Plaaaakkkk........
Satu tamparan keras mendarat ke pipi Marinka. Gadis itu terhuyung untung Marvin dengan sigap menahannya agar tak terjatuh.
Wajah Tuan Louis merah padam memendam amarah. Disebelahnya ada Tuan Mike yang mencoba menenangkannya.
"Louis... Tenangkan dirimu. Biarkan mereka memberi penjelasan. Jangan seperti ini". Ucap Tuan Mike yang sengaja datang kesana setelah mendapat kabar keributan dari beberapa rekannya. Berniat menunggu kedua anak mereka untuk meminta penjelasan.
Tapi yang ditunggu baru pulang lewat tengah malam. Dengan keadaan keduanya yang sama kacaunya.
Setelah mendapat tamparan untuk yang pertama kalinya dalam hidupnya, Marinka tertegun tak percaya. Papanya menamparnya bahkan saat dia belum lima langkah memasuki rumahnya.
Airmata turun untuk kesekian kalinya. Isakannya tak bisa tertahan lagi. Dia tergugu ayahnya menamparnya tanpa memberikan waktu padanya untuk menjelaskan sesuatu. Pasti rekan kerja Papanya sudah memberitahukan yang terjadi di pesta. Marinka menjatuhkan tubuhnya dilantai. Bengkak dikakinya tak dirasakannya lagi.
Marvin refleks ikut bersimpuh menenangkan Marinka. Memegang pundak sahabatnya yang terbalut jas mahalnya. Yang diberikan Marvin dengan paksa untuk menutupi bagian tubuhnya.
"Paman... Aku bisa jelaskan... ". Marvin mendongak hendak bicara.
" Tak perlu, kau pasti akan membelanya. Dia membuatku kecewa".
" Bahkan dia orang pertama yang tidak percaya padaku..... " batin Marinka sakit.
Tuan Mike memberi isyarat Marvin untuk diam dulu. Marvin mengangguk tipis.
Bibi elly yang menyaksikan kejadian itu dari balik pintu dapur tak mampu membendung airmata nya. Perempuan 60 tahun itu sudah mengasuh Marinka sejak anak itu berumur satu tahun. Dan sudah menganggap Marinka seperti putrinya.
" Apa yang kau lakukan sehingga mempermalukan dirimu disana? Kenapa kau tidak bilang bahwa kau sudah tidak bersama Thomas? Jika dia tak menginginkanmu maka mundur lah. Jangan mengganggunya. Kau membuat papa malu". Tuan Louis berteriak marah dan kesal. Marinka menggeleng. Marvin masih memegang bahu Marinka yang bergetar menangis.
" papa... Itu tidak benar. Mereka semua salah paham. Aku tidak menggodanya. Dia yang mengurungku di toilet. Dia yang menggangguku". Jelas Marinka terisak.
"Lihatlah dirimu. Bagaimana bisa kau disana, dihadapan banyak orang dengan keadaan kacau seperti ini. Mau ditaruh dimana muka papa hah".
Marinka mencengkram jas bagian depan dengan gemetar. Papanya sudah sedemikian marahnya melihat penampilannya yang kacau.
Bagaimana jika dia sampai tau kalau baju yang dia pilihkan robek dibeberapa bagian. Pasti akan lebih marah dari ini. Entah tuduhan apalagi yang akan dilayangkan padanya.
"Marvin... Kemana saja kau. Sampai-sampai kau tidak bisa menjaga Marinka ". Tanya Tuan Mike dingin sambil menatap tajam Marvin.
" Aku tadi... Mmm.... Mengantar Dania pulang terlebih dahulu ". Jawab Marvin terbata.
" Maafkan aku paman, aku tidak menyangka akan seperti ini ". Jawab Marvin menunduk merasa bersalah. Dia masih dibelakang Marinka tanpa bergeser sedikit pun.
" kenapa kau tak membawa Marinka bersamamu? ".tanya Tuan Mike penuh selidik.
" Aku..... ".
" Dania keberatan aku bersamanya..... ". Potong Marinka cepat sambil terus menatap kosong disela isakannya.
Marvin menatap perih wanita didepannya. Jawabannya sungguh menohok. Kedua pria paruh baya itu hanya saling menatap.
" Baiklah cepat masuk ke kamarmu dan bersihkan dirimu... Jangan membuat keributan lagi ". Kata Tuan Louis tegas. Marinka beranjak berdiri susah payah dibantu Marvin.
" Bolehkah aku mengantar Marinka naik paman? ". Izin Marvin.
" Silahkan..... ".jawab Tuan Louis tanpa menoleh.
Marvin hendak menggendong Marinka. Tiba tiba terhenti saat kedua pria paruh baya itu menatap tajam penuh selidik. Marvin mengurungkan niatnya.
Marinka pun sudah tak ada tenaga untuk bicara. Hanya perasaan takut saat melihat papa dan pamanny menatap tajam.
"kenapa dia...? ". Tanya Tuan Mike tajam pada Marvin. Dan mulai berjalan menghampiri.
" Aku.... Tidak sengaja melukainya. Maafkan aku paman.. ". Kata Marvin menelan salivanya berat. Dia tau paman Mike lebih mengkhawatirkan Marinka dibandingkan tuan Louis.
Dari mereka kecil Tuan Mike lebih overprotektif terhadap Marinka. Tidak pernah membiarkan Marinka terluka sedikit pun.
Tuan Mike mendekati mereka lalu menyibak bagian bawah gaun tersebut. Melihat kaki Marinka yang membiru dan bengkak. Ini pasti sakit sekali.
"Astaga kau terkilir?. Kenapa sampai separah ini? ". Tanya Tuan Mike khawatir.
" Marvin terus memarahiku paman.. Dia terus menarikku hingga aku jatuh ". Jawab Marinka sambil terisak. Dia bisa lebih terbuka pada paman Mike daripada dengan Papanya sendiri. Dia seperti anak kecil yang sedang mengadu.
Tuan Louis melirik sebentar. Ada perasaan iba melihat putrinya seperti itu. Ingin sekali dia memeluknya.
Airmatanya sudah menggenang dipelupuk mata. Kemudian dia mengalihkan perhatiannya ke arah lain. Agar tidak terlihat oleh orang lain disitu.
"bibi ella.... Ambillah kompres. Bawa kekamar atas ". Teriak Tuan Mike.
Yang dipanggil pun Menyahut dan dengan buru-buru menyiapkan air hangat dan handuk kecil. Juga kotak obat.
*****
Perlahan Marvin meletakkan tubuh Marinka diranjang dibantu bibi elly. Bibi elly terus terisak dari tadi.
Menyeka wajah bibir dan kaki Marinka yang bengkak. Marinka melepas jas Marvin yang dari tadi menempel ditubuhnya.
"Astaga .... ". Pekik bibi elly menutup mulutnya setelah melihat keadaan majikan mudanya itu. Marvin hanya terdiam melihat semua itu.
" Tak apa bi.. Ini tak seberapa dibanding rasa kecewaku karna tak ada seorang pun yang membelaku".kata Marinka pelan namun penuh penekanan. Seketika hati Marvin berdesir.
" Bahkan papaku sendiri pun tak mempercayai ku. Papa memarahiku dan menamparku untuk pertama kalinya bi ". Marinka mulai terisak.
" Tuan sangat mengkhawatirkanmu sayang .. Sejak tadi menerima kabar Tuan tak henti mengkhawatirkanmu ".
Marinka tersenyum kecut.
" Tuan terkejut tentang gagalnya hubunganmu dan Tuan Thomas. Tuan takut setelah kejadian ini tidak ada lagi yang mau menjalin hubungan kekeluargaan lagi dengan keluarga ini. Mengingat kejadian tadi sangat memalukan dan disaksikan banyak orang ". Jelas bibi elly panjang.
" Aku tau bi... Aku gagal kedua kalinya membangun hubungan hanya karna keluarga ku tak sepadan dengan pria yang kusukai. Perusahaan papaku yang tak sebesar perusahaan mereka, selalu dijadikan alasan mereka menolakku. Mereka tak mau memiliki menantu yang akan merepotkan dimasa depan".
Marvin kasihan pada Marinka. Dari dulu dia selalu dianggap sebagai gadis matrealistis. Padahal dia jauh dari kata itu. Dia gadis yang pekerja keras. Bahkan sebenarnya kekayaan nya bisa diperhitungkan. Hanya saja dia selalu tampil sederhana diantara kalangan anak pebisnis.
"Marinka.... Aku permisi pulang. Besok pagi aku akan membawamu kedokter ". Kata Marvin sambil mengusap kepala Marinka. Marinka reflek menghindar.
Marvin mengerti, dia pamit pada bibi elly kemudian berlalu dari tempat itu.
Bibi elly yang menyaksikan itu hanya bisa mengamati dua anak muda itu dengan tatapan prihatin. Marvin akhirnya menghilang dibalik pintu.
"Ada masalah apa? Kau bertengkar dengannya? ". Tanya bibi elly sambil merapikan rambut Marinka kebelakang telinga.
Marinka terdiam. Namun kemudian dia menutup wajahnya dengan kedua tangannya. Dan menangis tersedu. Seketika bibi elly memeluknya.
" Dia menuduhku yang bukan-bukan. Aku marah padanya, aku benci aku kecewa bibi. Dia tidak menpercayaiku ". Katanya tersedu.
" Baiklah... Lupakan masalah ini sayang. Istirahatlah. Besok kau harus kedokter ". Kata bibi elly menenangkan. Marinka mengangguk kemudian merebahkan tubuhnya.
Bibi elly beranjak keluar. Sebelum menutup pintu dia menoleh kebelakang. Memandang Marinka dibalik selimut yang masih terisak.
****
" bagaimana keadaan Marinka? ". Tanya Tuan Mike sambil meminum kopi nya.
" Dia belum mau bicara padaku paman".
"Kenapa dia sepertinya marah padamu. Tidak biasanya dia begitu marah ".
" mmm itu....... ". Marvin susah menjelaskan mulai mengusap tengkuknya bingung mulai darimana.
" sudahlah Mike.. Itu urusan mereka ". Potong Tuan Louis kemudian.
" Aku sangat mengkhawatirkan Marinka. Dia begitu tertekan. Apa kau tak peduli pada Putrimu? ". Tanya Tuan Mike kesal.
" Aku papanya tentu aku khawatir. Terlebih lagi niatku menikahkan Putriku hancur sudah. Sekarang aku mulai khawatir jika aku tiada siapa yang akan menjaganya ". Tiba-tiba suara Tuan Louis berubah sendu.
" Paman ada kami disini.. Kami akan menjaganya. Lagipula kenapa paman berpikir begitu. Paman akan selalu bersama kami. Tidak akan ada hal buruk paman ". Kata Marvin tenang.
" Kau juga akan berkeluarga tidak mungkin kau akan terus bersamanya ". Kata Tuan Louis sedih.
" Kalau begitu nikahkan saja mereka "
" Apa............".
TBC
Sabtu, 11 juli 2020
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 68 Episodes
Comments
Junaedi
poin 8
2021-07-07
0
Ida
tulll tuh
2020-08-25
0
Fida Basuki
bagus
2020-08-20
1