Marvin terkejut bukan main. Mendapati Marinka tidak ada didalam mobil. Astaga kemana dia. Dia mencoba menghubungi namun ponselnya tidak aktif. Akhirnya Marvin mencoba menelepon kerumah Marinka.
"Halo bibi elly... Apa Marinka sudah berada dirumah ".
" Ah Iya, dia baru saja masuk kekamar. Sebelumnya dia makan dahulu. Dia bilang dia lapar. Dia datang dalam keadaan pucat sekali. Kau tinggalkan dimana lagi dia?.. Ucapan bibi elly begitu dingin. Marvin tak tau lagi harus berkata apa.
"mm bibi.. Aku sedang ada meeting siang ini. Aku akan jelaskan nanti. Aku akan berkunjung kerumah ". Ucap Marvin lalu menutup panggilannya.
" Astaga.. Kenapa semakin hari semakin rumit saja. Kenapa aku jadi terjebak di tengah-tengah". Kata Marvin bingung.
Marvin mengemudikan mobilnya menuju apartemennya. Membersihkan diri kemudian pergi ke restoran tempat dia bertemu klien nya sekalian makan siang.
Dia akan bertemu klien sekaligus temannya saat di universitas namanya Eric.
*****
Pria tampan bermata biru itu ternyata sudah datang lebih dahulu.
"Sudah lama.... ". Sapa Marvin sambil memeluk sahabatnya itu.
" Lumayan... Kau sendirian? ".
" iya. Leo sedang mengurus pekerjaan yang lain. Setidaknya kita bisa sedikit santai mengobrol. Tidak usah terlalu formal ".
" Dimana kekasihmu? Dia tidak ikut? ".
" Tidak.. Aku sedang pusing.". Ucapnya sambil menyulut nikotinnya. Kening Eric berkerut tak mengerti.
"Kau tau Dania sekarang melarangku untuk berhubungan dengan teman masa kecilku, Marinka. Kau ingat? ".
" yaa.. Anak perempuan dari sahabat paman Mike bukan? ". Jawabnya mulai mengingat.
" Kau ingat rupanya ...". Ucapnya sambil menghembuskan asap nikotin itu.
"Tentu saja.. Seingatku dia gadis cantik yang menggemaskan dulu waktu kita masih sama-sama di sekolah dasar. Sebelum aku pindah sekolah. Kenapa dia melarangmu? Kau berselingkuh? ". Selidik Eric.
" Hey.. Aku bukan dirimu, enak saja. Dania mulai cemburu padanya. Sedangkan aku dari kecil sudah bersama Marinka. Kami selalu bersama dalam hal apa pun. Bahkan sudah beberapa bulan ini dia bekerja padaku".
"Bukankah papanya punya perusahaan? Kenapa bekerja padamu? ".
" Dia belum cukup mahir mengelola perusahaan, jadi dia masih perlu belajar padaku juga ada Leo yang membantu ".
" Jangan katakan ini akal-akalanmu saja untuk mendekati dua wanita sekaligus ". Ucap Eric tergelak. Marvin berdecak kesal.
" sudah ku bilang aku bukan dirimu. Jangan membuatku tambah pusing ".
" Aku tak percaya..... ". Kata Eric terus menggoda sahabatnya.
" huuh bersihkan isi kepalamu dari hal kotor ". Kata Marvin memupus api pada asbak didepannya. " Kau tau Eric, sahabatku ini berbeda. Dia tak seperti wanita kebanyakan. Dia anak rumahan. Dia tak pernah bergaul bebas".Jelas Marvin.
" kenalkan padaku... Sepertinya menyenangkan bermain-main bersama gadis yang masih polos". Kata Eric tertawa lebar.
Marvin mendelik kesal. Jaga ucapanmu dasar penjahat. Membuat Eric makin tergelak melihat sahabatnya memasang muka seram.
"Jika ku kenalkan padamu maka masalahku akan bertambah banyak. Aku tau riwayatmu bersama para gadis seperti apa. Mana mungkin ku berikan Marinka padamu". Jelas Marvin panjang lebar. Eric hanya terkekeh melihat sahabatnya itu.
"Aku jadi penasaran, seperti apa dia. Apa dia cantik.. Hahh? ". Goda Eric.
" sudah diam. Jangan bahas itu ". Ucapan Marvin membuat Eric makin tergelak. Marvin pun hanya bisa menggerutu tak jelas.
Akhirnya mereka beralih membahas kontrak kerja yang telah mereka rencanakan. Mereka berbicara sampai malam hari. Marvin akhirnya menyudahi pertemuan itu. Dia teringat belum mengunjungi Marinka.
Mereka pun berpisah berjalan sesuai tujuan masing-masing.
Saat hendak menuju rumah Marinka tak sengaja Marvin melewati toko kue. Dia ingat Marinka suka sekali tiramissu cake. Akhirnya Marvin turun membelikan cake kesukaan Marinka. Gadis itu penyuka makanan manis dan gurih.
****
"Marinka masih tidur... ". Jawab bibi elly saat Marvin menanyakan keberadaannya.
" Apa dia sudah makan?".
"Sudah... Bahkan sangat lahap sekali. Seperti orang yang belum makan setahun ". Ucap bibi elly penuh penekanan.
" Tadi sudah kutawarkan makan diluar tapi dia tidak mau bi ". Kata Marvin pelan dia merasa bersalah.
" memangnya kau kemana? Kenapa dia pulang naik taksi? ".
" Di tengah jalan Dania menelponku bi.. Aku ada urusan sebentar. Waktu aku kembali dia sudah tak ada". Jelas Marvin.
"Selalu saja.... ". Ucap bibi elly kemudian berlalu. Demi Tuhan kepalanya seperti mau meledak. Memikirkan beberapa pekerjaan yang menuntutnya berkonsentrasi penuh. Memikirkan Dania yang sekarang lebih cerewet. Marinka yang kini seperti menjauhinya. Sekarang ditambah lagi bibi elly yang tak ramah lagi.
Persetan....
Dia butuh istirahat. Tubuh dan pikirannya sangat lelah dua hari ini.
Akhirnya dia pergi dari situ menyusul Tuan Louis yang sedang bersantai di taman belakang disisi dapur.
****
" Aku lapar sekali.. ". Kata Marinka kemudian beranjak dari tempat tidur. Waktu menunjukkan pukul 10 malam. Astaga seharian dia kelelahan hingga tertidur pulas. Marinka berjalan perlahan menuruni tangga menuju dapur. Dia mencari sesuatu yang bisa dimakan. Kemudian matanya berbinar melihat ada kotak kue dimeja makan. Aromamya langsung menusuk indra penciumannya.
" tiramissu.... ". Ucapnya senang sambil mengambil piring kecil untuk meletakkan potongan kue.
Sepotong..
Dua potong..
Tiga potong...
Dia memakan kue kesukaannya sangat lahap.
" Kau sudah bangun sayang... ". Sapa bibi elly yang tiba-tiba muncul.
" iya bibi.. Aku lapar". Katanya sambil terkikik malu. "Dimana ayah? ".
"Di taman belakang bersama Marvin ". Ucap bibi elly lalu ikut duduk. Marinka reflek menoleh. Dan menarik sendok kue dari mulutnya perlahan.
" Iya... Dia sedang disini sejak tadi. Mungkin sekitar dua jam lebih. Dia menunggumu".Jelas bibi elly sambil melirik memperhatikan perubahan raut wajah Marinka.
"Kau sudah bangun sayang... ". Sapa Tuan Louis yang muncul dari pintu samping dapur.
" sudah papa... ". Jawabnya sambil tersenyum manis. Namun seketika memudar saat melihat Marvin yang muncul dari belakang papanya.
" Kau butuh sesuatu? ".
" Tidak papa.. Aku sedang menikmati kue tiramisu kesukaanku. Bibi elly yang membelikannya ". Ucapnya senang seperti anak kecil yang diberi permen. Sambil terus memasukan beberapa potongan kue ke mulutnya.
" Bibi tidak membelinya. Marvin yang membawanya untukmu ". Jelas bibi elly.
Seketika Marinka menghentikan makannya. Meletakkan sendok nya dan mendorong piring kue nya yang tinggal tersisa 3 potongan kecil. Marvin menatap jengah. Tindakan Marinka seperti anak kecil.
" Habiskan sayang.. Kau menyukainya kan ". Kata Tuan Louis.
" Tidak papa aku sudah kenyang ". Ucapnya kemudian meneguk air putih di depannya hingga tandas. Hendak beranjak. Kemudian berbalik.
" Lain kali tidak usah datang, aku bisa kedokter sendiri mengecek kaki ku. Dan satu lagi... Tidak usah membawakan aku apa pun. Aku tak menyukai kue yang kau bawa". Ucapnya dingin. Seketika Marvin menatap tajam mata Marinka. Tak taukah dia apa yang sudah dia lewati hari ini.
Dia memilih menunggunya disini mengabaikan rasa kantuk, lelah dan laparnya demi melihat keadaannya.
"Marinka....". Sentak Tuan Louis dan bibi elly bersamaan.
Marinka terkejut gemetar namun mencoba bersikap tenang.
"jangan bertindak tidak sopan. Marvin menunggu mu dari tadi hendak melihat keadaanmu. Sikapmu sungguh kurang ajar Marinka ". Kata Tuan Louis marah.
" Aku tidak memintanya papa, dia datang sendiri. Oh yaa satu lagi jangan bersikap terlalu baik padaku. Aku tidak mau mendapat masalah dari Dania dikemudian hari ".
Cukup.... Kesabaran Marvin sudah habis...
" Baiklah... Jika itu maumu, aku juga sudah lelah. Kau pikir kau siapa, bisa berbuat sesukamu. Kau seperti anak kecil. Aku tidak akan datang bahkan jika kau memintanya. Kau bilang kau tidak suka kue ini. Baiklah akan kubuang saja".Marvin merapikan kardus kue itu dan juga piring bekas Marinka kemudian membuangnya ketempat sampah.
Bibi elly dan Tuan Louis terkejut bukan main melihat Marvin. Pasalnya Marvin tidak pernah marah. Semarah apapun dia bisa menahan diri. Mereka hanya saling tatap. Sementara Marinka sudah pias ketakutan.
"Jika kau kurang puas kau bisa memuntahkan apa yang kamu makan". Kata Marvin beranjak pergi. Kemudian berbalik sesaat menatap bibi elly dan Tuan Louis bergantian.
Wajah mereka terlihat terluka dan bersedih. Bagaimana tidak. Marvin dan Marinka selalu bersama sejak kecil. Mereka saling bergantung dan malam ini mereka bertengkar.
Marvin menghampiri bibi elly dan Tuan Marvin. Kemudian menggenggam tangan mereka.
"Paman, bibi, maafkan aku. Mungkin aku berlebihan. Tapi aku sudah berusaha sebisaku. Aku sudah meminta maaf tapi Putri mu tidak mau mengerti. Mungkin setelah malam ini aku akan jarang berkunjung ". Marvin berpamitan. Terlihat bibi elly menyeka sudut matanya. Mata Tuan Louis pun berkaca-kaca menatap pria muda di depannya yang sudah seperti anaknya.
" Aku permisi. Maafkan aku". Ucapnya bergetar sambil menatap Marinka yang juga sama terpakunya. Menatap Marvin menghilang dari pandangannya.
Tuan Louis menatap Marinka kecewa. Sementara bibi elly hanya bisa menatap prihatin. Kedua orang itu lantas meninggalkan tempat itu.
Tak terasa jatuh pula airmata Marinka. Marinka memejamkan matanya.
Mulai saat ini kita jalan masing-masing
TBC
Senin, 13 juli 2020
Terimakasih yang sudah mampir, jangan lupa like ya kak 😍😍😍😍
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 68 Episodes
Comments
Dewi Nur Aeini
part ini bener" menusuk hati
nyesek
2021-08-01
0
mrs.wang
bagus bgt ceritanyaa
2021-07-21
0
Masiah
lebih baik bgtu biar GK ada yg tersakiti 😥😥
2020-09-03
3