran briyan. Briyan lantas menatap tajam Marvin. Jangan sampai Marvin mengizinkan Dania ikut menginap disini. Meskipun berbeda kamar briyan yakin dia pasti punya rencana.
Marvin pun bingung harus menjawab apa. Jika diizinkan pasti akan terjadi keributan. Jika tidak pun pasti dia akan memaksa.
"Terserah kau saja ". Jawab Marvin serasa tersenyum paksa.
******
Suara gemericik air terdengar dari dalam kamar mandi. Sepertinya Marinka sedang mandi. Tak lama kran pun tertutup. Diiringi Marinka yang keluar dari sana. Menggunakan jubah mandi warna merah maroon, dengan handuk kecil yang ia balutkan dirambutnya yang basah. Dia tersenyum melihat Marvin yang tengah duduk diatas ranjang.
" Kau sudah dat___". Ucapannya terhenti lantaran disana tidak hanya ada Marvin tapi juga Dania, yang duduk disudut sofa.
" Bahagia sekali kau bisa menikah dengan kekasih orang lain. Tak tau malu". Ucap Dania.
" Apa maksudmu.... ". Marinka mulai terprovokasi. Marvin berulang kali menghembuskan nafas kasar.
" Sudahlah Dania, jangan membuat keributan disini ". Lerai Marvin.
" kenapa kau membelanya, aku kekasih mu Marvin ". Sahut Dania kesal. Marinka mulai tersulut emosi. Semua orang tau dia kekasih Marvin. Tapi hari ini Marvin sudah menikah dengan Marinka. Setidaknya bersabarlah sebentar saja.
" Kau.. Tidurlah diluar. Terserah kau mau tidur dimana. Aku akan tidur disini bersama Marvin. Dan jangan ganggu kami ". Ucap Dania.
" Aku tidak mau, jika kau mau kita tidur bertiga, itupun juga jika kau sudah kehilangan urat malu ". Kata Marinka kesal.
" Baiklah tak masalah ". Ucap Dania santai. Membuat Marinka membulatkan matanya. Marvin pun tak kalah terkejutnya. Kenapa dua wanita ini jadi sama kerasnya.
" Kau ini bicara apa Dania? Aku tidak mau tidur diluar aku juga tak mau tidur bertiga".
"itu masalahmu bukan masalah ku ". Ucap Dania ketus.
" Kau tak memikirkan ku sedikit saja hah? Apa kata orang? Aku baru saja menikah lalu kau seenaknya saja masuk kekamar ku. Kau mengusirku dari kamarku sendiri ". Ucap Marinka kesal.
" Aku tidak peduli semua itu... Pergilah ". Ucap Dania lalu menjatuhkan tubuhnya diranjang pengantin itu.
Marinka melirik Marvin yang duduk tertunduk ditepi ranjang dengan kepala menunduk.
" Marvin.. Bicaralah.. Kenapa diam? Kau setuju jika aku keluar dari sini? Kau akan membuatku malu?. Lalu kenapa kau berlagak menjadi pahlawan untuk menolongku". Kata Marinka meninggi. Sementara Dania hanya tersenyum puas kearah pengantin baru itu.
"Marvin tidak akan pernah menolakku Marinka, ketahui itu. Dia selalu mengikuti mauku ".ucap Dania tenang.
" Marvin seharusnya____".
"Diamlah.... Kalian membuatku pusing ". Teriak Marvin sesaat sebelum Marinka menyelesaikan kalimatnya. Sontak itu membuat hati Marinka sakit.
Ternyata hanya sebatas ini tanggung jawabnya. Menikahinya, menyelamatkan perusahaan, kemudian papanya berangsur sembuh dan kemudian berakhir.
" Baiklah aku yang akan keluar ". Ucap Marinka bergetar menahan airmata. Dia mulai merapikan barangnya. Marvin beranjak menghalangi Marinka namun ditepisnya kasar.
" Marinka.. Bukan begitu.. Tetaplah disini, apa kata orang nanti". Kata Marvin mulai khawatir.
"Tidak perlu Marvin,, aku tau kau hanya membantu disini. Tapi aku hanya berharap tunggulah keadaan papa dan perusahaan kembali baik Jika kalian ingin kembali. Bukan seperti ini. Ini sama saja kau menjatuhkan harga diriku. Kau tau kan teman tidak akan saling menyakiti. Kau temanku kan? ". Kata Marinka terisak. Dia berlalu dari situ. Dania tersenyum puas. Marvin kemudian menuju kamar mandi dan membanting pintu nya keras.
*******
Lewat tengah malam jalanan begitu sepi. Marinka bingung harus kemana. Tidak mungkin dia pulang. Orang rumah pasti akan khawatir. Setelah lama berfikir akhirnya mau tak mau dia menekan nomor telepon itu.
"Halo.. Bisakah kau membantuku... ".
Like komen yaaaaaa
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 68 Episodes
Comments
Junaedi
poin 8
2021-07-07
0
sanjiaran
yah kok marvinnya ga tegas... dilema ya marvin???
2020-08-30
2
Fida Basuki
lanjut...
2020-08-27
1