Mobil Marvin berhenti di sebuah rumah yang lumayan megah. Dia disambut oleh Marinka dan juga papanya.
"Selamat malam paman. Bagaimana kabar Paman? ". Kata Marvin sambil memeluk Tuan Louis.
" Baik Marvin, aku selalu baik. Kau semakin tampan saja ". Tuan Louis memuji Marvin yang memang semakin terlihat matang dan tampan.
" papa jangan terlalu memujinya, nanti dia bisa besar kepala". Marinka mendengus kesal karna papanya selalu memuji Marvin.
" Kau hanya berani padaku saat dirumahmu kan. Dasar gadis berisik. Aku memang tampan, kau saja yang tidak pernah mengakui ". Kata Marvin sambil mengapitkan lengannya dileher Marinka.
" auuu Marvin kau menyakitiku ". Kata Marinka kesal.
" Jangan berlebihan ini tidak akan membunuhmu dasar bodoh. Ayo kedalam, kita lihat apa ada makanan yang bisa ku makan. Aku sangat lapar ". Kata Marvin sambil terus menyeret Marinka masuk kedalam.
Kedua orang tua itu hanya tersenyum melihat tingkah anak muda itu.
" bagaimana kabarmu Mike? ". Tanya Tuan Louis.
" Tentu saja aku baik. Seperti yang kau lihat ". Mereka saling berpelukan melepas rindu. Kemudian masuk kedalam menyusul dua anak muda tadi.
****
Di meja makan mereka bersantap sambil sesekali berbincang - bincang.
" Masakanmu sangat enak Marinka. Kau sudah pantas untuk menjadi seorang istri ". Kata Tuan Mike memuji.
" paman bisa saja,ini belum sempurna paman ". Jawab Marinka merendah. Tuan Mike pun tersenyum.
" Bagaimana hubunganmu dengan Thomas? ". Lanjut Tuan Mike tiba-tiba. Marinka berhenti mengunyah makanannya. Marvin yang mengetahui hal itu melirik sekilas ke arah Marinka.
" Akhir pekan kemarin mereka bertemu di rumah Tuan Anthony membicarakan pernikahan mereka. Mungkin sebentar lagi kita akan menerima kabar baik ". Ucap Tuan Louis berbinar. Mengingat putrinya akan segera menikah.
Marvin terkejut mendengar penuturan papanya Marinka. Berarti Marinka belom menceritakan kejadian sebenarnya pada Tuan Louis. Marvin menatap Marinka tajam meminta penjelasan. Marinka memasang muka memohon pada Marvin. Bagaimana bisa Marinka belum menceritakan hal sepenting ini, sedangkan dirinya telah membicarakan masalah ini dengan paman Mike. Menyadari hal itu Tuan Mike menatap Marinka dan Marvin bergantian.
"Louis aku ingin mengatakan sesuatu soal pernikahan putrimu. Mereka ..... ".
" Mike... Kau tau... Aku sangat menantikan saat ini. Putriku bisa bersanding dengan lelaki yang sangat dia sayangi dan juga menyayanginya". Katanya berbinar.
"Ibunya meninggalkannya sejak dia baru lahir. Meskipun berat aku melepasnya, asal Marinka bahagia aku juga turut senang. Akupun juga sudah semakin tua kan ". Tuan Louis terkekeh namun tak dapat dipungkiri tatapannya sendu melihat Marinka. Dia kemudian menggenggam tangan putrinya.
" berjanjilah pada Papa kau akan selalu bahagia nak ". Ucap Tuan Louis penuh harap.
Tenggorokan Marinka tercekat sulit sekali menelan makanannya. Dengan susah payah dia menelannya juga kemudian tersenyum getir. Menggenggam kembali tangan papanya.
" Aku berjanji papa ". Ucapnya lirih berusaha menahan agar airmata nya tak jatuh saat itu juga.
Marvin dan Tuan Mike berpandangan kemudian menyudahi makan mereka. Sesaat Tuan Louis menoleh dan menyadari hal itu.
" oh maafkan aku Mike, Marvin aku mengacaukan makan malam ini. Oh iya apa yang akan kau katakan tadi?. Tanya Tuan Louis sebab tadi dia menangkap seolah sahabatnya tersebut ingin mengatakan sesuatu.
"oh lupakan paman.. Tidak ada yang penting ". Marvin segera memutus percakapan itu. Sambil terus menatap Marinka.
" Paman Mike, aku permisi sebentar. Ada yang ingin kukerjakan sebentar".kata Marinka tersenyum paksa. Dia kemudian berlalu dari meja makan itu menuju kamarnya dilantai atas.
Ketika pria berbeda usia itu pun memperhatikan Marinka hingga hilang dibalik pintu berwarna putih itu.
"Paman Louis aku ingin membicarakan sesuatu dengan Marinka. Bolehkah aku menemui nya?. Kata Marvin meminta izin.
"Silahkan Marvin, anggap saja rumah sendiri. Kau sudah kuanggap seperti putraku sendiri". Kata Tuan Louis mempersilahkan. Marvin menunduk kemudian berlalu menyusul Marinka.
****
Marvin masuk kekamar Marinka. Terlihat Marinka duduk di kursi bersandar pada dinding kaca melihat langit malam. Airmata nya masih terus mengalir dia juga terus menyeka airmata nya berkali-kali. Marvin kemudian mendekati Marinka, menarik pelan kepala gadis itu kedalam dadanya. Marinka semakin tersedu, dan semakin mengeratkan pula cengkramannya diujung blazer Marvin.
"kenapa kau tak jujur pada Papamu? ".tanya Marvin setelah tangis Marinka mulai mereda hanya tinggal isakan. Namun dia masih memeluk sahabatnya yang berdiri disebelahnya itu.
" Aku bingung mulai dari mana, Papa sangat bahagia saat mendengar aku akan menikah dengan Thomas. Aku tak tega memberi tahukan kebenaran Marvin ". Marinka susah payah menjelaskan diantara isakan tangisnya.
" Katakan bagaimana aku harus membantumu. Aku tidak mau melihatmu terpuruk seperti ini. Apalagi jika nanti papamu tau yang sebenarnya ". Kata Marvin lembut. Sambil menyibakkan rambut Marinka.
Marinka mendongakkan kepalanya.
" Apa kau bisa membantuku?. Tanya Marinka penuh harap.
"Akan aku coba selama itu masuk akal. Katakan! ".
" Aku mohon temui Thomas, katakan untuk membatalkan pernikahannya. Katakan aku ingin menikah dengan nya ". Kata Marinka kembali tersedu. Dalam sekejap Marvin mendorong Marinka menjauh.
" Apa kau tidak waras, hah? Jangan merendahkan dirimu. Aku tidak akan melakukannya ". Kata Marvin kesal.
" Kau bilang mau membantuku, aku yakin kau bisa Marvin. Kau punya pengaruh yang besar. Ayolah Marvin ". Marinka merengek sambil terus menarik-narik baju Marvin. Marvin kemudian duduk berjongkok mensejajarkan diri dengan Marinka.
" Kau tau hal itu sangat bodoh Marinka, aku tidak akan pernah melakukannya '. Marvin berkata sambil meraih tangan Marinka.
Marinka kemudian menepis kasar tangan Marvin.
"pergilah... ". Kata Marinka dingin. Kemudian menatap keluar jendela.
" Marinka dengarkan aku. Aku akan melakukan apapun, kecuali memohon hal bodoh itu. Kau tau kau seperti seseorang yang sedang merendahkan diri demi mendapatkan cinta seseorang ". Kata Marvin tegas. Marinka menoleh kearah Marvin dengan nafas memburu menahan amarah.
" Kau bisa bilang begitu karna kau tidak merasakan berada diposisiku. Aku sangat mencintainya.. Dan papaku berharap banyak pada pernikahan ku. Lalu apa yang harus ku katakan padanya. Aku tak sanggup membuatnya kecewa ". Kata Marinka sambil memukul dada Marvin. Marvin diam tak bergerak menahan pukulan Marinka. Mencoba membuat sahabatnya itu lega telah meluapkan emosinya.
" Aku tiga tahun bersamanya, Aku tidak ingin berakhir begini ". Ucap Marinka melemah. Marvin tidak tega melihat sahabatnya seperti itu. Marvin memegang kedua tangan Marinka.
" Baiklah berikan alamat apartemennya. Aku akan menemuinya. Ini kulakukan untukmu dan paman Louis. Jika sampai hasilnya tidak sesuai dengan yang kau harapkan, berjanjilah untuk melupakannya ". Kata Marvin. Marinka mengangguk senang kemudian memeluk sahabatnya itu. Sambil tak henti mengucapkan terima kasih.
****
" Paman aku ada urusan mendadak sebentar. Aku tidak akan lama. Bisakah paman Mike menungguku kembali? ". Kata Marvin meminta izin.
" Baiklah. Kami juga masih ingin mengobrol". Kata Tuan Mike.
"dimana Marinka? ". Tanya Tuan Louis.
" Dia sedang istirahat. Mungkin dia lelah membantuku dikantor tadi ". Jelas Marvin.
" Baiklah pergilah, dan cepat kembali ". Kata Tuan Mike.
Marvin bergegas keluar dan melajukan mobilnya terburu-buru.
" Akan kubuat perhitungan denganmu...!
TBC*
Selasa, 07 juli 2020
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 68 Episodes
Comments
Priskha
duch jd cewek kok bdh skl sih masak mau ngemis2 cinta sm thomas malu2in aja mending sm marvin aja thor
2021-09-04
0
choi yongah
ud tinggal aja Thomas cari lainya masih byk
2021-08-08
2
Junaedi
poin 6
2021-07-07
0