🌻🌻🌻🌻Happy reading🌻🌻🌻🌻
*****
"Siapa yang melakukannya...? ". Tanya Marvin dengan mata yang penuh kilatan amarah.
" Marvin... Aku........ ". Suara Marinka tercekat.
" Katakan...! ".
" Berjanjilah jika kau tak percaya, kau jangan membenciku dan jika kau percaya yang ku katakan maka jangan melakukan apapun". Ucap Marinka terbata-bata.
"kesepakatan macam apa itu..? ". Marvin mulai kesal.
Akhirnya Marinka pun menceritakan perihal David yang berani memasuki kamarnya. Dan juga bibi mouli yang tidak mempercayai dirinya. Marvin terlihat marah kemudian menarik Marinka untuk turun mengikutinya.
" Bibi... Bibi mouli.... ". Panggil Marvin begitu sampai dibawah. Terlihat bibi mouli, Dania dan David sedang minum teh dibuang tengah.
" Ada apa Marvin, kenapa mencari bibi? ". Tanya bibi mouli. Namun kemudian tersadar sesuatu setelah melihat Marinka yang tertunduk dibelakang Marvin.
" oh... Aku tau... Pasti istri mu ini sudah bercerita yang tidak-tidak tentang keponakanku kan? ". Tanya bibi mouli tajam.
Marinka menggeleng cepat. Airmatanya sudah tak mampu dibendung lagi.
" bukan begitu bibi, aku hanya akan mengkonfirmasi saja ". Ucap Marvin merendah.
" hey... Apa itu berhubungan denganku? Aku memang mengunjungi istrimu dikamarnya, tapi aku tidak melakukan apapun. Dia terlalu terkejut seperti orang yang mengalami trauma. Sehingga dia menjadi histeris. Mungkin dia pernah mengalami tindak kekerasan atau pemaksaan sebelumnya. Oh ya tentang perkataanku waktu itu, aku hanya bercanda Marvin. Aku tak akan sekurangajar itu, dan berani mengganggu Marinka, terlebih lagi dia sekarang istrimu. Ya... Meskipun aku sedikit kecewa karna kau melupakan adikku". Kata David panjang lebar sebelum ditanya.
"Jika kau punya masalah akan traumamu, jangan mengkambinghitamkan orang lain. Kakakku memang bukan orang baik, tapi dia akan berpikir ratusan bahkan ribuan kali untuk sekedar mengganggumu atau bahkan berani kurang ajar padamu ". Ucap Dania tak kalah menyakitkan. Marvin hanya bisa menghela nafas panjang.
" Maaf bibi, aku sudah tidak mempercayai bibi, mungkin benar Marinka begitu karna dia mengalami trauma sebelumnya ". Ucap Marvin tiba-tiba. Membuat Marinka menggeleng tak percaya.
" Bibi tidak suka jika istrimu itu berbicara yang tidak-tidak tentang kedua keponakanku ". Kata bibi mouli tajam. Marvin hanya mengangguk.
" Aku akan menasehatinya bibi, aku minta maaf ". Ucap Marvin.
" Kau baru sehari menjadi istri Marvin, tapi sudah membuat keributan seperti ini ". Kata Dania menimpali.
" Tak apa Dania, aku tak masalah. Dia begitu mungkin karna tidak pernah mendapatkan perhatian sebelumnya. Tapi aku tidak keberatan jika dia menuduhku macam-macam. Dia sudah seperti adikku ". Ucap David yang berhasil membuat airmata Marinka jatuh.
" Apa aku serendah itu dimata kalian sehingga bisa membuat lelucon seperti ini demi mendapat simpati kalian?". Ucap Marinka bergetar.
" Kau tidak berhak bicara disini,, sudah membuat cerita bohong masih saja berani bicara. jika bukan karna kebaikan Marvin dan suamiku, kau sudah jadi glandangan, kau ingat itu". Ucap bibi mouli menusuk.
"kenapa bibi sejahat ini padaku.. Apa salahku. Bibi tidak pernah seperti ini sebelumnya. Kenapa bibi berubah? ". Marinka semakin terisak. Marvin berusaha menggenggam tangan Marinka, namun segera ditepisnya kasar.
" Karna kau berani mengacaukan hubungan Dania dan Marvin. Jika sejak awal kau menolak tawaran itu, semua ini tidak akan terjadi. Dan aku tidak perlu membencimu. Kau tau bukan aku berharap banyak pada hubungan Marvin dan Dania. Tapi kau dan ayahmu mengacaukan semuanya. Aku hanya ingin kau menjadi putriku bukan menantuku. Itu sangat jauh berbeda. Apa kau mengerti sekarang?". Ucap bibi mouli penuh penekanan.
"Baiklah.. Nanti saat paman kembali dari luar kota aku akan meminta untuk pembatalan pernikahan. Apa Bibi tau... Aku lebih memilih kehilangan segalanya daripada kehilangan kasih sayang bibi.... ". Ucap Marinka perih kemudian berlalu dari situ.
" Bagus jika kau tau diri dimana tempatmu". Ucap bibi mouli namun masih bisa didengar Marinka. Marinka memejamkan matanya bersamaan dengan ikut jatuh airmatanya.
"Marinka...... ". Panggil Marvin. Namun Marinka tetap berlalu.
" Aku permisi dulu bibi ". Ucap Marvin kemudian menyusul Marinka. Marvin tak mendapati Marinka dikamarnya. Dia sedang membersihkan diri. Marvin duduk ditepi ranjang menunggu Marinka.
Tak lama Marinka pun keluar dari kmar mandi lengkap dengan piyama satinnya.
" Marinka.. Aku ingin bicara ".
" bicaralah.... ". Jawab Marinka dingin tanpa menoleh kearah Marvin.
" Apa maksudnya kau mau membatalkan pernikahan kita? Kau tau kan aku tak pernah bermain-main ".
" Apa kau tak melihat anggapan mereka kepadaku barusan? ".
" Maaf....... ". Ucap Marvin lirih. Marinka hanya tersenyum getir.
" Aku maafkan....... ".
" Marinka aku serius... Aku_______".
Drt... Drrttt.... Drrttt.....
Belum sempat Marvin berbicara, ponsel Marinka berbunyi.
"Ya bibi elly... ".
"............".
"Baiklah aku kesana sekarang, katakan aku juga merindukan papa sekarang. Bahkan amat sangat merindukannya ". Ucap Marinka sedikit tercekat diakhir kalimatnya.
Marinka lantas berganti pakaian kilat. Marvin hanya mengamati bingung.
" Kau mau kemana? ".
" Menginap dirumah papa... ". Jawab Marinka ketus
" Aku antar.... ".
" Tidak perlu... ".
" Marinka jangan membantah, aku akan mengantarmu ". Kata Marvin sedikit meninggikan suaranya seraya memegang tangan Marinka. Namun dengan cepat Marinka menghempas kasar tangan Marvin.
" Aku bilang tidak perlu, jadi kau juga jangan memaksa ". Suara Marinka mulai meninggi.
" Kau ini kenapa....? ".
" kenapa katamu? Kau lupa apa yang terjadi barusan. Kau pikir aku punya trauma berlebihan..? Aku menyesal telah menceritakan semua padamu Marvin. Mulai saat ini aku tidak akan pernah menceritakan apapun yang menimpa ku dan jangan pernah bertanya apapun tentangku ".
" Aku percaya padamu, aku hanya tidak mau berdebat dengan bibi, kau tau itu kan ".
" Lebih tepatnya kau tidak mau kelihatan membelaku kan? Kau menjaga perasaan kekasihmu kan? Tapi kau tidak memikirkanku. Aku tau kita seperti ini karna keadaanku yang memaksamu. Tapi setidaknya jangan membuatku seperti orang bodoh yang hanya diam saat beberapa orang mulai menyudutkanku. Aku sungguh menyesal menerima tawaranmu ". Ucap Marinka penuh penekanan. Membuat Marvin tersulut amarah tiba-tiba.
" Maksudmu kau lebih suka menjadi simpanan orang begitu? ". Teriak Marvin tepat didepan wajah Marinka.
" Ya......! Setidaknya dia lebih menghargaiku meskipun pura-pura ". Jawab Marinka tak kalah tinggi. Lolos sudah airmata yang ditahan sejak tadi. Marvin tau Marinka tak sepenuhnya ingin mengatakan itu.
" Jangan seperti ini, kau membuatku merasa bersalah Marinka. Kita bersahabat sejak kecil. Aku tidak ingin hal buruk menimpamu. Itu saja". Marvin melembutkan suaranya.
"Aku mohon Marvin.. Jangan terlalu baik padaku. Aku tidak mau terlalu bergantung padamu ". Kata Marinka memohon sambil mengatupkan kedua tangannya.
" biarkan aku mengantarmu, ini sudah malam Marinka ". Tawar Marvin. Marinka sedikit berfikir. Jika dia Menginap dirumah papanya tanpa marvin, maka papanya akan curiga. Dan itu pasti akan mempengaruhi kesehatannya. Apalagi mereka baru 2 hari menikah. Apa kata orang nanti. Ini akan terlihat seperti lelucon.
"Baiklah.... Kali ini aku menurut padamu. Hanya kali ini. Aku lakukan demi papaku". Ucap Marinka datar. Marvin akhirnya mengembangkan senyumnya.
" Baiklah tunggu sebentar, aku akan membersihkan diri dulu". Ucap Marvin lalu bergegas memasuki kamar mandi.
Tiga puluh menit kemudian Marvin sudah rapi dengan setelan santainya. T-shirt putih celana jeans hitam dengan jaket parka warna senada celananya. Tak sengaja Marinka mengamati penampilan Marvin beberapa detik saat sedang merapikan rambutnya dengan gel. Marvin menyisir asal rambutnya dengan jarinya.
" Apa yang kau lihat? Apa aku terlihat tampan? ". Goda Marvin setelah mengetahui Marinka mengamatinya dari kejauhan. Marinka lalu tersadar. Ditanya seperti itu membuat pipinya bersemu merah.
" Omong kosong ". Ucap Marinka salah tingkah. Marvin hanya terkekeh.
" Kau terlihat manis jika begini. Aku sungguh merindukanmu Marinka ". Ucap Marvin tulus sambil menatap lekat mata hitam Marinka. Marvin menggenggam tangan Marinka.
" Baiklah... Ayo berangkat sekarang ". Marvin menarik tangan Marinka. Marinka hanya mengangguk.
Saat sampai garasi tiba-tiba Dania menghadangnya.
" Tunggu Marvin... Jangan pergi.... Aku ingin membicarakan hal penting sebentar ". Ucap Dania pada Marvin.
********
Tu kan genggess mele khaaaannn Dania....
Jangan lupa like ya... Maaf telat up....
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 68 Episodes
Comments
Sepriyanti Adelina
thoor tolong kasih tahu nama lengkap dania,umur,sama alamatnya ....
mau tak kirim santet online😡😡😡😡
2021-07-28
1
Siti Siti
kenapa simarvin ga tegas sh jadi cowo.
nyebelin banget baca cerita ini.
2021-07-24
0
eveline
Ehmm kasihan Marinka
2020-07-27
6